Menparekraf Ajak Singapura Bahas Peluang Travel Bubble
Kamis, 21 Januari 2021 - 20:52 WIB
JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengajak Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan membahas peluang untuk menerapkan perjalanan tanpa karantina ( travel bubble ).
Travel bubble adalah kesepakatan dengan negara lain untuk membuka akses masuk untuk turis agar timbul gelembung atau koridor perjalanan. Rencana ini dilakukan untuk memudahkan perjalanan wisatawan untuk keluar-masuk Indonesia, termasuk dari Singapura yang selama ini menjadi negara penyumbang jumlah wisman terbesar ke Indonesia.
Menparekraf mengatakan, meski Indonesia saat ini masih fokus meningkatkan pergerakan wisatawan Nusantara untuk membangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, namun tidak menutup kemungkinan Indonesia akan membuka pintunya untuk melakukan travel bubble. Dengan catatan, hal itu tergantung pada ada-tidak adanya perubahan dalam status COVID-19 di setiap negara.
"Untuk jangka pendek dengan segala ketidakpastian ini, kita sekarang lebih fokus pada pariwisata Nusantara. Akan tetapi saya rasa tidak menutup kemungkinan pasti untuk merenggangkannya, seperti dengan Singapura. Sebab, salah satunya saya rasa titik masuk wisatawan dari Singapura adalah Batam dan Bintan," ujar Sandiaga dalam keterangan resminya, kemarin (20/1).
Sandiaga menjelaskan, meski persiapan travel bubble masih tahap diskusi dan perencanaan, Kemenparekraf akan terus mendisiplinkan protokol kesehatan dengan ketat di tiap destinasi wisata Indonesia. Agar jika kelak kebijakan travel bubble diterapkan, Indonesia telah siap, khususnya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Lebih lanjut Sandiaga menjelaskan bahwa salah satu persiapan untuk melakukan kesepakatan dengan negara lain untuk membuka akses masuk untuk turis, sehingga terbentuk koridor perjalanan di salah satu destinasi wisata, Sandiaga akan mengusulkan beberapa destinasi. Di antaranya Bali, Jakarta, Batam, dan Bintan untuk menjadi prioritas mendapat vaksin lebih awal. Sebab, wilayah tersebut adalah titik masuk wisatawan.
"Vaksinasi sudah mulai di Indonesia. Saya telah melobi bahwa area seperti Bali, Jakarta, Batam, dan Bintan juga akan mendapat semacam prioritas, karena ekonomi Bali resesi -4% akibat turunnya kinerja pariwisata. Batam dan Bintan juga lumpuh," terangnya.
Sementara itu Menlu Singapura Vivian mengatakan, meski rencana travel bubble Singapura-Indonesia belum ditentukan kapan waktu penerapannya, tapi menurutnya tidak ada salahnya untuk mendiskusikan persiapan yang harus dilakukan di masing-masing negara untuk melakukan travel bubble.
Menurutnya, hal yang utama perlu dipersiapkan adalah aturan hingga protokol kesehatan yang ketat di masing-masing negara. Hal tersebut bertujuan agar wisatawan dapat melakukan perjalanan dengan nyaman.
"Kami memang memiliki travel bubble yang terbatas, termasuk di beberapa wilayah yang berbatasan dengan Indonesia. Jadi sangat penting untuk berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia, termasuk dalam hal protokol perjalanan, protokol kesehatan, dan tindakan pencegahannya. Jadi, dari sini kita bisa menyusun standar perjalanan dan pariwisata bersama secara aman, meskipun epideminya masih belum berakhir. Jadi, memang ada cukup banyak peraturan mendetail yang kita bisa mulai diskusikan dan rencanakan," ungkapnya.
Travel bubble adalah kesepakatan dengan negara lain untuk membuka akses masuk untuk turis agar timbul gelembung atau koridor perjalanan. Rencana ini dilakukan untuk memudahkan perjalanan wisatawan untuk keluar-masuk Indonesia, termasuk dari Singapura yang selama ini menjadi negara penyumbang jumlah wisman terbesar ke Indonesia.
Baca Juga
Menparekraf mengatakan, meski Indonesia saat ini masih fokus meningkatkan pergerakan wisatawan Nusantara untuk membangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, namun tidak menutup kemungkinan Indonesia akan membuka pintunya untuk melakukan travel bubble. Dengan catatan, hal itu tergantung pada ada-tidak adanya perubahan dalam status COVID-19 di setiap negara.
"Untuk jangka pendek dengan segala ketidakpastian ini, kita sekarang lebih fokus pada pariwisata Nusantara. Akan tetapi saya rasa tidak menutup kemungkinan pasti untuk merenggangkannya, seperti dengan Singapura. Sebab, salah satunya saya rasa titik masuk wisatawan dari Singapura adalah Batam dan Bintan," ujar Sandiaga dalam keterangan resminya, kemarin (20/1).
Sandiaga menjelaskan, meski persiapan travel bubble masih tahap diskusi dan perencanaan, Kemenparekraf akan terus mendisiplinkan protokol kesehatan dengan ketat di tiap destinasi wisata Indonesia. Agar jika kelak kebijakan travel bubble diterapkan, Indonesia telah siap, khususnya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Lebih lanjut Sandiaga menjelaskan bahwa salah satu persiapan untuk melakukan kesepakatan dengan negara lain untuk membuka akses masuk untuk turis, sehingga terbentuk koridor perjalanan di salah satu destinasi wisata, Sandiaga akan mengusulkan beberapa destinasi. Di antaranya Bali, Jakarta, Batam, dan Bintan untuk menjadi prioritas mendapat vaksin lebih awal. Sebab, wilayah tersebut adalah titik masuk wisatawan.
"Vaksinasi sudah mulai di Indonesia. Saya telah melobi bahwa area seperti Bali, Jakarta, Batam, dan Bintan juga akan mendapat semacam prioritas, karena ekonomi Bali resesi -4% akibat turunnya kinerja pariwisata. Batam dan Bintan juga lumpuh," terangnya.
Sementara itu Menlu Singapura Vivian mengatakan, meski rencana travel bubble Singapura-Indonesia belum ditentukan kapan waktu penerapannya, tapi menurutnya tidak ada salahnya untuk mendiskusikan persiapan yang harus dilakukan di masing-masing negara untuk melakukan travel bubble.
Menurutnya, hal yang utama perlu dipersiapkan adalah aturan hingga protokol kesehatan yang ketat di masing-masing negara. Hal tersebut bertujuan agar wisatawan dapat melakukan perjalanan dengan nyaman.
"Kami memang memiliki travel bubble yang terbatas, termasuk di beberapa wilayah yang berbatasan dengan Indonesia. Jadi sangat penting untuk berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia, termasuk dalam hal protokol perjalanan, protokol kesehatan, dan tindakan pencegahannya. Jadi, dari sini kita bisa menyusun standar perjalanan dan pariwisata bersama secara aman, meskipun epideminya masih belum berakhir. Jadi, memang ada cukup banyak peraturan mendetail yang kita bisa mulai diskusikan dan rencanakan," ungkapnya.
(tsa)
tulis komentar anda