100 Tahun Kelahiran Usmar Ismail, dari Pameran hingga Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Selasa, 23 Maret 2021 - 17:31 WIB
"Mas Riri Riza dengan komunitasnya di Rumata' ArtSpace di Makassar, kemudian di Bukittinggi ini di bawah komunitas yang saya dirikan yang bernama Sako Academy. Kemudian, di Jakarta ada juga kegiatan di Kinosaurus," ungkap Arief ketika ditemui belum lama ini.
"Di Bukittinggi, kita fokus pada pameran dengan konsep yang seperti ini, dan di outdoor kita membuat mural yang cukup tinggi. Dan di sebelah mural itu, kita juga menukilkan salah satu karya puisi Usmar Ismail sebelum menjadi insan perfilman. Itu ada di janjang 40, karena kami menganggap janjang 40 itu adalah sebuah laluan yang sangat akrab dengan masyarakat Bukittinggi. Balik lagi ke konsep awalnya agar Usmar Ismail dekat dengan masyarakat di kota kelahirannya," jelasnya.
Pameran di Kota Bukittinggi pun turut dihadiri dua anak Usmar Ismail, yaitu Heidy Hermia Ismail dan Nureddin Ismail.
Menurut Heidy, film karya Usmar sangat sarat nilai nasionalisme, yang sangat dibutuhkan bangsa yang baru merdeka. "Beliau menjadikan kebudayaan tidak hanya sekadar pakaian luar, namun juga menjadikan kebudayaan sebagai media komunikasi antar bangsa," ucap Heidy.
Bertepatan dengan momentum 100 tahun hari kelahiran Usmar Ismail, Heidy bersama insan perfilman Tanah Air pun berharap Usmar Ismail, yang merupakan sastrawan, wartawan dan sutradara, serta dianggap sebagai pelopor perfilman indonesia, dapat dijadikan pahlawan nasional.
"Perjalanan hidup dan apa yang sudah beliau lakukan sebagai pejuang kebudayaan, pejuang film, yang menurut hemat kami semua terutama juga dari insan-insan film pastinya menganggap layak dan patut untuk Haji Usmar Ismail ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Khususnya tahun ini yang memang momentumnya pas karena peringatan 100 tahun hari lahir Usmar Ismail," tutur Heidy.
Sementara itu, peringatan Hari Film Nasional tahun ini juga menjadi momentum masyarakat Indonesia untuk bersama kembali ke bioskop sebagai apresiasi atas karya anak bangsa. Tentunya itu dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Di Bukittinggi, kita fokus pada pameran dengan konsep yang seperti ini, dan di outdoor kita membuat mural yang cukup tinggi. Dan di sebelah mural itu, kita juga menukilkan salah satu karya puisi Usmar Ismail sebelum menjadi insan perfilman. Itu ada di janjang 40, karena kami menganggap janjang 40 itu adalah sebuah laluan yang sangat akrab dengan masyarakat Bukittinggi. Balik lagi ke konsep awalnya agar Usmar Ismail dekat dengan masyarakat di kota kelahirannya," jelasnya.
Pameran di Kota Bukittinggi pun turut dihadiri dua anak Usmar Ismail, yaitu Heidy Hermia Ismail dan Nureddin Ismail.
Menurut Heidy, film karya Usmar sangat sarat nilai nasionalisme, yang sangat dibutuhkan bangsa yang baru merdeka. "Beliau menjadikan kebudayaan tidak hanya sekadar pakaian luar, namun juga menjadikan kebudayaan sebagai media komunikasi antar bangsa," ucap Heidy.
Bertepatan dengan momentum 100 tahun hari kelahiran Usmar Ismail, Heidy bersama insan perfilman Tanah Air pun berharap Usmar Ismail, yang merupakan sastrawan, wartawan dan sutradara, serta dianggap sebagai pelopor perfilman indonesia, dapat dijadikan pahlawan nasional.
"Perjalanan hidup dan apa yang sudah beliau lakukan sebagai pejuang kebudayaan, pejuang film, yang menurut hemat kami semua terutama juga dari insan-insan film pastinya menganggap layak dan patut untuk Haji Usmar Ismail ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Khususnya tahun ini yang memang momentumnya pas karena peringatan 100 tahun hari lahir Usmar Ismail," tutur Heidy.
Sementara itu, peringatan Hari Film Nasional tahun ini juga menjadi momentum masyarakat Indonesia untuk bersama kembali ke bioskop sebagai apresiasi atas karya anak bangsa. Tentunya itu dengan menerapkan protokol kesehatan.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda