Yuk Kontrol Hipertensi untuk Cegah Keparahan Covid-19
Selasa, 10 November 2020 - 10:45 WIB
JAKARTA - Hipertensi disebut-sebut sebagai komorbid tertinggi pasien Covid-19. Rutin cek tekanan darah amat disarankan bagi penderita hipertensi.
Data yang dihimpun oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di bulan Oktober 2020, dari total kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19, sebanyak 1.488 pasien tercatat memiliki penyakit penyerta. Di mana presentase terbanyak diantaranya penyakit hipertensi sebesar 50,5%, kemudian diikuti Diabetes Melitus. (Baca: Baca Doa Ini Sebelum Shalat, Setan Bakal Kabur)
Sementara dari jumlah 1.488 kasus pasien yang meninggal diketahui 13,2% dengan hipertensi, 11,6% dengan Diabetes Melitus serta 7,7% dengan penyakit jantung. Tingginya kasus Covid-19 pada komorbid hipertensi membuat masyarakat diimbau untuk menjaga tekanan darah dengan cara memantaunya secara teratur agar dapat terkendali.
Pedoman American Heart Association (AHA) mencatat, bahwa orang dengan tekanan darah tinggi berpeluang menghadapi risiko komplikasi lebih parah jika mereka terinfeksi virus Covid-19.
Terlebih data temuan pasien Covid-19 yang meninggal di Indonesia juga menunjukkan paling banyak pengidap penyakit hipertensi disusul komorbiditas lainnya seperti diabetes dan penyakit jantung, Sayangnya, sampai saat ini kepedulian terhadap hipertensi dan kesadaran akan pencegahan sekaligus pengobatannya di Indonesia masih rendah. Masih banyak penderita hipertensi yang tidak menyadari bahwa dirinya telah menderita hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
Riskesdas 2018 mencatat sebanyak 63 juta orang atau sebesar 34,1% penduduk di Indonesia menderita hipertensi. Dari populasi hipertensi tersebut, hanya sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan hanya 54,4% dari yang terdiagnosis hipertensi rutin minum obat. Dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, FINASIM, President Indonesian Society of Hypertension (InaSH) atau Perhimpunan Dokter Hipertensi (PERHI) mengatakan, hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan. (Baca juga: UIN Jakarta Dirikan Pusat Kajian Halal)
"Hipertensi tidak bergejala (silent killer) dan merusak organ-organ penting antara lain otak, jantung, ginjal, pembuluh darah besar sampai ke pembuluh darah kecil," kata dr. Tunggul. Maka itu, ia menekankan dalam masa Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini masyarakat hendaknya lebih peduli untuk secara teratur melakukan Pemeriksaan Tekanan Darah di Rumah (PTDR) dan apabila pada pasien hipertensi muncul gejala awal Covid-19 seperti meningkatnya suhu tubuh, sesak nafas,batuk kering dsb, segera berkonsultasi kepada dokter.
Penatalaksanaan hipertensi juga dimaksudkan agar terdeteksi sedini mungkin, terkontrol, dan dapat mencegah komplikasi di kemudian hari. Tapi perlu diketahui, hipertensi sendiri saja, secara perlahan tapi pasti akan menyebabkan komplikasi kerusakan struktural dan fungsional pembuluh darah dan juga organ-organ terminal (mata, otak, jantung, ginjal). Hal ini dikenal dengan istilah Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD).
"Adapun beberapa manifestasi klinis HMOD terminal ini antara lain adalah gagal jantung, sindrom koroner akut, stroke, demensia vaskuler atau pikun, gagal ginjal dan gangguan pengelihatan termasuk kebutaan," kata dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S (K).
Laporan yang ada menyebutkan bahwa pengidap komorbid memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi dan menunjukkan gejala yang lebih berat bila terinfeksi Covid-19. Inilah mengapa dikatakan individu dengan penyakit penyerta merupakan kelompok yang rentan terkena virus corona ini.
