WHO Desak Indonesia Tangguhkan Penggunaan Klorokuin untuk Covid-19

Kamis, 28 Mei 2020 - 14:00 WIB
Menurut sebuah laporan dari Kemenkes yang disiapkan untuk parlemen, perusahaan-perusahaan Indonesia sedang dalam proses untuk menghasilkan 15,4 juta dosis dari dua obat antara April dan Mei.

Lembaga makanan dan obat-obatan Indonesia sendiri menerbitkan Covid-19 informatorium yang mencakup pedoman dosis terperinci untuk penggunaan obat untuk pasien virus corona baru remaja dan dewasa yang menderita gejala sedang hingga berat.

Pedoman yang mencakup peringatan tentang potensi komplikasi jantung, merekomendasikan obat digunakan bersama dengan azitromisin antibiotik, kombinasi beberapa studi menunjukkan meningkatkan risiko gangguan irama jantung.

Di sisi lain, Erlina mengatakan, klorokuin dan azitromisin telah digunakan secara rutin. Awal bulan ini, dia mengatakan kepada Reuters bahwa sulit untuk mengatakan jika klorokuin meningkatkan tingkat kematian pasien virus corona baru, karena tautan apa pun belum diteliti.

Stephen Nissen, seorang ahli jantung dan kepala akademik dari Miller Family Heart, Vascular & Thoracic Institute di Klinik Cleveland mengaku terkejut pihak berwenang Indonesia pernah merekomendasikan penggunaan obat-obatan ini secara luas.

"Kita tahu obat-obat ini menghasilkan efek samping kardiovaskular yang jarang, tetapi sangat serius dan berpotensi mematikan, yang merupakan gangguan irama jantung yang sangat sulit diobati. Jadi ide memberi mereka secara rutin berdasarkan bukti manfaat terkecil tidak masuk akal sama sekali," ujar Nissen.

Jane Quinn, seorang peneliti farmakologi di Universitas Charles Sturt Australia, menjelaskan bahwa obat anti-malaria bisa lebih berbahaya bagi orang Indonesia daripada kelompok lain. Hal ini dikarenakan profil enzim dari populasi Indonesia.

"Bukti dari melihat enzim-enzim tersebut secara global adalah bahwa populasi di Indonesia sebenarnya jauh kurang efektif dalam memecah klorokuin dan hidroksi klorokuin. Ini dapat membuat obat-obatan tersebut kurang efektif dan lebih beracun," ungkap Quinn.
(nug)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More