Kenapa Orang Obesitas Berisiko Tinggi Terinfeksi Covid-19? Ini Penjelasannya!
Senin, 19 Juli 2021 - 12:55 WIB
"Jadi, orang obesitas menyimpan banyak zat dalam sel lemak, tetapi mereka juga mulai melepaskan lebih banyak dari biasanya saat mereka tumbuh," kata Andrew Greenberg, direktur laboratorium obesitas di Jean Mayer, Pusat Penelitian Nutrisi Manusia USDA di Universitas Tufts.
"Zat buruk yang dilepas orang obesitas beredar ke dalam darah dan mengikat sel-sel kekebalan di hati dan otot. Dan ini mengarah pada pelepasan faktor inflamasi," sambungnya.
Namun, ada kemungkinan lain yang dipakai peneliti dalam menyikapi masalah ini, yaitu ketika jaringan lemak menumpuk, itu menjadi hipoksia atau kekurangan oksigen. Ini pun menjadi faktor yang dapat mengaktifkan jalur inflamasi dalam tubuh.
Walsh pun berpendapat bahwa ketika sel-sel lemak yang membesar mulai mati, tubuh mengalami kesulitan membersihkan diri dari jaringan ini. Kondisi tersebut berkontribusi pada banyak toksisitas dan memicu kaskade di mana segala macam hal buruk dapat terjadi.
Lebih lanjut, pola makan yang buruk juga dikatakan dapat meningkatkan peradangan. Menurut makalah yang diterbitkan pada 2019 di jurnal Nutrients, diet Barat yang tinggi gula dan lemak jahat dan rendah karbohidrat kompleks, serat, dan mikronutrien sehat, dengan sendirinya merupakan faktor risiko 'metaflammation' atau peradangan metabolik kronis, terutama mereka yang obesitas.
Baca Juga : Duh! Setahun Lebih Pandemi, Masih Ada Masyarakat yang Tak Tahu Soal Covid-19
"Pola makan yang buruk mengubah komposisi mikrobioma usus, mendorong produksi racun mikroba termasuk lipopolisakarida (LPS). Obesitas dapat meningkatkan permeabilitas usus terhadap racun tersebut yang juga dikenal sebagai kebocoran usus dan ini memungkinkan pelepasan ke dalam darah," terang laporan tersebut.
Salah satu menu makan yang dianggap dapat memerangi penyakit adalah diet Mediterania yang kaya akan buah-buahan dan sayuran, kacang-kacangan, ikan, dan lemak sehat. Diet tipe ini dianggap memberi orang sejumlah senyawa pelindung, termasuk omega-3 dan polifenol atau senyawa nabati dengan sifat antioksidan.
Greenberg sendiri menjelaskan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah suplemen termasuk minyak ikan, serat, prebiotik, dan probiotik dapat bekerja untuk mengurangi peradangan, meningkatkan kekebalan, dan memulihkan kondisi kronis yang terkait dengan obesitas, seperti diabetes.
"Dari semua ini, gangguan fungsi kekebalan hanyalah satu dari banyak faktor risiko infeksi Covid-19. Diabetes tipe 2 yang sering menyerang obesitas juga mempersulit penyembuhan Covid-19. Diet sehat, manajemen berat badan, dan olahraga terbukti membantu memperkuat tubuh dan itu bahkah penting selama pandemi," tutup laporan ini.
"Zat buruk yang dilepas orang obesitas beredar ke dalam darah dan mengikat sel-sel kekebalan di hati dan otot. Dan ini mengarah pada pelepasan faktor inflamasi," sambungnya.
Namun, ada kemungkinan lain yang dipakai peneliti dalam menyikapi masalah ini, yaitu ketika jaringan lemak menumpuk, itu menjadi hipoksia atau kekurangan oksigen. Ini pun menjadi faktor yang dapat mengaktifkan jalur inflamasi dalam tubuh.
Walsh pun berpendapat bahwa ketika sel-sel lemak yang membesar mulai mati, tubuh mengalami kesulitan membersihkan diri dari jaringan ini. Kondisi tersebut berkontribusi pada banyak toksisitas dan memicu kaskade di mana segala macam hal buruk dapat terjadi.
Lebih lanjut, pola makan yang buruk juga dikatakan dapat meningkatkan peradangan. Menurut makalah yang diterbitkan pada 2019 di jurnal Nutrients, diet Barat yang tinggi gula dan lemak jahat dan rendah karbohidrat kompleks, serat, dan mikronutrien sehat, dengan sendirinya merupakan faktor risiko 'metaflammation' atau peradangan metabolik kronis, terutama mereka yang obesitas.
Baca Juga : Duh! Setahun Lebih Pandemi, Masih Ada Masyarakat yang Tak Tahu Soal Covid-19
"Pola makan yang buruk mengubah komposisi mikrobioma usus, mendorong produksi racun mikroba termasuk lipopolisakarida (LPS). Obesitas dapat meningkatkan permeabilitas usus terhadap racun tersebut yang juga dikenal sebagai kebocoran usus dan ini memungkinkan pelepasan ke dalam darah," terang laporan tersebut.
Salah satu menu makan yang dianggap dapat memerangi penyakit adalah diet Mediterania yang kaya akan buah-buahan dan sayuran, kacang-kacangan, ikan, dan lemak sehat. Diet tipe ini dianggap memberi orang sejumlah senyawa pelindung, termasuk omega-3 dan polifenol atau senyawa nabati dengan sifat antioksidan.
Greenberg sendiri menjelaskan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah suplemen termasuk minyak ikan, serat, prebiotik, dan probiotik dapat bekerja untuk mengurangi peradangan, meningkatkan kekebalan, dan memulihkan kondisi kronis yang terkait dengan obesitas, seperti diabetes.
"Dari semua ini, gangguan fungsi kekebalan hanyalah satu dari banyak faktor risiko infeksi Covid-19. Diabetes tipe 2 yang sering menyerang obesitas juga mempersulit penyembuhan Covid-19. Diet sehat, manajemen berat badan, dan olahraga terbukti membantu memperkuat tubuh dan itu bahkah penting selama pandemi," tutup laporan ini.
Lihat Juga :
tulis komentar anda