99% Pasien COVID-19 yang Pulih Mengembangkan Antibodi
Rabu, 13 Mei 2020 - 11:31 WIB
JAKARTA - Berdasarkan penelitian terbaru, sebesar 99,8% pasien COVID-19 yang pulih mengembangkan antibodi. Para ilmuwan mencari kekebalan terhadap virus karena jawaban yang lebih penting adalah berapa lama antibodi itu bertahan.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklarifikasi bahwa keberadaan antibodi tidak menjamin pasien tak akan terinfeksi virus lagi. Kebanyakan orang mengembangkan antibodi terhadap virus atau patogen apapun yang memasuki tubuh mereka sebagai respons kekebalan alami. (Baca Juga: Peneliti Italia Klaim Berhasil Kembangkan Vaksin COVID-19)
Studi ini dipublikasikan dalam Nature Medicine. Antibodi adalah protein darah yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyerbu asing atau kelenjar yang masuk ke dalam tubuh dan dapat menyebabkan penyakit. Jika antibodi bertahan dalam tubuh, mereka dapat menangkal serangan di kemudian hari dari patogen yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada darah yang diambil dari 285 orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 yang parah. Para peneliti di China menemukan bahwa mereka (para pasien) telah mengembangkan antibodi spesifik SARS-CoV-2 atau virus corona baru dalam 2-3 minggu pertama sejak gejala pertama.
Laman Times Now News menulis, temuan tersebut menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh orang yang sudah terinfeksi COVID-19 saat ini mungkin dapat mengenali virus dan melawan gelombang kedua infeksi dengan cara yang lebih baik.
Melalui penelitian tersebut, para peneliti menentukan bahwa hampir semua dari 285 pasien yang diteliti menghasilkan jenis antibodi yang disebut IgM atau antibodi pertama yang diproduksi sebagai respons terhadap infeksi. Hanya sekitar 40% yang menghasilkan IgM pada minggu pertama setelah timbulnya gejala, dan persentase akhirnya meningkat menjadi 95% dua minggu kemudian.
Adapun antibodi lain yang diproduksi oleh pasien ini adalah IgG, yang muncul beberapa saat setelah infeksi akut, dan memiliki potensi untuk menawarkan kekebalan berkelanjutan. (Baca Juga: Protein Bantu Sembuhkan Pasien COVID-19)
Menguji temuan mereka pada sampel lain dari 69 orang, para peneliti menemukan bahwa dengan pengecualian dari duo ibu-anak, semua pasien mengembangkan antibodi terhadap SARS-CoV-2 dalam waktu 20 hari setelah penyakit timbul.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklarifikasi bahwa keberadaan antibodi tidak menjamin pasien tak akan terinfeksi virus lagi. Kebanyakan orang mengembangkan antibodi terhadap virus atau patogen apapun yang memasuki tubuh mereka sebagai respons kekebalan alami. (Baca Juga: Peneliti Italia Klaim Berhasil Kembangkan Vaksin COVID-19)
Studi ini dipublikasikan dalam Nature Medicine. Antibodi adalah protein darah yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyerbu asing atau kelenjar yang masuk ke dalam tubuh dan dapat menyebabkan penyakit. Jika antibodi bertahan dalam tubuh, mereka dapat menangkal serangan di kemudian hari dari patogen yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada darah yang diambil dari 285 orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 yang parah. Para peneliti di China menemukan bahwa mereka (para pasien) telah mengembangkan antibodi spesifik SARS-CoV-2 atau virus corona baru dalam 2-3 minggu pertama sejak gejala pertama.
Laman Times Now News menulis, temuan tersebut menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh orang yang sudah terinfeksi COVID-19 saat ini mungkin dapat mengenali virus dan melawan gelombang kedua infeksi dengan cara yang lebih baik.
Melalui penelitian tersebut, para peneliti menentukan bahwa hampir semua dari 285 pasien yang diteliti menghasilkan jenis antibodi yang disebut IgM atau antibodi pertama yang diproduksi sebagai respons terhadap infeksi. Hanya sekitar 40% yang menghasilkan IgM pada minggu pertama setelah timbulnya gejala, dan persentase akhirnya meningkat menjadi 95% dua minggu kemudian.
Adapun antibodi lain yang diproduksi oleh pasien ini adalah IgG, yang muncul beberapa saat setelah infeksi akut, dan memiliki potensi untuk menawarkan kekebalan berkelanjutan. (Baca Juga: Protein Bantu Sembuhkan Pasien COVID-19)
Menguji temuan mereka pada sampel lain dari 69 orang, para peneliti menemukan bahwa dengan pengecualian dari duo ibu-anak, semua pasien mengembangkan antibodi terhadap SARS-CoV-2 dalam waktu 20 hari setelah penyakit timbul.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda