Belum Masuk ke Indonesia, Kemenkes Tetap Ingatkan Waspada COVID-19 Varian Lambda
Selasa, 29 Juni 2021 - 10:57 WIB
JAKARTA - Juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyatakan, COVID-19 varian Lambda belum ditemukan di Indonesia. Meski demikian, sudah 29 negara melaporkan temuan varian yang pertama kali teridentifikasi di Peru tersebut.
"(Varian Lambda) belum masuk (Indonesia) sampai saat ini," ujar Siti Nadia, belum lama ini.
Namun, Siti Nadia menegaskan pada masyarakat bahwa bukan berarti bisa merasa aman dan mengendurkan protokol kesehatan. Sebab, saat ini Indonesia tengah mengalami lonjakan kasus, salah satunya efek peningkatan jumlah kasus COVID-19 varian Delta yang sudah menjadi 'Variant of Concert' (VOC) di Indonesia.
"Saat ini Indonesia memang sedang fokus ke varian Delta, tapi masyarakat tetap harus waspada dengan varian COVID-19 lain yang sudah banyak ditemukan di beberapa negara termasuk Lambda. Prokes harus lebih ketat dan disiplin," sarannya saat dihubungi MNC Portal, Selasa (29/6).
Terlebih Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menduga varian Lambda memiliki dua karakteristik yang cukup mengkhawatirkan. Varian ini diduga mudah menyebar dibandingkan varian original dan memiliki kemampuan memengaruhi faktor netralisasi daripada vaksin.
Pemerintah pun menurut Siti Nadia, akan dilakukan pengetatan maksimal di seluruh pintu masuk demi meminimalisir masuknya varian ini dari negara luar. "Ini jadi kewaspadaan kita semua. Kami lakukan pengetatan maksimal di pintu masuk agar varian ini tidak masuk," tambahnya.
Siti Nadia juga mengatakan, tim peneliti genom sekuensing yang fokus pada pencarian varian virus, termasuk varian COVID-19, dipastikan akan melacak keberadaan varian tersebut dan segera melaporkan jika ditemukan.
Dia mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan varian ini harus jadi perhatian. "Saya rasa fokus utama masih pada varian Delta yang lebih tinggi kasusnya di Indonesia dibandingkan varian lain. Tapi, tetap varian lain harus diwaspadai," ujar Siti Nadia.
Saat ini WHO telah memasukkan COVID-19 varian Lambda sebagai Varian of Interest (VOI). Varian ini masuk ke list VOI WHO karena penemuan kasusnya terus dilaporkan di beberapa negara, dengan 31% kasus di Chili didominasi varian Lambda ini.
"(Varian Lambda) belum masuk (Indonesia) sampai saat ini," ujar Siti Nadia, belum lama ini.
Namun, Siti Nadia menegaskan pada masyarakat bahwa bukan berarti bisa merasa aman dan mengendurkan protokol kesehatan. Sebab, saat ini Indonesia tengah mengalami lonjakan kasus, salah satunya efek peningkatan jumlah kasus COVID-19 varian Delta yang sudah menjadi 'Variant of Concert' (VOC) di Indonesia.
"Saat ini Indonesia memang sedang fokus ke varian Delta, tapi masyarakat tetap harus waspada dengan varian COVID-19 lain yang sudah banyak ditemukan di beberapa negara termasuk Lambda. Prokes harus lebih ketat dan disiplin," sarannya saat dihubungi MNC Portal, Selasa (29/6).
Terlebih Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menduga varian Lambda memiliki dua karakteristik yang cukup mengkhawatirkan. Varian ini diduga mudah menyebar dibandingkan varian original dan memiliki kemampuan memengaruhi faktor netralisasi daripada vaksin.
Pemerintah pun menurut Siti Nadia, akan dilakukan pengetatan maksimal di seluruh pintu masuk demi meminimalisir masuknya varian ini dari negara luar. "Ini jadi kewaspadaan kita semua. Kami lakukan pengetatan maksimal di pintu masuk agar varian ini tidak masuk," tambahnya.
Siti Nadia juga mengatakan, tim peneliti genom sekuensing yang fokus pada pencarian varian virus, termasuk varian COVID-19, dipastikan akan melacak keberadaan varian tersebut dan segera melaporkan jika ditemukan.
Baca Juga
Dia mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan varian ini harus jadi perhatian. "Saya rasa fokus utama masih pada varian Delta yang lebih tinggi kasusnya di Indonesia dibandingkan varian lain. Tapi, tetap varian lain harus diwaspadai," ujar Siti Nadia.
Saat ini WHO telah memasukkan COVID-19 varian Lambda sebagai Varian of Interest (VOI). Varian ini masuk ke list VOI WHO karena penemuan kasusnya terus dilaporkan di beberapa negara, dengan 31% kasus di Chili didominasi varian Lambda ini.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda