Dukung Pariwisata Indonesia, Balitbanghub Uji Operasional Pesawat Apung
Kamis, 29 April 2021 - 02:37 WIB
JAKARTA - Berangkat dari adanya potensi sekaligus mengenalkan kekayaan serta keindahan alam terutama laut Indonesia mendorong Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) mengadakan uji operasional seaplane atau pesawat apung dengan rute Bali menuju Gili Iyang, beberapa waktu lalu. Selain uji operasional pesawat apung, Balitbanghub juga merencanakan pembangunan bandar udara perairan sebagai tempat lepas landas dan pendaratan.
Seaplane atau pesawat apung merupakan pesawat udara yang dapat mendarat di bandara daratan (land aerodrome) serta bandara perairan (water aerodrome). Seaplane yang diujikan dalam uji operasional ini adalah jenis Cessna Caravan Amfibi 208A yang saat ini beroperasi di Indonesia.
"Kegiatan ini telah melalui serangkaian proses penelitian dan pengembangan yang memperhitungkan secara cermat berbagai aspek mulai dari aspek teknis dan keselamatan. Kami optimistis bahwa seaplane ini menjadi terobosan yang positif untuk turut memajukan pariwisata Indonesia, meningkatkan perekonomian juga layanan penghubung atau konektivitas antar pulau," ujar Kepala Balitbanghub, Umar Aris dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/4).
Gili Iyang menjadi lokasi pertama yang dipilih dalam uji operasi ini. Pulau ini terletak di sebelah timur Pulau Madura dan secara administratif masuk wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Menurut Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, Gili Iyang menjadi salah satu lokasi yang potensial karena dikenal sebagai pulau dengan kadar oksigen tinggi yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.
"Selain melayani kebutuhan wisata, seaplane ini diharapkan dapat juga melayani kebutuhan masyarakat sebagai sarana transportasi. Dari hasil uji coba ini kami sangat menyambut baik dan akan mendukung sebaik mungkin untuk implementasi ke depannya," jelas Achmad Fauzi.
Pesawat apung umumnya digunakan sebagai sarana transportasi ke daerah terpencil yang tidak memiliki bandara di daratan tapi memiliki wilayah perairan yang cocok sebagai landasan. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Udara, Capt. Novyanto Widadi menyatakan bahwa pesawat apung juga dapat digunakan untuk kepentingan search and rescue (SAR) dan patroli laut.
Tapi, kini semakin banyak juga pesawat apung yang digunakan untuk transportasi wisata di wilayah perairan luas. "Harapannya setelah pandemi ini berlalu, adanya seaplane dan bandar udara perairan di Gili Iyang bisa meningkatkan kemajuan wisata di sana," tuturnya.
Selain Gili Iyang, Kemenhub melalui Balitbanghub merencanakan pembuatan bandara perairan dan pengoperasian seaplane di daerah lainnya di Indonesia yang punya potensi menjadi daerah wisata dan pemberdayaan ekonomi setempat.
Lokasi yang direncanakan meliputi Danau Toba di Sumatera Utara, Pulau Senua di Kepulauan Riau, Derawan Berau (Kalimantan Timur), Gili Trawangan (NTB), Labuan Bajo Manggarai Barat (NTT), Bunaken Manado (Sulawesi Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Pulau Widi Halmahera Selatan (Maluku Utara), dan Raja Ampat (Papua Barat).
Baca Juga
Seaplane atau pesawat apung merupakan pesawat udara yang dapat mendarat di bandara daratan (land aerodrome) serta bandara perairan (water aerodrome). Seaplane yang diujikan dalam uji operasional ini adalah jenis Cessna Caravan Amfibi 208A yang saat ini beroperasi di Indonesia.
"Kegiatan ini telah melalui serangkaian proses penelitian dan pengembangan yang memperhitungkan secara cermat berbagai aspek mulai dari aspek teknis dan keselamatan. Kami optimistis bahwa seaplane ini menjadi terobosan yang positif untuk turut memajukan pariwisata Indonesia, meningkatkan perekonomian juga layanan penghubung atau konektivitas antar pulau," ujar Kepala Balitbanghub, Umar Aris dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/4).
Gili Iyang menjadi lokasi pertama yang dipilih dalam uji operasi ini. Pulau ini terletak di sebelah timur Pulau Madura dan secara administratif masuk wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Menurut Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, Gili Iyang menjadi salah satu lokasi yang potensial karena dikenal sebagai pulau dengan kadar oksigen tinggi yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.
"Selain melayani kebutuhan wisata, seaplane ini diharapkan dapat juga melayani kebutuhan masyarakat sebagai sarana transportasi. Dari hasil uji coba ini kami sangat menyambut baik dan akan mendukung sebaik mungkin untuk implementasi ke depannya," jelas Achmad Fauzi.
Pesawat apung umumnya digunakan sebagai sarana transportasi ke daerah terpencil yang tidak memiliki bandara di daratan tapi memiliki wilayah perairan yang cocok sebagai landasan. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Udara, Capt. Novyanto Widadi menyatakan bahwa pesawat apung juga dapat digunakan untuk kepentingan search and rescue (SAR) dan patroli laut.
Tapi, kini semakin banyak juga pesawat apung yang digunakan untuk transportasi wisata di wilayah perairan luas. "Harapannya setelah pandemi ini berlalu, adanya seaplane dan bandar udara perairan di Gili Iyang bisa meningkatkan kemajuan wisata di sana," tuturnya.
Selain Gili Iyang, Kemenhub melalui Balitbanghub merencanakan pembuatan bandara perairan dan pengoperasian seaplane di daerah lainnya di Indonesia yang punya potensi menjadi daerah wisata dan pemberdayaan ekonomi setempat.
Lokasi yang direncanakan meliputi Danau Toba di Sumatera Utara, Pulau Senua di Kepulauan Riau, Derawan Berau (Kalimantan Timur), Gili Trawangan (NTB), Labuan Bajo Manggarai Barat (NTT), Bunaken Manado (Sulawesi Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Pulau Widi Halmahera Selatan (Maluku Utara), dan Raja Ampat (Papua Barat).
(nug)
tulis komentar anda