Sejumlah Negara Sudah Lepas Masker, Masyarakat Indonesia Tak Perlu Ikut-ikutan

Minggu, 01 Agustus 2021 - 06:32 WIB
Masyarakat Indonesia tak perlu meniru negara lainyang tidak memakai masker lantaran negara itu belum tentu sesuai dengan keadaan yang sedang dihadapi Indonesia. / Foto: ilustrasi/dok. SINDOphoto/Adam Erlangga
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia mengharuskan masyarakat menggunakan masker guna mencegah penularan virus. Namun ada beberapa negara yang mengklaim sudah berhasil mengatasi Covid-19 dan membebaskan masyarakatnya untuk kembali hidup normal dan melakukan aktivitasnya seperti sediakala.



Salah satu negara yang sempat membebaskan warganya untuk tidak mengenakan masker adalah Amerika Serikat lantaran kasus positif sudah menurun dan cakupan vaksinasinya pun sudah sangat tinggi. Namun belum lama ini Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) kembali mewajibkan masyarakat untuk mengenakan masker meski sudah divaksin.

Menanggapi hal tersebut, Influencer Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i menegaskan, masyarakat Indonesia tidak perlu meniru negara lain. Pasalnya, negara tersebut belum tentu sesuai dengan keadaan yang sedang dihadapi Indonesia saat ini. Virus terus bermutasi, varian delta menjadi perhatian dunia bahkan menyebabkan ledakan kasus di beberapa negara termasuk Indonesia.

"Dunia menghadapi varian Delta yang >100% lebih cepat menular dibanding varian pertama dari Wuhan. Orang yang terinfeksi varian Delta memiliki jumlah virus 1.000x lebih banyak dan masa inkubasinya yang lebih cepat yaitu 4 hari. (Varian lama 3-14 hari dan rata-rata 7-8 hari)," kata dr. Fajri melalui unggahan akun Instagram-nya @dr.fajriaddai beberapa waktu lalu.



Saat ini, varian Delta masih diteliti apakah membuat sakit menjadi lebih berat, atau penyebarannya yang lebih cepat ini akan membuat proporsi orang yang dirawat di rumah sakit lebih banyak.

Dalam kesempatan yang sama dr. Fajri juga menjelaskan mengenai mutasi pada tanduk Covid-19 varian Delta yang memiliki beberapa perubahan pada subunit S1.



"Di dalamnya ada 3 mutasi pada receptor binding domain (RBD), tempat melekatnya virus pada sel manusia, yang menyebabkan proses infeksi lebih efisien serta dapat menghindari sistem imun," tutupnya.
(nug)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More