Ubah Perilaku 3M di Wilayah Rentan Melalui Program HBCC
Selasa, 27 Juli 2021 - 21:31 WIB
Di dalam talk show yang dimoderatori Prita Laura, praktik baik atas program HBCC ini disampaikan oleh Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dispendik Kabupaten Gresik, Nur Maslichah. Dia mengatakan, melalui program HBCC pihaknya berhasil meningkatkan pengetahuan mengenai 3M kepada lebih dari 200 guru sekolah dasar dan 5.000 siswa.
"Melalui program HBCC, saya merasa mendapat nutrisi sendiri. Merasa bersemangat dalam mengkampanyekan 3M. Kami sampaikan bahwa program ini sejalan dengan visi-misi Kabupaten Gresik, yang menginginkan masyarakat maju dan sejahtera," ujar Nur Maslichah.
Guru MIN 2 Sleman, Adib Kurniawan menekankan pentingnya penggunaan media digital dan materi yang menarik untuk menjangkau peserta didik dalam edukasi 3M. Yang tidak boleh terlupakan tentunya peran orang tua dan guru dalam mendampingi anak-anak serta mendorong praktik 3M di lingkungan rumah. Sebagai strategi keberlanjutan, MIN 2 Sleman memiliki program Pantau Kebersihan (Panbers) dan melibatkan dokcil untuk mengajak teman-temannya menjaga kebersihan di lingkungan madrasah.
Dalam kampanye HBCC, inklusi disabilitas terintegrasi di seluruh kegiatan. Hardiyo, Ketua Pusat Pemberdayaan Disabilitas Mitra Sejahtera menekankan pentingnya pelibatan penyandang disabilitas dalam kampanye, termasuk desain dan produksi sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) di sekolah, faskes, dan fasum. Pelibatan dan kolaborasi aktif ini bertujuan agar kampanye dapat menjangkau berbagai kelompok masyarakat, materi edukasi dapat diakses, dan sarana CTPS dapat digunakan semua orang.
Kemudian, Kepala UPT BLUD Puskesmas Puyung Kabupaten Lombok Tengah, Hafsah Widiyanti, juga mengatakan bahwa pelaksanaan kampanye 5-Bintang dari HBCC terus dipraktikkan di lima puskesmas yang ada di Lombok Tengah. Hafsah menuturkan Puskesmas Puyung Kabupaten Lombok Tengah menyesuaikan program tersebut dengan kearifan lokal guna mudah dimengerti oleh masyarakat setempat. Perilaku kunci pencegahan Covid-19 diterjemahkan menjadi bahasa Sasak: bedoe, bedepe, betungkem, besuci, bekile.
"Berjalannya program ini adalah dasar bagi kami untuk menegakkan protokol kesehatan dan program kebersihan. Seperti misalnya pengunjung puskesmas tidak gunakan masker, maka kita siapkan. Kami siap melanjutkan program ini," kata dia.
Direktur SNV Indonesia, Ismène Stalpers, pun berharap upaya bersama untuk mengatasi Covid-19 tidak berhenti pada HBCC. Pemerintah daerah dapat mengadopsi, mereplikasi dan mempertahankan pendekatan yang efektif di sekolah, fasilitas kesehatan, pasar, dan terminal bus menggunakan sumber daya lokal. Ia menegaskan, SNV dengan senang hati membagikan semua materi komunikasi dan edukasi, sehingga dapat dikontekstualisasi dan diinternalisasi sesuai kebutuhan daerah. "Saya mendorong Bapak Ibu Pemerintah Daerah untuk mempertahankan apa yang telah kita laksanakan dan capai bersama," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kementerian Dalam Negeri, Edy Suharmanto juga mendorong pemerintah daerah, kelompok masyarakat, seperti tokoh agama hingga pemuda, untuk terus memberikan sosialisasi mengenai pencegahan Covid-19. "Pemerintah pusat sudah menyiapkan anggaran yang bisa digunakan oleh pemerintah daerah, terkait pengadaan masker bagi masyarakat atau pun menunjang kegiatan pencegahan Covid-19," tegasnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan salah satu narasumber, Kepala Dinas Kabupaten Kebumen, dr. Dwi Budi, bahwa anggaran pemerintah tidak boleh kaku untuk memastikan pemerintah hadir dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya di situasi pandemi.
