Vaksin Sinovac Gunakan Virus yang Sudah Dimatikan
Sabtu, 16 Januari 2021 - 11:58 WIB
Uji klinis vaksin dilakukan dengan melibatkan dua kelompok. Kelompok pertama, kelompok yang tidak divaksin satu lagi kelompok yang divaksin. Setelah itu akan diamati dalam periode tertentu, untuk Sinovac sudah dilakukan selama 6 bulan.
"Akan dilihat berapa orang yang terkonfirmasi Covid pada kelompok vaksin dan yang tidak divaksin. Kalau vaksinasi itu manjur tentunya kelompok yang divaksin akan jauh lebih sedikit yang terinfeksi dibanding dengan kelompok yang tidak divaksin," jelasnya.
Efikasi sebenarnya dapat berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jumlah subyek buatan dan karakteristik dari populasi tersebut. Misalnya jika digunakan kepada populasi yang berisiko tinggi maka kelompok yang tidak divaksin, kemungkinan jumlah terpapar Covid-19 akan tinggi sehingga efikasi dari vaksin dalam hitungan menjadi tinggi. Tetapi ketika digunakan pada populasi dengan risiko rendah, misalnya kepada mereka yang tetap tinggal di rumah dan menerapkan protokol kesehatan lengkap kelihatan efikasinya akan berkurang.
Padahal vaksin yang digunakan sama, tetapi jika diujikan pada populasi yang berbeda bisa menghasilkan efikasi berbeda karena efikasi dihitung dari proporsi yang terpapar Covid-19 pada kedua kelompok. Jadi, angka efikasi tersebut bukan angka mati. Namun, nilai efikasi vaksin Sinovac diklaim sudah sangat bagus karena standar badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) memberikan izin vaksinasi dengan efikasi vaksin sebesar 50%.
Zullies mengatakan, selain istilah efikasi juga ada istilah efektivitas. Efikasi dihasilkan dari uji klinis seperti yang dilakukan di Bandung. Sedangkan efektivitas yakni setelah dipakai pada masyarakat.
"Diharapkan hasilnya tidak akan jauh berbeda artinya dengan 65,35% efikasi maka diharapkan bisa menekan sebanyak itu," ucapnya.
Keyakinan untuk melakukan vaksinasi ini diharapkan tidak membuat masyarakat abai terhadap protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Selama pandemi masih melanda virus masih banyak dimana-mana kewajiban untuk jaga jarak dan menggunakan masker masih harus terus dilakukan.
Dokter Tafdhila Rahmaniah yang juga pemilik Rumah Vaksinasi Bogor menjelaskan, vaksinasi tidak bisa melindungi 100%, ada celah seseorang yang sudah mendapt vaksin akan tertular. Dari segi vaksinnya butuh waktu sampai terbentuknya antibodi. Semua vaksin, tidak langsung terbentuk antibodi rata-rata membutuhkan waktu 10-14 hari. Terlebih vaksin Covid-19 ini yang dilakukan dua kali pemberian sehingga suntikan pertama belum membentuk antibodi.
"Perlu menunggu sampai dosis lengkap, dari pemberian kedua pun harus ditunggu lagi maksimal 14 hari sampai antibodi terbentuk. Dari pemberian awal berarti waktunya sebulan antibodi terbentuk," jelas Tafdhila. Hal yang sama juga berlaku untuk vaksin lain,misalnya vaksin influenza. Vaksin ini membutuhkan waktu 10-14 hari untuk membentuk antibodi.
Manfaat vaksin dapat membentuk herd immunity atau kekebalan di komunitas. Sebuah komunitas dapat memiliki kekebalan jika 70% dari anggota komunitas itu divaksin. "Contohnya kini kita jarang menemukan kasus polio karena cakupan vaksinasi polio atau orang yang divaksin polio dalam satu daerah sudah banyak," ungkapnya.
"Akan dilihat berapa orang yang terkonfirmasi Covid pada kelompok vaksin dan yang tidak divaksin. Kalau vaksinasi itu manjur tentunya kelompok yang divaksin akan jauh lebih sedikit yang terinfeksi dibanding dengan kelompok yang tidak divaksin," jelasnya.
Efikasi sebenarnya dapat berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jumlah subyek buatan dan karakteristik dari populasi tersebut. Misalnya jika digunakan kepada populasi yang berisiko tinggi maka kelompok yang tidak divaksin, kemungkinan jumlah terpapar Covid-19 akan tinggi sehingga efikasi dari vaksin dalam hitungan menjadi tinggi. Tetapi ketika digunakan pada populasi dengan risiko rendah, misalnya kepada mereka yang tetap tinggal di rumah dan menerapkan protokol kesehatan lengkap kelihatan efikasinya akan berkurang.
Padahal vaksin yang digunakan sama, tetapi jika diujikan pada populasi yang berbeda bisa menghasilkan efikasi berbeda karena efikasi dihitung dari proporsi yang terpapar Covid-19 pada kedua kelompok. Jadi, angka efikasi tersebut bukan angka mati. Namun, nilai efikasi vaksin Sinovac diklaim sudah sangat bagus karena standar badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) memberikan izin vaksinasi dengan efikasi vaksin sebesar 50%.
Zullies mengatakan, selain istilah efikasi juga ada istilah efektivitas. Efikasi dihasilkan dari uji klinis seperti yang dilakukan di Bandung. Sedangkan efektivitas yakni setelah dipakai pada masyarakat.
"Diharapkan hasilnya tidak akan jauh berbeda artinya dengan 65,35% efikasi maka diharapkan bisa menekan sebanyak itu," ucapnya.
Keyakinan untuk melakukan vaksinasi ini diharapkan tidak membuat masyarakat abai terhadap protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Selama pandemi masih melanda virus masih banyak dimana-mana kewajiban untuk jaga jarak dan menggunakan masker masih harus terus dilakukan.
Dokter Tafdhila Rahmaniah yang juga pemilik Rumah Vaksinasi Bogor menjelaskan, vaksinasi tidak bisa melindungi 100%, ada celah seseorang yang sudah mendapt vaksin akan tertular. Dari segi vaksinnya butuh waktu sampai terbentuknya antibodi. Semua vaksin, tidak langsung terbentuk antibodi rata-rata membutuhkan waktu 10-14 hari. Terlebih vaksin Covid-19 ini yang dilakukan dua kali pemberian sehingga suntikan pertama belum membentuk antibodi.
"Perlu menunggu sampai dosis lengkap, dari pemberian kedua pun harus ditunggu lagi maksimal 14 hari sampai antibodi terbentuk. Dari pemberian awal berarti waktunya sebulan antibodi terbentuk," jelas Tafdhila. Hal yang sama juga berlaku untuk vaksin lain,misalnya vaksin influenza. Vaksin ini membutuhkan waktu 10-14 hari untuk membentuk antibodi.
Manfaat vaksin dapat membentuk herd immunity atau kekebalan di komunitas. Sebuah komunitas dapat memiliki kekebalan jika 70% dari anggota komunitas itu divaksin. "Contohnya kini kita jarang menemukan kasus polio karena cakupan vaksinasi polio atau orang yang divaksin polio dalam satu daerah sudah banyak," ungkapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda