KFI dan IGI Angkat Hidden Hunger di Lokakarya Internasional
Kamis, 25 Maret 2021 - 19:16 WIB
JAKARTA - Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI) dan Institut Gizi Indonesia (IGI) menggelar lokakarya internasional secara virtual tentang masalah gizi mikro global dan nasional. Masalah gizi tersebut adalah defisiensi zat gizi mikro, khususnya zat besi, iodium, seng/zinc, vitamin A dan asam Folat, yang secara global dikenal sebagai hidden hunger atau kelaparan tersembunyi.
Menurut Global Hunger Index dan WHO, kira-kira 2 miliar orang mengalami kekurangan vitamin dan mineral di dalam makanan mereka, yang antara lain berdampak pada tingginya angka kematian balita karena sebagian besar terkait dengan kekurangan besi, vitamin A dan seng. Mereka yang berhasil hidup, sebagian besar mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan intelektual, yang disebut stunting. Anak di negara berkembang, termasuk Indonesia, yang mengalami stunting, sekitar 30 persennya disebabkan oleh masalah kekurangan gizi mikro kronis. Sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga miskin.
Ada dua pendekatan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi mikro dalam situasi di mana konsumsi makanan tidak dapat mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral. Pertama adalah pendekatan berbasis pangan dengan Fortifikasi makanan dan biofortifikasi, dan bantuan pangan atau suplemen. Kedua adalah pendekatan berbasis non-pangan dengan menggunakan suplementasi pil/kapsul vitamin dan mineral.
Sementara lokakarya ini mendiskusikan kedua pendekatan tersebut, tidak hanya dalam kaitannya terhadap penurunan stunting tetapi juga tentang manfaatnya terhadap vaksinasi Covid-19. Sebanyak 20 pembicara internasional dan nasional yang kepakarannya dalam bidang gizi, pangan dan kesehatan masyarakat sudah sangat dikenal, menyampaikan presentasi dan pendapatnya mengenai kedua pendekatan dalam dua hari lokakarya.
Tema lokakarya yang diangkat adlaah Gizi mikro sebagai Strategi Tandem dalam Pemberian Vaksinasi COVID-19 dan Peningkatan Penurunan Stunting: Peranan Suplementasi Gizi Mikro Multiple dan Fortifikasi Pangan (Micronutrient as a Strategic Tandem of Covid-19 Vaccination and Acceleration of Stunting Reduction; the Role of Multi-micronutrient Supplementation and Food Fortification).
Tujuan lokakarya ini adalah mendukung pembuat kebijakan di pemerintah dan industri tentang pentingnya mewajibkan fortifikasi makanan bagi kesehatan dan kesejahteraan orang miskin, khususnya kehidupan di 1.000 hari pertama kehidupan untuk generasi masa depan dan untuk menciptakan generasi Indonesia yang lebih baik.
Keynote speech dari lokakarya internasioal ini disampaikan dan sekaligus dibuka Menteri Kesehatan, Ir. Budi Gunadi Sadikin yang diwakili drg. Kartini Rustandi MKes, Pelaksana Tugas Direktur Jendral Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Ketua Akademi Ilmu Pengetahun Indoneia Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, PhD menyampaikan pidato bahwa ilmu pengetahuan dan inovasi, termasuk ilmu pengetahuan gizi, harus merupakan fondasi formulasi kebijakan yang berdasarkan bukti, bagi pengembangan kualitas manusia sebagai landasan peradaban manusia.
Salah satu pembicara utama di hari pertama, Prof. Dr. Sangkot Marzuki, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia pada periode sebelumnya dan Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia serta Ketua Dewan Pakar IGI, menjelaskan tentang sejarah vitamin di Indonesia yang luar biasa. Setelah itu, diikuti presentasi oleh dua professor dari the Johns Hopkins University, yakni Prof Keith P. West Dr.PH, and Dr. Klaus Kraemer, dan juga dari Oxford University, Dr. Anuraj Shangkar, serta Dr. Clayton Ajello, dari humanitarian/micronutrient forum dan juga anggota the MMS Task Force.
Pada hari kedua, lokakarya diisi oleh pembicara yang di antaranya adalah tiga Penerima Penghargaan Pangan Dunia. Mereka adalah Dr. David Nabarro, Utusan Khusus WHO Director General on Covid-19 dan Advisory Committee Member of the UN Food System Summit yang juga adalah Pemegang World Food Prize Laurate 2018 yang berbicara tentang SDGs, sistem pangan, juga pentingnya asupan gizi yang baik pada periode 1.000 hari pertama kehidupan.
Berikutnya adalah Howarth Bouis, PhD, Pemegang World Food Prize Laureates 2016, dan pendiri serta mantan Direktur HarvestPlus Washington, yang memimpin team penelitian penemuan teknologi biofortikasi. Kemudian, Lawrence Haddad, PhD, Direktur Eksekutif GAIN, Co-chair Global Nutrition Report dan Pemegang World Food Prize Laureates 2018. Selanjutnya, Erick Boy, PhD, Direktur Gizi dari Harvestplus, Washington, memberikan penjelasan tentang Dasar Riset Gizi, bukti bagi Biofortifikasi Makanan Pokok.
