Generasi Milenial Rentan Idap Penyakit Jantung
Senin, 05 Oktober 2020 - 07:05 WIB
JAKARTA - Penyakit jantung dan kardiovaskular merupakan penyakit katastropik yang menempati urutan tertinggi dari beban biaya BPJS untuk periode Januari hingga Desember 2019 yang jumlahnya mencapai Rp11,8 triliun.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, prevalensi penyakit jantung di Indonesia adalah 1,5%, yang berarti setiap 15 orang dari 1.000 penduduk Indonesia sudah terdiagnosa penyakit jantung dan kardiovaskular. Sementara WHO menyebutkan bahwa 31% dari seluruh kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK). ( )
“Penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner terjadi akibat adanya penyumbatan pada aliran darah arteri ke jantung,” kata Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Sari Sri Mumpuni, Sp.Jp (K).
Pembuluh darah utama yang memasok darah, oksigen, dan nutrisi ke jantung menjadi rusak. Masalahnya, banyak yang belum menyadari bahwa penyakit jantung koroner bisa dicegah sejak dini.
“PJK merupakan penyakit gaya hidup dan dapat dihindari dengan menerapkan gaya hidup yang sehat sejak sedini mungkin,” timpal Esti Nurjadin, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI).
Tren menunjukkan penyakit jantung dan kardiovaskular menyerang kelompok usia produktif. Generasi milenial juga masuk kelompok umur yang rentan terhadap penyakit jantung dan kardiovaskular. Untuk itu, YJI mengkampanyekan pentingnya pencegahan penyakit jantung dan kardiovaskular dengan fokus utama pada generasi muda yang masih di usia produktif.
Dijelaskan Esti, faktor risiko penyakit jantung koroner seperti umur dan jenis kelamin tidak dapat kita ubah. Sebaliknya, faktor risiko yang berasal dari gaya hidup seperti merokok, konsumsi makanan yang tidak sehat, konsumsi alkohol yang berlebihan, kurangnya aktivitas berolahraga, stres tinggi, dan kurang istirahat bisa diubah.
Gaya hidup yang tidak sehat akan mempercepat kerusakan pada pembuluh darah. Beberapa tanda kerusakan pada pembuluh darah di antaranya hipertensi, hiperkolesterol, arteroskeloris, dan obesitas. Pemeriksaan kesehatan secara rutin sejak dini menjadi bagian penting dari pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Untuk diketahui, mereka yang mengidap penyakit jantung dan kardiovaskular akan berisiko lebih berat apabila terpapar virus COVID-19 dibandingkan dengan yang tidak memiliki penyakit penyerta. ( )
“Di masa pandemi COVID-19, kita disarankan menjaga kesehatan jantung dengan begitu imunitas tubuh dapat ditingkatkan. Karenanya momen ini merupakan saat yang paling tepat untuk mengubah gaya hidup dan menjaga kesehatan jantung,” pungkas Esti.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, prevalensi penyakit jantung di Indonesia adalah 1,5%, yang berarti setiap 15 orang dari 1.000 penduduk Indonesia sudah terdiagnosa penyakit jantung dan kardiovaskular. Sementara WHO menyebutkan bahwa 31% dari seluruh kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK). ( )
“Penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner terjadi akibat adanya penyumbatan pada aliran darah arteri ke jantung,” kata Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Sari Sri Mumpuni, Sp.Jp (K).
Pembuluh darah utama yang memasok darah, oksigen, dan nutrisi ke jantung menjadi rusak. Masalahnya, banyak yang belum menyadari bahwa penyakit jantung koroner bisa dicegah sejak dini.
“PJK merupakan penyakit gaya hidup dan dapat dihindari dengan menerapkan gaya hidup yang sehat sejak sedini mungkin,” timpal Esti Nurjadin, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI).
Tren menunjukkan penyakit jantung dan kardiovaskular menyerang kelompok usia produktif. Generasi milenial juga masuk kelompok umur yang rentan terhadap penyakit jantung dan kardiovaskular. Untuk itu, YJI mengkampanyekan pentingnya pencegahan penyakit jantung dan kardiovaskular dengan fokus utama pada generasi muda yang masih di usia produktif.
Dijelaskan Esti, faktor risiko penyakit jantung koroner seperti umur dan jenis kelamin tidak dapat kita ubah. Sebaliknya, faktor risiko yang berasal dari gaya hidup seperti merokok, konsumsi makanan yang tidak sehat, konsumsi alkohol yang berlebihan, kurangnya aktivitas berolahraga, stres tinggi, dan kurang istirahat bisa diubah.
Gaya hidup yang tidak sehat akan mempercepat kerusakan pada pembuluh darah. Beberapa tanda kerusakan pada pembuluh darah di antaranya hipertensi, hiperkolesterol, arteroskeloris, dan obesitas. Pemeriksaan kesehatan secara rutin sejak dini menjadi bagian penting dari pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Untuk diketahui, mereka yang mengidap penyakit jantung dan kardiovaskular akan berisiko lebih berat apabila terpapar virus COVID-19 dibandingkan dengan yang tidak memiliki penyakit penyerta. ( )
“Di masa pandemi COVID-19, kita disarankan menjaga kesehatan jantung dengan begitu imunitas tubuh dapat ditingkatkan. Karenanya momen ini merupakan saat yang paling tepat untuk mengubah gaya hidup dan menjaga kesehatan jantung,” pungkas Esti.
(tsa)
tulis komentar anda