Pandemi Covid-19 Bikin Cemas, Begini Saran Psikolog Untuk Menghindarinya!
Jum'at, 09 Juli 2021 - 12:36 WIB
JAKARTA - Kenaikan angka kasus Covid-19 di tanha air makin mengkhawatirkan. Angka penambahan kasus positif Covid-19 terus menanjak tinggi. Per Kamis, 8 Juli 2021, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada 38.391 kasus baru dalam sehari sehingga total kasusnya sekarang 2.417.788 kasus.
Kondisi ini membuat beberapa masyarakat khawatir. Rasa cemas dan takut semakin diperparah dengan informasi yang beredar di media sosial, memperlihatkan foto atau video pasien Covid-19 kesulitan mencari rumah sakit ataupun tabung oksigen,
Belum berhenti di situ, suara sirine ambulans sepertinya jadi bunyi yang biasa kita dengar belakangan ini. Ada beberapa dari Anda bahkan bisa mendengar suara ambulans tersebut lebih dari 5 kali dalam sehari.
Kondisi seperti ini perlu disikapi dengan bijak oleh masyarakat. Mempertahankan kewarasan di tengah meroketnya kasus Covid-19 adalah hal yang harus dikerjakan, selain menjaga kebugaran tubuh.
Psikolog Klinis Meity Arianty menjelaskan kalau dirinya saat ini sudah menerapkan pembatasan sosial media. Menurutnya itu cara paling bijak dan mudah dilakukan di saat seperti sekarang untuk mewaraskan mental.
"Aku enggak mau lihat, enggak pernah mau lihat. Kalau ada informasi mengenai lonjakan kasus, video penguburan jenazah, kolapsnya rumah sakit, aku enggak mau lihat langsung. Itu mengotori pikiranku," cerita Mei pada MNC Portal, Jumat (9/7/2021).
Saat pikiran sudah kotor, sambung Mei, maka akan mudah muncul kecemasan dan ketakutan dan kondisi negatif itu bakal mengontrol tubuh kita. Kalau sudah begitu, akan sulit untuk menyeimbangkan pikiran dan tubuh.
"Karena itu, aku saat ini sangat memfilter apa yang aku lihat, aku dengar, aku
Salah satu teknik yang disarankan Mei untuk mengolah napas adalah dengan melakukan Buteyko. Ini adalah teknik pernapasan yang banyak dilakukan sebagai terapi untuk mengoptimalkan oksigen bagi orang yang mengalami masalah dengan kesehatan, termasuk kecemasan, ketakutan, dan panic attack.
Perlu diketahui terlebih dulu bahwa bernapas dengan benar itu menghirup udara lewat hidung dan menghembuskannya pun lewat hidung. Tapi, kata Mei, banyak dari kita tanpa sadar 'inhale' ataupun 'exhale' lewat mulut dan ini yang perlu diperbaiki.
"Saat Anda cemas, napas biasanya akan lebih cepat dan ini memengaruhi detak jantung. Itu kenapa banyak saran diberikan ketika cemas yang diatur pertama kali adalah napas dan posisi tubuh," kata Mei.
Kondisi ini membuat beberapa masyarakat khawatir. Rasa cemas dan takut semakin diperparah dengan informasi yang beredar di media sosial, memperlihatkan foto atau video pasien Covid-19 kesulitan mencari rumah sakit ataupun tabung oksigen,
Belum berhenti di situ, suara sirine ambulans sepertinya jadi bunyi yang biasa kita dengar belakangan ini. Ada beberapa dari Anda bahkan bisa mendengar suara ambulans tersebut lebih dari 5 kali dalam sehari.
Kondisi seperti ini perlu disikapi dengan bijak oleh masyarakat. Mempertahankan kewarasan di tengah meroketnya kasus Covid-19 adalah hal yang harus dikerjakan, selain menjaga kebugaran tubuh.
Psikolog Klinis Meity Arianty menjelaskan kalau dirinya saat ini sudah menerapkan pembatasan sosial media. Menurutnya itu cara paling bijak dan mudah dilakukan di saat seperti sekarang untuk mewaraskan mental.
"Aku enggak mau lihat, enggak pernah mau lihat. Kalau ada informasi mengenai lonjakan kasus, video penguburan jenazah, kolapsnya rumah sakit, aku enggak mau lihat langsung. Itu mengotori pikiranku," cerita Mei pada MNC Portal, Jumat (9/7/2021).
Saat pikiran sudah kotor, sambung Mei, maka akan mudah muncul kecemasan dan ketakutan dan kondisi negatif itu bakal mengontrol tubuh kita. Kalau sudah begitu, akan sulit untuk menyeimbangkan pikiran dan tubuh.
"Karena itu, aku saat ini sangat memfilter apa yang aku lihat, aku dengar, aku
Baca Juga
Salah satu teknik yang disarankan Mei untuk mengolah napas adalah dengan melakukan Buteyko. Ini adalah teknik pernapasan yang banyak dilakukan sebagai terapi untuk mengoptimalkan oksigen bagi orang yang mengalami masalah dengan kesehatan, termasuk kecemasan, ketakutan, dan panic attack.
Perlu diketahui terlebih dulu bahwa bernapas dengan benar itu menghirup udara lewat hidung dan menghembuskannya pun lewat hidung. Tapi, kata Mei, banyak dari kita tanpa sadar 'inhale' ataupun 'exhale' lewat mulut dan ini yang perlu diperbaiki.
"Saat Anda cemas, napas biasanya akan lebih cepat dan ini memengaruhi detak jantung. Itu kenapa banyak saran diberikan ketika cemas yang diatur pertama kali adalah napas dan posisi tubuh," kata Mei.
(wur)
tulis komentar anda