Beri Kepuasan Luar Biasa, Posisi Seks Woman on Top Bisa Membahayakan
Rabu, 06 Januari 2021 - 01:11 WIB
JAKARTA - Sebuah tim peneliti Kanada telah menemukan bahwa posisi seks woman on top paling berbahaya bagi pria. Pasalnya, meski memberikan kenikmatan luar biasa, posisi seks woman on top bisa menyebabkan patah tulang penis.
( )
"Penelitian kami mendukung fakta bahwa hubungan seks dengan woman on top adalah posisi seks yang paling berisiko terkait dengan patah tulang penis," tulis para penulis seperti dikutip Business Standard, Selasa (5/1).
Peneliti mengamati tiga rumah sakit di Campinas, kota berpenduduk tiga juta orang di Brasil. Menurut The Telegraph, peneliti menggunakan catatan rumah sakit dan dalam beberapa kasus mewawancarai pasien. Peneliti mengamati pasien dengan dugaan patah tulang penis selama periode 13 tahun.
Separuh dari mereka, dengan usia rata-rata 34 tahun, melaporkan mendengar suara retak sebelum mengalami rasa sakit, dengan beberapa juga menderita pembengkakan. Beberapa dari mereka menunggu hingga 6 jam sebelum mencari bantuan medis.
"Hipotesis kami adalah bahwa ketika wanita berada di atas, dia biasanya mengontrol gerakan dengan seluruh berat tubuhnya mendarat di penis yang sedang ereksi, tidak dapat menghentikannya ketika penis mengalami penetrasi yang salah," kata penulis.
"Sebaliknya, ketika pria mengontrol gerakan, dia memiliki peluang lebih baik untuk menghentikan energi penetrasi sebagai respons terhadap rasa sakit yang terkait dengan cedera, meminimalkannya," tambah mereka.
Patah tulang penis adalah kondisi klinis yang relatif tidak umum. Kondisi ini menyebabkan rasa takut dan malu pada pasien serta dapat menghambat fungsi seksual.
(Baca juga: Seks Baik untuk Kesehatan, Berapa Lama Idealnya Dilakukan? )
Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Advances in Urology.
Lihat Juga: Mengintip Pesta Putih P Diddy yang Libatkan Artis Hollywood, dari Seks Bebas hingga Narkoba
( )
"Penelitian kami mendukung fakta bahwa hubungan seks dengan woman on top adalah posisi seks yang paling berisiko terkait dengan patah tulang penis," tulis para penulis seperti dikutip Business Standard, Selasa (5/1).
Peneliti mengamati tiga rumah sakit di Campinas, kota berpenduduk tiga juta orang di Brasil. Menurut The Telegraph, peneliti menggunakan catatan rumah sakit dan dalam beberapa kasus mewawancarai pasien. Peneliti mengamati pasien dengan dugaan patah tulang penis selama periode 13 tahun.
Separuh dari mereka, dengan usia rata-rata 34 tahun, melaporkan mendengar suara retak sebelum mengalami rasa sakit, dengan beberapa juga menderita pembengkakan. Beberapa dari mereka menunggu hingga 6 jam sebelum mencari bantuan medis.
"Hipotesis kami adalah bahwa ketika wanita berada di atas, dia biasanya mengontrol gerakan dengan seluruh berat tubuhnya mendarat di penis yang sedang ereksi, tidak dapat menghentikannya ketika penis mengalami penetrasi yang salah," kata penulis.
"Sebaliknya, ketika pria mengontrol gerakan, dia memiliki peluang lebih baik untuk menghentikan energi penetrasi sebagai respons terhadap rasa sakit yang terkait dengan cedera, meminimalkannya," tambah mereka.
Patah tulang penis adalah kondisi klinis yang relatif tidak umum. Kondisi ini menyebabkan rasa takut dan malu pada pasien serta dapat menghambat fungsi seksual.
(Baca juga: Seks Baik untuk Kesehatan, Berapa Lama Idealnya Dilakukan? )
Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Advances in Urology.
Lihat Juga: Mengintip Pesta Putih P Diddy yang Libatkan Artis Hollywood, dari Seks Bebas hingga Narkoba
(nug)
tulis komentar anda