Pentingnya Peran dan Dukungan Caregiver bagi Pasien Diabetes
Kamis, 29 Oktober 2020 - 02:00 WIB
JAKARTA - Diabetes masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia, termasuk di Indonesia. Faktanya, Indonesia masih masuk dalam 10 besar negara di dunia dengan kasus diabetes terbesar, tepatnya di peringkat ke-7 pada 2019 menurut International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas, dengan jumlah 10.681.400 jiwa penderita diabetes (diabetesi) dari 172.244.700 jiwa total populasi orang dewasa di Indonesia.
Artinya, sekitar 1 dari 25 orang Indonesia terdeteksi menderita diabetes . Adapun berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka prevalensi diabetes di Indonesia berada di angka 10,9% yang diprediksi akan terus meningkat.
( )
Menjelang peringatan World Diabetes Day (WDD) tahun ini, selain angka prevalensi yang terus meningkat, kondisi pandemi COVID-19 juga menjadi ancaman baru bagi para penderita diabetes. Orang lanjut usia dan orang dengan penyakit penyerta seperti penyakit diabetes, penyakit jantung, dan asma lebih rentan mengalami risiko komplikasi bila terinfeksi virus COVID-19.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19, orang yang terpapar virus COVID-19 dengan kondisi penyerta penyakit diabetes, menduduki peringkat kedua terbanyak. Ketika diabetesi terkena infeksi virus, mereka akan lebih sulit diobati sebagai akibat dari fluktuasi level gula darahnya dan kemungkinan hadirnya komplikasi diabetes. Alasan mengapa ini terjadi, karena jika gula darah diabetesi tidak stabil, akan mengakibatkan imunitas tubuh menjadi lemah dan mudah terpapar virus.
Berdasarkan data, penderita diabetes dengan COVID-19 cenderung kondisinya lebih berat dan bahkan berdampak fatal. Karena itu, jika diabetes dapat dicegah, angka kematian akibat COVID-19 mungkin bisa jauh lebih rendah.
"Melihat angka prevalensi diabetes di dunia dan khususnya di Indonesia yang masih meninggi, menunjukkan sebenarnya masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan secara bersama-sama, terutama dalam hal kesadaran masyarakat tentang diabetes ini. Terutama kondisi pandemi saat ini yang mengharuskan penderita diabetes lebih waspada dan berhati-hati untuk menjaga gula darahnya," kata Director of Special Needs & Healthy Lifestyle Nutrition KALBE Nutritionals Tunghadi Indra melalui siaran resminya, Rabu (28/10).
Membangun kesadaran masyarakat memang perlu dilakukan secara terus-menerus, terutama jika melihat data dari IDF yang mencatat ada 463 juta orang dewasa menderita diabetes dan lebih dari setengah penderita diabetes tersebut adalah orang dewasa yang tidak terdiagnosis. Adapun dari setengah kasus yang tak terdiagnosis tersebut, sebesar 90% menderita diabetes tipe 2 atau diabetes melitus yang diakibatkan oleh gaya hidup tidak sehat.
"Perlunya dibentuk komunitas masyarakat yang sadar diabetes, sehingga semakin banyak orang yang mampu menjadi caregiver diabetes. Caregiver setiap orang yang bisa menjadi sistem pendukung (support system) bagi penderita diabetes, contoh sederhananya saja keluarga dekat. Caregiver diharapkan memahami penyebab penyakit diabetes, gejala diabetes, jenis-jenis penyakit diabetes, cara mencegah diabetes, pemicu gula darah naik, cara menormalkan gula darah, bahkan cara mengobati diabetes," jelasnya.
Artinya, sekitar 1 dari 25 orang Indonesia terdeteksi menderita diabetes . Adapun berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka prevalensi diabetes di Indonesia berada di angka 10,9% yang diprediksi akan terus meningkat.
( )
Menjelang peringatan World Diabetes Day (WDD) tahun ini, selain angka prevalensi yang terus meningkat, kondisi pandemi COVID-19 juga menjadi ancaman baru bagi para penderita diabetes. Orang lanjut usia dan orang dengan penyakit penyerta seperti penyakit diabetes, penyakit jantung, dan asma lebih rentan mengalami risiko komplikasi bila terinfeksi virus COVID-19.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19, orang yang terpapar virus COVID-19 dengan kondisi penyerta penyakit diabetes, menduduki peringkat kedua terbanyak. Ketika diabetesi terkena infeksi virus, mereka akan lebih sulit diobati sebagai akibat dari fluktuasi level gula darahnya dan kemungkinan hadirnya komplikasi diabetes. Alasan mengapa ini terjadi, karena jika gula darah diabetesi tidak stabil, akan mengakibatkan imunitas tubuh menjadi lemah dan mudah terpapar virus.
Berdasarkan data, penderita diabetes dengan COVID-19 cenderung kondisinya lebih berat dan bahkan berdampak fatal. Karena itu, jika diabetes dapat dicegah, angka kematian akibat COVID-19 mungkin bisa jauh lebih rendah.
"Melihat angka prevalensi diabetes di dunia dan khususnya di Indonesia yang masih meninggi, menunjukkan sebenarnya masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan secara bersama-sama, terutama dalam hal kesadaran masyarakat tentang diabetes ini. Terutama kondisi pandemi saat ini yang mengharuskan penderita diabetes lebih waspada dan berhati-hati untuk menjaga gula darahnya," kata Director of Special Needs & Healthy Lifestyle Nutrition KALBE Nutritionals Tunghadi Indra melalui siaran resminya, Rabu (28/10).
Membangun kesadaran masyarakat memang perlu dilakukan secara terus-menerus, terutama jika melihat data dari IDF yang mencatat ada 463 juta orang dewasa menderita diabetes dan lebih dari setengah penderita diabetes tersebut adalah orang dewasa yang tidak terdiagnosis. Adapun dari setengah kasus yang tak terdiagnosis tersebut, sebesar 90% menderita diabetes tipe 2 atau diabetes melitus yang diakibatkan oleh gaya hidup tidak sehat.
"Perlunya dibentuk komunitas masyarakat yang sadar diabetes, sehingga semakin banyak orang yang mampu menjadi caregiver diabetes. Caregiver setiap orang yang bisa menjadi sistem pendukung (support system) bagi penderita diabetes, contoh sederhananya saja keluarga dekat. Caregiver diharapkan memahami penyebab penyakit diabetes, gejala diabetes, jenis-jenis penyakit diabetes, cara mencegah diabetes, pemicu gula darah naik, cara menormalkan gula darah, bahkan cara mengobati diabetes," jelasnya.
tulis komentar anda