Studi: Terbang Kurang Berisiko COVID-19 daripada Makan di Luar atau Pergi ke Supermarket
Rabu, 04 November 2020 - 00:45 WIB
JAKARTA - Sebuah studi terbaru mengklaim bahwa ancaman penularan COVID-19 di dalam pesawat lebih rendah dibandingkan dengan aktivitas rutin lain seperti berbelanja bahan makanan atau makan di luar. Menurut sebuah studi oleh para ilmuwan dari Universitas Harvard, hanya ada sedikit bukti penularan virus di pesawat.
Penemuan tersebut menunjukkan bahwa pendekatan berlapis industri penerbangan dari intervensi non-farmasi (NPI) yang digunakan untuk memperlambat penyebaran penyakit telah mengurangi risiko ke tingkat yang sangat rendah di pesawat selama pandemi.
( )
Para peneliti mengatakan, NPI yang digunakan di pesawat untuk mengurangi risiko penularan SARS-CoV-2 termasuk filter High Efficiency Particulate Air (HEPA), kebijakan wajib masker, desinfeksi permukaan dengan sentuhan tinggi, pernyataan kesehatan dari penumpang dan awak sebelum terbang, serta pendidikan dan kesadaran akan COVID-19.
“Risiko penularan COVID-19 di dalam pesawat berada di bawah risiko aktivitas rutin lain selama pandemi, seperti berbelanja bahan makanan atau makan di luar. Menerapkan strategi mitigasi risiko berlapis ini membutuhkan kepatuhan penumpang dan maskapai, tetapi akan membantu memastikan bahwa perjalanan udara sama aman atau jauh lebih aman daripada kegiatan rutin yang dilakukan orang selama waktu-waktu ini," kata penelitian yang diterbitkan oleh Harvard TH Chan School of Public Health, seperti dikutip laman Times Now News.
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa ada 13 studi kasus peer-review seputar penularan COVID-19 di pesawat.
( )
Awal bulan ini, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network menunjukkan bahwa risiko tertular COVID-19 selama perjalanan udara lebih rendah daripada gedung perkantoran, ruang kelas, supermarket, atau kereta komuter. Para peneliti percaya bahwa temuan dan rekomendasi dalam laporan ini akan menawarkan kepada publik kesempatan untuk mengambil keputusan yang terinformasi tentang perjalanan udara.
Para peneliti juga mengingatkan bahwa ada risiko infeksi di depan umum sampai dilakukan vaksinasi secara luas. Karenanya, aktivitas yang dipilih setiap individu selama pandemi, termasuk perjalanan, bergantung pada penilaian kesehatan pribadi dan risiko serta konsekuensi relatif dari terinfeksi.
Lihat Juga: Begini Cara Isi Form SATUSEHAT bagi Pelaku Perjalanan Internasional untuk Cegah Penularan Mpox
Penemuan tersebut menunjukkan bahwa pendekatan berlapis industri penerbangan dari intervensi non-farmasi (NPI) yang digunakan untuk memperlambat penyebaran penyakit telah mengurangi risiko ke tingkat yang sangat rendah di pesawat selama pandemi.
( )
Para peneliti mengatakan, NPI yang digunakan di pesawat untuk mengurangi risiko penularan SARS-CoV-2 termasuk filter High Efficiency Particulate Air (HEPA), kebijakan wajib masker, desinfeksi permukaan dengan sentuhan tinggi, pernyataan kesehatan dari penumpang dan awak sebelum terbang, serta pendidikan dan kesadaran akan COVID-19.
“Risiko penularan COVID-19 di dalam pesawat berada di bawah risiko aktivitas rutin lain selama pandemi, seperti berbelanja bahan makanan atau makan di luar. Menerapkan strategi mitigasi risiko berlapis ini membutuhkan kepatuhan penumpang dan maskapai, tetapi akan membantu memastikan bahwa perjalanan udara sama aman atau jauh lebih aman daripada kegiatan rutin yang dilakukan orang selama waktu-waktu ini," kata penelitian yang diterbitkan oleh Harvard TH Chan School of Public Health, seperti dikutip laman Times Now News.
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa ada 13 studi kasus peer-review seputar penularan COVID-19 di pesawat.
( )
Awal bulan ini, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network menunjukkan bahwa risiko tertular COVID-19 selama perjalanan udara lebih rendah daripada gedung perkantoran, ruang kelas, supermarket, atau kereta komuter. Para peneliti percaya bahwa temuan dan rekomendasi dalam laporan ini akan menawarkan kepada publik kesempatan untuk mengambil keputusan yang terinformasi tentang perjalanan udara.
Para peneliti juga mengingatkan bahwa ada risiko infeksi di depan umum sampai dilakukan vaksinasi secara luas. Karenanya, aktivitas yang dipilih setiap individu selama pandemi, termasuk perjalanan, bergantung pada penilaian kesehatan pribadi dan risiko serta konsekuensi relatif dari terinfeksi.
Lihat Juga: Begini Cara Isi Form SATUSEHAT bagi Pelaku Perjalanan Internasional untuk Cegah Penularan Mpox
(tsa)
tulis komentar anda