Waspada, Orang di Atas 50 Tahun Berisiko Tinggi Tertular Penyakit Menular Seks

Rabu, 25 November 2020 - 05:15 WIB
Orang berusia di atas 45 tahun yang tinggal di daerah kurang beruntung secara sosial dan ekonomi berada pada risiko tertentu tertular infeksi menular seksual. / Foto: Ilustrasi/The Conversation
JAKARTA - Para peneliti telah menemukan bahwa orang-orang yang berusia di atas 45-an berisiko lebih tinggi tertular Infeksi Menular Seksual (IMS) daripada sebelumnya, karena keengganan masyarakat untuk berbicara tentang orang paruh baya dan orang tua yang berhubungan seks.

(Baca Juga: Siapakah Calon Presiden Idola Kalian pada Pilpres 2024?
Studi dari University of Chichester di Inggris mengungkapkan bahwa orang berusia di atas 45 tahun yang tinggal di daerah yang kurang beruntung secara sosial dan ekonomi berada pada risiko tertentu tertular infeksi menular seksual.



Menurut para peneliti, perubahan besar dalam perilaku seksual dalam beberapa dekade terakhir telah menyebabkan peningkatan jumlah lansia yang aktif secara seksual.

"Di atas usia 45 tahun yang paling berisiko umumnya adalah mereka yang memasuki hubungan baru setelah periode monogami, seringkali pasca menopause , ketika kehamilan tidak lagi menjadi pertimbangan, tetapi tidak terlalu memikirkan IMS," kata penulis studi Ian Tyndal dari Universitas Chichester seperti dikutip Times Now News, Selasa (24/11).

"Mengingat peningkatan harapan hidup, perawatan kesehatan seksual perlu meningkatkan intervensinya untuk orang dewasa yang lebih tua dan kelompok rentan untuk memberikan layanan yang lebih bermanfaat, berpengetahuan luas, penuh kasih, dan efektif," tambah Tyndal.

Laporan SHIFT terbaru menyertakan sekitar 800 peserta di seluruh pantai selatan Inggris dan wilayah utara Belgia dan Belanda, hampir 200 di antaranya menghadapi kerugian sosial ekonomi.

Penemuan awal telah menyoroti empat bidang penting. Di mana para peneliti percaya, intervensi dapat mengatasi kesenjangan dalam penyediaan layanan kesehatan saat ini seperti kesadaran, akses, pengetahuan, dan stigma.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah besar peserta tidak menyadari risiko IMS. Sementara 46% tidak mengetahui lokasi pusat layanan kesehatan terdekat. Namun, para peneliti menemukan bahwa media sosial adalah alat paling efektif untuk mendorong keterlibatan dengan layanan kesehatan seksual.

(Baca juga: Maia Estianty Suka Cara Citra Scholastika Nyanyikan TTM )

Temuan juga menunjukkan bahwa kelompok dengan satu atau lebih kelemahan sosial ekonomi, seperti tunawisma, pekerja seks, penutur bahasa asing, dan migran, berisiko lebih besar untuk tidak menyadari kesehatan seksual mereka dan tidak dapat mengakses layanan yang sesuai.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!