Wahai Penderita Penyakit Jantung, Tak Usah Khawatir Berpuasa

Selasa, 12 Mei 2020 - 20:45 WIB
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Para penderita penyakit jantung tak perlu khawtir untuk menjalankan ibadah puasa selama Ramadan. Meski harus menahan lapar dan haus selama 14 jam, puasa Ramadan terbukti memberikan pengaruh besar terhadap fungsi jantung serta organ lain.

"Ternyata penelitian menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan kejadian serangan jantung, gangguan irama jantung yang berat, gangguan jantung akut dan jadi lebih ringan dibandingkan dengan bulan-bulan yang bukan Ramadan," kata Dr. David Sp.JP dalam talkshow "Sehat Saat Puasa di Masa Pandemi bagi Penderita Jantung dan Hipertensi", Selasa (12/5).

Selain itu, puasa Ramadan mampu menurunkan kadar kolesterol di dalam tubuh sekaligus penyembuhan yang sangat konsisten pada pasien jantung. Bahkan, penelitian lain menunjukkan bahwa puasa bisa menurunkan tekanan darah, yang merupakan kondisi menguntungkan untuk pasien penyakit jantung. ( Baca:Kaya Rempah, Lakso Khas Palembang Mampu Tingkatkan Imun Tubuh )



"Menurunkan kolesterol total, kemudian menurunkan kolesterol LDL, kolesterol yang jahat dan meningkatkan HDL atau kolesterol yang baik. Lalu juga menurunkan tekanan darah, menurunkan berat badan, dan lingkar perut," jelas Dr. David.

"Semua ini adalah faktor yang berperan penting dalam menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Puasa ternyata tidak menurunkan kekebalan tubuh, tetapi akan memperbaiki atau membuat keadaan imunitas tubuh kita menjadi lebih seimbang," sambungnya.

Pasien penyakit jantung stabil dan hipertensi terkontrol yang rutin mendapat obat-obatan dapat menjalankan puasa Ramadan tanpa masalah. Namun, dengan catatan dibutuhkan beberapa modifikasi pemberian obat. Kendati demikian, puasa tidak mengganggu atau membuat keadaan penyakit jantung ataupun hipertensi yang ada menjadi tidak stabil.

"Jadi bapak dan ibu tidak perlu khawatir, yang memiliki keadaan sedikit gangguan pada jantung dan hipertensi dapat berpuasa seperti biasa. Ya mungkin sebelumnya perlu berkonsultasi dulu dengan dokter untuk cara mengatur ulang pemberian obat," tandas Dr. David.
(ihs)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More