Menurut Global Hunger Index dan WHO, kira-kira 2 miliar orang mengalami kekurangan vitamin dan mineral di dalam makanan mereka, yang antara lain berdampak pada tingginya angka kematian balita karena sebagian besar terkait dengan kekurangan besi, vitamin A dan seng. Mereka yang berhasil hidup, sebagian besar mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan intelektual, yang disebut stunting. Anak di negara berkembang, termasuk Indonesia, yang mengalami stunting, sekitar 30 persennya disebabkan oleh masalah kekurangan gizi mikro kronis. Sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga miskin.
Ada dua pendekatan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi mikro dalam situasi di mana konsumsi makanan tidak dapat mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral. Pertama adalah pendekatan berbasis pangan dengan Fortifikasi makanan dan biofortifikasi, dan bantuan pangan atau suplemen. Kedua adalah pendekatan berbasis non-pangan dengan menggunakan suplementasi pil/kapsul vitamin dan mineral.
Sementara lokakarya ini mendiskusikan kedua pendekatan tersebut, tidak hanya dalam kaitannya terhadap penurunan stunting tetapi juga tentang manfaatnya terhadap vaksinasi Covid-19. Sebanyak 20 pembicara internasional dan nasional yang kepakarannya dalam bidang gizi, pangan dan kesehatan masyarakat sudah sangat dikenal, menyampaikan presentasi dan pendapatnya mengenai kedua pendekatan dalam dua hari lokakarya.
Tema lokakarya yang diangkat adlaah Gizi mikro sebagai Strategi Tandem dalam Pemberian Vaksinasi COVID-19 dan Peningkatan Penurunan Stunting: Peranan Suplementasi Gizi Mikro Multiple dan Fortifikasi Pangan (Micronutrient as a Strategic Tandem of Covid-19 Vaccination and Acceleration of Stunting Reduction; the Role of Multi-micronutrient Supplementation and Food Fortification).
Tujuan lokakarya ini adalah mendukung pembuat kebijakan di pemerintah dan industri tentang pentingnya mewajibkan fortifikasi makanan bagi kesehatan dan kesejahteraan orang miskin, khususnya kehidupan di 1.000 hari pertama kehidupan untuk generasi masa depan dan untuk menciptakan generasi Indonesia yang lebih baik.
Keynote speech dari lokakarya internasioal ini disampaikan dan sekaligus dibuka Menteri Kesehatan, Ir. Budi Gunadi Sadikin yang diwakili drg. Kartini Rustandi MKes, Pelaksana Tugas Direktur Jendral Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Ketua Akademi Ilmu Pengetahun Indoneia Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, PhD menyampaikan pidato bahwa ilmu pengetahuan dan inovasi, termasuk ilmu pengetahuan gizi, harus merupakan fondasi formulasi kebijakan yang berdasarkan bukti, bagi pengembangan kualitas manusia sebagai landasan peradaban manusia.
Salah satu pembicara utama di hari pertama, Prof. Dr. Sangkot Marzuki, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia pada periode sebelumnya dan Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia serta Ketua Dewan Pakar IGI, menjelaskan tentang sejarah vitamin di Indonesia yang luar biasa. Setelah itu, diikuti presentasi oleh dua professor dari the Johns Hopkins University, yakni Prof Keith P. West Dr.PH, and Dr. Klaus Kraemer, dan juga dari Oxford University, Dr. Anuraj Shangkar, serta Dr. Clayton Ajello, dari humanitarian/micronutrient forum dan juga anggota the MMS Task Force.
Pada hari kedua, lokakarya diisi oleh pembicara yang di antaranya adalah tiga Penerima Penghargaan Pangan Dunia. Mereka adalah Dr. David Nabarro, Utusan Khusus WHO Director General on Covid-19 dan Advisory Committee Member of the UN Food System Summit yang juga adalah Pemegang World Food Prize Laurate 2018 yang berbicara tentang SDGs, sistem pangan, juga pentingnya asupan gizi yang baik pada periode 1.000 hari pertama kehidupan.
Berikutnya adalah Howarth Bouis, PhD, Pemegang World Food Prize Laureates 2016, dan pendiri serta mantan Direktur HarvestPlus Washington, yang memimpin team penelitian penemuan teknologi biofortikasi. Kemudian, Lawrence Haddad, PhD, Direktur Eksekutif GAIN, Co-chair Global Nutrition Report dan Pemegang World Food Prize Laureates 2018. Selanjutnya, Erick Boy, PhD, Direktur Gizi dari Harvestplus, Washington, memberikan penjelasan tentang Dasar Riset Gizi, bukti bagi Biofortifikasi Makanan Pokok.
(nug)
tulis komentar anda