Vaksinasi COVID-19 pada Orang Gemuk Jadi Tantangan
Senin, 02 November 2020 - 08:11 WIB
JAKARTA - Pemberian vaksin COVID-19 dilakukan dengan injeksi intramuskular. Yakni dengan memasukkan cairan vaksin ke dalam otot yang memiliki banyak pembuluh darah.
Injeksi ini diabsorbsi lebih cepat daripada injeksi subkutaneus (lapisan kulit) karena suplai darah yang lebih besar ke otot tubuh. Adapun jarum suntik yang digunakan memiliki diameter 5 hingga 10 mililiter dengan panjang 6 hingga 8 sentimeter. Karena targetnya adalah otot, maka penyuntikan pun harus dalam.
( )
Untuk itu Prof. Sri Rezeki Hadinegoro, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization mengingatkan para tenaga medis agar pada saat pemberian vaksin harus ekstra hati-hati terhadap mereka yang memiliki tubuh gemuk . Pasalnya, orang gemuk memiliki jumlah lemak cukup banyak di dalam tubuh. Hal ini bisa menyebabkan kesulitan bagi vaksin untuk sampai dan masuk ke otot-otot tubuh.
"Kalau jarum suntiknya pendek untuk menyuntik orang bertubuh gemuk, maka vaksinnya tidak sampai. Percuma saja divaksin. Makanya harus hati-hati betul kalau orangnya gemuk. Jarumnya harus lebih panjang supaya bisa masuk ke dalam otot," jelas Prof. Sri dalam webinar yang diadakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) bersama Kominfo.
Vaksin diperlukan untuk mencegah berbagai penyakit infeksi. Contohnya campak, polio, hepatitis B, TB, difteri, influenza, dan lain-lain, termasuk COVID-19. Kalau sebagian besar masyarakat divaksinasi, maka kemampuan patogen untuk menyebar sangat terbatas dan kelompok yang tidak diimunisasi tetap sehat. Termasuk pada bayi kecil dan penderita imunokompromais (orang yang respons imunnya menurun).
( )
Pemberian vaksin juga dapat mempercepat tercapainya penanganan pandemi COVID-19 dengan menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakit tersebut, serta mempercepat mencapai herd immunity (kekebalan kelompok), memperkuat sistem kesehatan, sekaligus menjaga produktivitas serta meminimalkan dampak sosial dan ekonomi.
Injeksi ini diabsorbsi lebih cepat daripada injeksi subkutaneus (lapisan kulit) karena suplai darah yang lebih besar ke otot tubuh. Adapun jarum suntik yang digunakan memiliki diameter 5 hingga 10 mililiter dengan panjang 6 hingga 8 sentimeter. Karena targetnya adalah otot, maka penyuntikan pun harus dalam.
( )
Untuk itu Prof. Sri Rezeki Hadinegoro, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization mengingatkan para tenaga medis agar pada saat pemberian vaksin harus ekstra hati-hati terhadap mereka yang memiliki tubuh gemuk . Pasalnya, orang gemuk memiliki jumlah lemak cukup banyak di dalam tubuh. Hal ini bisa menyebabkan kesulitan bagi vaksin untuk sampai dan masuk ke otot-otot tubuh.
"Kalau jarum suntiknya pendek untuk menyuntik orang bertubuh gemuk, maka vaksinnya tidak sampai. Percuma saja divaksin. Makanya harus hati-hati betul kalau orangnya gemuk. Jarumnya harus lebih panjang supaya bisa masuk ke dalam otot," jelas Prof. Sri dalam webinar yang diadakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) bersama Kominfo.
Vaksin diperlukan untuk mencegah berbagai penyakit infeksi. Contohnya campak, polio, hepatitis B, TB, difteri, influenza, dan lain-lain, termasuk COVID-19. Kalau sebagian besar masyarakat divaksinasi, maka kemampuan patogen untuk menyebar sangat terbatas dan kelompok yang tidak diimunisasi tetap sehat. Termasuk pada bayi kecil dan penderita imunokompromais (orang yang respons imunnya menurun).
( )
Pemberian vaksin juga dapat mempercepat tercapainya penanganan pandemi COVID-19 dengan menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakit tersebut, serta mempercepat mencapai herd immunity (kekebalan kelompok), memperkuat sistem kesehatan, sekaligus menjaga produktivitas serta meminimalkan dampak sosial dan ekonomi.
(tsa)
tulis komentar anda