Dalam Lokakarya Diseminasi Nasional: Praktik Baik dan Pembelajaran Program HBCC Tanggap Covid-19 dengan Intervensi Higiene ini hadir pula Kepala Seksi Kesiapsiagaan Sumberdaya Kementerian Sosial,Indra Bismantara, serta Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, dr. Imran Agus Nurali yang mengapresiasi program HBCC dan keselarasannya dengan program pemerintah.
"Melalui program HBCC, saya merasa mendapat nutrisi sendiri. Merasa bersemangat dalam mengkampanyekan 3M. Kami sampaikan bahwa program ini sejalan dengan visi-misi Kabupaten Gresik, yang menginginkan masyarakat maju dan sejahtera," ujar Nur Maslichah.
Guru MIN 2 Sleman, Adib Kurniawan menekankan pentingnya penggunaan media digital dan materi yang menarik untuk menjangkau peserta didik dalam edukasi 3M. Yang tidak boleh terlupakan tentunya peran orang tua dan guru dalam mendampingi anak-anak serta mendorong praktik 3M di lingkungan rumah. Sebagai strategi keberlanjutan, MIN 2 Sleman memiliki program Pantau Kebersihan (Panbers) dan melibatkan dokcil untuk mengajak teman-temannya menjaga kebersihan di lingkungan madrasah.
Dalam kampanye HBCC, inklusi disabilitas terintegrasi di seluruh kegiatan. Hardiyo, Ketua Pusat Pemberdayaan Disabilitas Mitra Sejahtera menekankan pentingnya pelibatan penyandang disabilitas dalam kampanye, termasuk desain dan produksi sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) di sekolah, faskes, dan fasum. Pelibatan dan kolaborasi aktif ini bertujuan agar kampanye dapat menjangkau berbagai kelompok masyarakat, materi edukasi dapat diakses, dan sarana CTPS dapat digunakan semua orang.
Kemudian, Kepala UPT BLUD Puskesmas Puyung Kabupaten Lombok Tengah, Hafsah Widiyanti, juga mengatakan bahwa pelaksanaan kampanye 5-Bintang dari HBCC terus dipraktikkan di lima puskesmas yang ada di Lombok Tengah. Hafsah menuturkan Puskesmas Puyung Kabupaten Lombok Tengah menyesuaikan program tersebut dengan kearifan lokal guna mudah dimengerti oleh masyarakat setempat. Perilaku kunci pencegahan Covid-19 diterjemahkan menjadi bahasa Sasak: bedoe, bedepe, betungkem, besuci, bekile.
"Berjalannya program ini adalah dasar bagi kami untuk menegakkan protokol kesehatan dan program kebersihan. Seperti misalnya pengunjung puskesmas tidak gunakan masker, maka kita siapkan. Kami siap melanjutkan program ini," kata dia.
Direktur SNV Indonesia, Ismène Stalpers, pun berharap upaya bersama untuk mengatasi Covid-19 tidak berhenti pada HBCC. Pemerintah daerah dapat mengadopsi, mereplikasi dan mempertahankan pendekatan yang efektif di sekolah, fasilitas kesehatan, pasar, dan terminal bus menggunakan sumber daya lokal. Ia menegaskan, SNV dengan senang hati membagikan semua materi komunikasi dan edukasi, sehingga dapat dikontekstualisasi dan diinternalisasi sesuai kebutuhan daerah. "Saya mendorong Bapak Ibu Pemerintah Daerah untuk mempertahankan apa yang telah kita laksanakan dan capai bersama," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kementerian Dalam Negeri, Edy Suharmanto juga mendorong pemerintah daerah, kelompok masyarakat, seperti tokoh agama hingga pemuda, untuk terus memberikan sosialisasi mengenai pencegahan Covid-19. "Pemerintah pusat sudah menyiapkan anggaran yang bisa digunakan oleh pemerintah daerah, terkait pengadaan masker bagi masyarakat atau pun menunjang kegiatan pencegahan Covid-19," tegasnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan salah satu narasumber, Kepala Dinas Kabupaten Kebumen, dr. Dwi Budi, bahwa anggaran pemerintah tidak boleh kaku untuk memastikan pemerintah hadir dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya di situasi pandemi.
Dalam Lokakarya Diseminasi Nasional: Praktik Baik dan Pembelajaran Program HBCC Tanggap Covid-19 dengan Intervensi Higiene ini hadir pula Kepala Seksi Kesiapsiagaan Sumberdaya Kementerian Sosial,Indra Bismantara, serta Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, dr. Imran Agus Nurali yang mengapresiasi program HBCC dan keselarasannya dengan program pemerintah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda