Deindividuasi pada Anak Bisa Dihilangkan

Sabtu, 28 November 2020 - 09:45 WIB
Psikolog anak, Ferlita Sari mengingatkan, orang tua juga bisa jadi sumber terbentuknya sikap deindividuasi ini. ?Misalkan, saat orang tua dan anak melihat sesuatu hal yang seharusnya dibantu, tetapi orang tua bersikap cuek atau bahkan ikut menonton dan menertawakannya, sehingga dalam pemikiran anak terbentuk bahwa hal tersebut adalah objek menarik atau lucu.

Jika orang tua terus menumbuhkan rasa tidak empati terhadap lingkungan sekitar, maka anak dikhawatirkan akan menerima dan tidak bisa memilih sikap apa yang harus diambil ketika melihat hal serupa di luar rumah. Orang tua bisa mengajarkan kepada anak sikap apa yang harus dilakukan ketika melihat hal tidak wajar terjadi di sekitarnya.

"Misalnya, saat sedang bermain, kakak melihat adiknya terpeleset lalu si kakak menertawakan. Di sinilah peran orang tua hadir untuk membimbing dan memberitahu bahwa hal tersebut bukan untuk dijadikan tontonan, tetapi justru harus dibantu," jelas Ferlita. (Baca juga: Indonesia Ajak ASEAN Kerja Sama Tanggulangi Pandemi Covid-19)

Cara lainnya, ibu bisa mengatakan kesalahan anak sembari memberikan penjelasan bahwa sikap yang ditunjukannya dapat merugikan orang lain. Dalam konteks ini, Ferlita merasa tidak banyak orang tua di Indonesia yang dapat bersikap seperti itu. Orang tua sebaliknya hanya ?memberikan penjelasan terhadap apa yang dilihat anak, tetapi tidak mencontohkan langsung seperti menolong orang yang terkena kesulitan tersebut.

"Kalau ini diajarkan dari kecil, sikap deindividuasi akan sangat kecil. Bila anak bertemu dengan orang yang tertimpa kesulitan, dia seharusnya akan membantu bukan menonton atau menjadikannya objek konten," tambahnya.

Sikap deindividuasi pada anak bisa dihilangkan dengan menanamkan rasa empati atau tanggap terhadap lingkungan yang sudah bisa diajarkan saat anak bayi. Saat anak berusia 18 bulan sudah bisa menguasai komponen kunci dari memahami perasaan orang lain. Pada usia 4 tahun, anak berubah dari membuat gerakan fisik yang menandakan mereka peduli, dan mulai berpikir tentang perasaan orang lain yang terhubung dengan perasaan mereka sendiri. (Lihat videonya: Lompat dari Motor, Bocah Sembilan tahun Lolos dari Penculikan)

Kebanyakan proses tersebut terjadi secara alami, tetapi orang tua juga bisa mengusahakan agar proses itu terjadi secara sadar dan mendorong anak memiliki pengalaman empati yang lebih banyak. "Dasar dari menghilangkan rasa deindividuasi adalah pengenalan emosi. Contoh sederhana bayi sudah bisa merasakan emosi, yakni biasanya ketika ada bayi menangis di sekitarnya ia akan ikut menangis," kata Ferlita.

Seiring dengan pertumbuhannya, sekitar dua tahun di mana sang anak sudah mulai berpikir dan nalarnya bagus mulai memperkenalkannya dengan tindakan secara langsung. "Penting juga bagi orang tua untuk mengenalkan anak dengan emosinya sendiri, dan memahami emosi orang lain. Kalau sikap ini bisa ditanamkan sedari kecil bukan tidak mungkin sikap yang hanya menguntungkan diri sendiri bisa dicegah sejak dini," tuturnya. (Aprilia S Andyna)
(ysw)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More