Mengenal Operasi Hybrid untuk Tangani Diseksi Aorta
Sabtu, 13 Februari 2021 - 01:08 WIB
JAKARTA - Diseksi aorta merupakan kondisi ketika lapisan dalam pembuluh darah aorta robek dan terpisah dari lapisan tengah dinding aorta. Dalam beberapa kasus, gejala diseksi aorta mirip dengan gejala pada penyakit jantung dan stroke.
Ada salah satu cara untuk menangani penyakit ini, yakni dengan Operasi Hybrid, di mana teknik ini melibatkan teknologi terkini dan tim medis spesialis yang lengkap.
Dokter Sub-Spesialis Intervensi Kardiolog dan Vaskular Heartlogy Cardiovascular Center Brawijaya Hospital, Saharjo dr Suko Adiarto, Sp.JP (K), memaparkan bahwa timnya pernah menangani seorang pasien perempuan dengan usia 68 tahun datang dengan keluhan nyeri dada, sesak napas dan memiliki riwayat stroke.
Hasil CT-scan menunjukkan kombinasi diseksi aorta dengan robekan dari pangkal aorta jantung hingga ke aorta di perut. "Robekan yang ada menimbulkan gejala nyeri dada mirip dengan serangan jantung. Robekan juga melibatkan cabang aorta yang menuju pembuluh darah ke otak sehingga gejala yang muncul menyerupai stroke," ujar dr Suko dalam Diskusi Media Operasi Hybrid secara virtual, baru-baru ini.
Dia menuturkan, Operasi Hybrid sendiri terdiri dari tiga prosedur antara lain Total Arch Replacement yakni penggantian bagian aorta ascenden dan arcus aorta dengan menggunakan prostetic graft. Lalu, Elephant Trunk yaitu pemasangan graft untuk mempermudah prosedur stenting. Dan yang ketiga, Thoracic Endovascular Aortic Repair (TEVAR) yakni pemasangan stent graft pada descending aorta.
Dr Duko juga menjelaskan, seluruh pasien yang mengalami pembedahan jantung, harus dirawat di perawatan intensif sekitar 4-5 hari tergantung beratnya kasus dan rumitnya prosedur yang dilakukan.
"Berbeda dengan operasi jantung lain, operasi jenis ini mempunyai derajat pengawasan intensif yang lebih kompleks, antara lain adanya perubahan klinis yang sering kali tidak berhubungan dengan fungsi organ yang terlibat. Melainkan disebabkan oleh manuver/strategi operasi yang dikerjakan sebelumnya. Inilah sebabnya, harus ada komunikasi intensif antara tim ICU dan dokter bedah," papar dr Suko.
Manfaat lainnya Operasi Hybrid bagi pasien di antaranya adalah tindakan diagnostik, intervensi dan pembedahan pada saat yang sama, keamanan dan hasil klinis lebih baik, mencegah penundaan tindakan, pemulihan lebih cepat dan efektivitas biaya.
Ada salah satu cara untuk menangani penyakit ini, yakni dengan Operasi Hybrid, di mana teknik ini melibatkan teknologi terkini dan tim medis spesialis yang lengkap.
Dokter Sub-Spesialis Intervensi Kardiolog dan Vaskular Heartlogy Cardiovascular Center Brawijaya Hospital, Saharjo dr Suko Adiarto, Sp.JP (K), memaparkan bahwa timnya pernah menangani seorang pasien perempuan dengan usia 68 tahun datang dengan keluhan nyeri dada, sesak napas dan memiliki riwayat stroke.
Hasil CT-scan menunjukkan kombinasi diseksi aorta dengan robekan dari pangkal aorta jantung hingga ke aorta di perut. "Robekan yang ada menimbulkan gejala nyeri dada mirip dengan serangan jantung. Robekan juga melibatkan cabang aorta yang menuju pembuluh darah ke otak sehingga gejala yang muncul menyerupai stroke," ujar dr Suko dalam Diskusi Media Operasi Hybrid secara virtual, baru-baru ini.
Dia menuturkan, Operasi Hybrid sendiri terdiri dari tiga prosedur antara lain Total Arch Replacement yakni penggantian bagian aorta ascenden dan arcus aorta dengan menggunakan prostetic graft. Lalu, Elephant Trunk yaitu pemasangan graft untuk mempermudah prosedur stenting. Dan yang ketiga, Thoracic Endovascular Aortic Repair (TEVAR) yakni pemasangan stent graft pada descending aorta.
Dr Duko juga menjelaskan, seluruh pasien yang mengalami pembedahan jantung, harus dirawat di perawatan intensif sekitar 4-5 hari tergantung beratnya kasus dan rumitnya prosedur yang dilakukan.
"Berbeda dengan operasi jantung lain, operasi jenis ini mempunyai derajat pengawasan intensif yang lebih kompleks, antara lain adanya perubahan klinis yang sering kali tidak berhubungan dengan fungsi organ yang terlibat. Melainkan disebabkan oleh manuver/strategi operasi yang dikerjakan sebelumnya. Inilah sebabnya, harus ada komunikasi intensif antara tim ICU dan dokter bedah," papar dr Suko.
Manfaat lainnya Operasi Hybrid bagi pasien di antaranya adalah tindakan diagnostik, intervensi dan pembedahan pada saat yang sama, keamanan dan hasil klinis lebih baik, mencegah penundaan tindakan, pemulihan lebih cepat dan efektivitas biaya.
(nug)
tulis komentar anda