Inovasi Terbaru Obat Diabetes, Bisa Digunakan Sekali Seminggu
Selasa, 03 Agustus 2021 - 15:08 WIB
“Kita perlu menetapkan standar baru untuk pengobatan diabetes tipe 2. Ketika kondisinya dikelola dengan baik, risiko komplikasi yang dapat mengancam jiwa dapat dikurangi,” ujar Prof Suastika.
Sementara itu, GLP-1 RA yang cukup digunakan sekali dalam seminggu ini mampu menurunkan kadar HbA1c secara signifikan. Sekitar 80% atau 4 dari 5 pasien yang menjalani pengobatan dengan GLP-1 RA berhasil mencapai tingkat HbA1c di bawah 7%.
“Ini tentunya merupakan kabar baik karena penting sekali bagi orang dengan diabetes untuk selalu mengontrol tingkat gula darahnya,” terang Prof Suastika.
Selama uji klinis, pengobatan inovatif ini mampu menurunkan berat badan secara signifikan. Setidaknya 3 dari 5 pasien berhasil menurunkan berat badan hingga lebih dari 5%.
“Pengobatan ini juga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular sebesar 26% pada pasien diabetes tipe 2 dengan risiko tinggi dan riwayat penyakit kardiovaskular, serta mengurangi risiko sebesar 36% terhadap perburukan atau terjadinya gangguan fungsi ginjal akibat diabetes pada pasien diabetes tipe 2 dengan risiko kardiovaskular tinggi,” tutup Prof. Suastika.
Sementara itu, GLP-1 RA yang cukup digunakan sekali dalam seminggu ini mampu menurunkan kadar HbA1c secara signifikan. Sekitar 80% atau 4 dari 5 pasien yang menjalani pengobatan dengan GLP-1 RA berhasil mencapai tingkat HbA1c di bawah 7%.
“Ini tentunya merupakan kabar baik karena penting sekali bagi orang dengan diabetes untuk selalu mengontrol tingkat gula darahnya,” terang Prof Suastika.
Selama uji klinis, pengobatan inovatif ini mampu menurunkan berat badan secara signifikan. Setidaknya 3 dari 5 pasien berhasil menurunkan berat badan hingga lebih dari 5%.
“Pengobatan ini juga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular sebesar 26% pada pasien diabetes tipe 2 dengan risiko tinggi dan riwayat penyakit kardiovaskular, serta mengurangi risiko sebesar 36% terhadap perburukan atau terjadinya gangguan fungsi ginjal akibat diabetes pada pasien diabetes tipe 2 dengan risiko kardiovaskular tinggi,” tutup Prof. Suastika.
(dra)
tulis komentar anda