Selain komplikasi saluran pernafasan, infeksi Covid-19 juga menyebabkan berbagai komplikasi langsung di jantung, otak dan ginjal seperti diantaranya serangan jantung, stroke, gagal ginjal akut. Selain itu, secara umum juga terjadi sindrom pengentalan dan penyumbatan pembuluh darah, infeksi bakteri dan/atau jamur lain, kerusakan otot dan saraf tepi serta proses autoimun yang tentunya memperburuk prognosis. (Lihat videonya: KIan Heboh Video asusila Mirip Gisel dan Jedar di Medsos)
“Oleh karena itu, dapat dipahami seorang penderita hipertensi yang terinfeksi Covid-19 memiliki faktor risiko berlipat ganda untuk mengalami kerusakan organ multiple, yaitu risiko HMOD akibat hipertensi itu sendiri ditambah dengan risiko komplikasi infeksi covid-19 yang menyerang organ target yang sama dengan hipertensi," tandas dr. Amanda. (Sri Noviarni)
Data yang dihimpun oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di bulan Oktober 2020, dari total kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19, sebanyak 1.488 pasien tercatat memiliki penyakit penyerta. Di mana presentase terbanyak diantaranya penyakit hipertensi sebesar 50,5%, kemudian diikuti Diabetes Melitus. (Baca: Baca Doa Ini Sebelum Shalat, Setan Bakal Kabur)
Sementara dari jumlah 1.488 kasus pasien yang meninggal diketahui 13,2% dengan hipertensi, 11,6% dengan Diabetes Melitus serta 7,7% dengan penyakit jantung. Tingginya kasus Covid-19 pada komorbid hipertensi membuat masyarakat diimbau untuk menjaga tekanan darah dengan cara memantaunya secara teratur agar dapat terkendali.
Pedoman American Heart Association (AHA) mencatat, bahwa orang dengan tekanan darah tinggi berpeluang menghadapi risiko komplikasi lebih parah jika mereka terinfeksi virus Covid-19.
Terlebih data temuan pasien Covid-19 yang meninggal di Indonesia juga menunjukkan paling banyak pengidap penyakit hipertensi disusul komorbiditas lainnya seperti diabetes dan penyakit jantung, Sayangnya, sampai saat ini kepedulian terhadap hipertensi dan kesadaran akan pencegahan sekaligus pengobatannya di Indonesia masih rendah. Masih banyak penderita hipertensi yang tidak menyadari bahwa dirinya telah menderita hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
Riskesdas 2018 mencatat sebanyak 63 juta orang atau sebesar 34,1% penduduk di Indonesia menderita hipertensi. Dari populasi hipertensi tersebut, hanya sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan hanya 54,4% dari yang terdiagnosis hipertensi rutin minum obat. Dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, FINASIM, President Indonesian Society of Hypertension (InaSH) atau Perhimpunan Dokter Hipertensi (PERHI) mengatakan, hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan. (Baca juga: UIN Jakarta Dirikan Pusat Kajian Halal)
"Hipertensi tidak bergejala (silent killer) dan merusak organ-organ penting antara lain otak, jantung, ginjal, pembuluh darah besar sampai ke pembuluh darah kecil," kata dr. Tunggul. Maka itu, ia menekankan dalam masa Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini masyarakat hendaknya lebih peduli untuk secara teratur melakukan Pemeriksaan Tekanan Darah di Rumah (PTDR) dan apabila pada pasien hipertensi muncul gejala awal Covid-19 seperti meningkatnya suhu tubuh, sesak nafas,batuk kering dsb, segera berkonsultasi kepada dokter.
Penatalaksanaan hipertensi juga dimaksudkan agar terdeteksi sedini mungkin, terkontrol, dan dapat mencegah komplikasi di kemudian hari. Tapi perlu diketahui, hipertensi sendiri saja, secara perlahan tapi pasti akan menyebabkan komplikasi kerusakan struktural dan fungsional pembuluh darah dan juga organ-organ terminal (mata, otak, jantung, ginjal). Hal ini dikenal dengan istilah Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD).
"Adapun beberapa manifestasi klinis HMOD terminal ini antara lain adalah gagal jantung, sindrom koroner akut, stroke, demensia vaskuler atau pikun, gagal ginjal dan gangguan pengelihatan termasuk kebutaan," kata dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S (K).
Laporan yang ada menyebutkan bahwa pengidap komorbid memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi dan menunjukkan gejala yang lebih berat bila terinfeksi Covid-19. Inilah mengapa dikatakan individu dengan penyakit penyerta merupakan kelompok yang rentan terkena virus corona ini.
Selain komplikasi saluran pernafasan, infeksi Covid-19 juga menyebabkan berbagai komplikasi langsung di jantung, otak dan ginjal seperti diantaranya serangan jantung, stroke, gagal ginjal akut. Selain itu, secara umum juga terjadi sindrom pengentalan dan penyumbatan pembuluh darah, infeksi bakteri dan/atau jamur lain, kerusakan otot dan saraf tepi serta proses autoimun yang tentunya memperburuk prognosis. (Lihat videonya: KIan Heboh Video asusila Mirip Gisel dan Jedar di Medsos)
“Oleh karena itu, dapat dipahami seorang penderita hipertensi yang terinfeksi Covid-19 memiliki faktor risiko berlipat ganda untuk mengalami kerusakan organ multiple, yaitu risiko HMOD akibat hipertensi itu sendiri ditambah dengan risiko komplikasi infeksi covid-19 yang menyerang organ target yang sama dengan hipertensi," tandas dr. Amanda. (Sri Noviarni)
(ysw)
tulis komentar anda