Long Covid-19 pada Anak Bisa Berdampak Serius, Kenali Gejalanya!
Rabu, 11 Agustus 2021 - 11:45 WIB
JAKARTA - Banyak anak yang sembuh dari Covid-19 , tapi masih harus berjuang untuk pulih seutuhnya dari gejala neurologis, fisik, maupun kejiwaan yang tersisa atau biasa disebut Long Covid . Long Covid ini gejala, durasi, serta tingkat keparahannya bervariasi.
Hasil suatu studi mengestimasikan Long Covid bisa terjadi pada 10%-30% orang dewasa yang terinfeksi Covid-19. Sementara Dr. Francis Collins, Direktur National Institutes of Health merujuk pada satu penelitian menyebutkan, pada anak-anak remaja persentase peluang mengalami Long Covid mencapai 11%-15%.
Anak-anak yang positif terinfeksi meski skalanya ringan atau bahkan tanpa gejala sama sekali, tetap bisa mengalami Long Covid, sampai akhirnya mengganggu kegiatan sehari-hari seperti tidur, belajar, dan bersekolah.
“Dampak potensialnya sangat besar. Anak-anak berada di tahun-tahun formatif mereka. Begitu sudah mulai tertinggal, itu sangat sulit karena anak-anak juga kehilangan kepercayaan diri,” ujar Dr. Avindra Nath, Kepala Infeksi Sistem Saraf di National Institute of Neurological Disorders and Stroke, dikutip dariThe New York Times, kemarin (10/8).
Contohnya seperti yang dialami Eagle Scout, pelajar sekaligus pemain tenis berbakat yang sehari-hari sangat bersemangat sekolah dan belajar, bahkan mengambil mata pelajaran bahasa asing Prancis dan Arab. Namun kini, paska terinfeksi Covid-19, dirinya jadi mudah merasa lelah, cepat pusing, bahkan harus duduk agar tidak pingsan saat mandi.
Ketika kembali bersekolah, Eagle mengalami brain fog atau kabut otak yang menyebabkan dirinya seperti melihat angka-angka mengambang saat pelajaran matematika, lupa menyerahkan tugas, sampai tertukar menuliskan bahasa Prancis dalam tugas bahasa Inggris. Hal itu membuat Eagle cemas, apakah ia bisa kembali menjadi pelajar yang pintar seperti sebelumnya atau tidak.
Senada dengan pengalaman Eagle, Dr. Molly Wilson-Murphy, Spesialis Penyakit Saraf Boston Children’s Hospital menyebutkan, ia sendiri banyak mendapati kasus serupa.
“Kami melihat pasien kelelahan, sakit kepala, kabut otak, kesulitan memori dan konsentrasi, gangguan tidur, serta mengalami perubahan bau dan rasa yang berkelanjutan. Anak-anak yang positif Covid dan tidak dirawat di rumah sakit, pulih di rumah, lalu mereka memiliki gejala yang tidak pernah hilang. Bisa juga anak-anak tampak sudah benar-benar lebih baik dan kemudian beberapa minggu atau sebulan lebih setelahnya, mereka mengalami gejala Long Covid ,” beber Dr. Molly.
Hasil suatu studi mengestimasikan Long Covid bisa terjadi pada 10%-30% orang dewasa yang terinfeksi Covid-19. Sementara Dr. Francis Collins, Direktur National Institutes of Health merujuk pada satu penelitian menyebutkan, pada anak-anak remaja persentase peluang mengalami Long Covid mencapai 11%-15%.
Anak-anak yang positif terinfeksi meski skalanya ringan atau bahkan tanpa gejala sama sekali, tetap bisa mengalami Long Covid, sampai akhirnya mengganggu kegiatan sehari-hari seperti tidur, belajar, dan bersekolah.
“Dampak potensialnya sangat besar. Anak-anak berada di tahun-tahun formatif mereka. Begitu sudah mulai tertinggal, itu sangat sulit karena anak-anak juga kehilangan kepercayaan diri,” ujar Dr. Avindra Nath, Kepala Infeksi Sistem Saraf di National Institute of Neurological Disorders and Stroke, dikutip dariThe New York Times, kemarin (10/8).
Contohnya seperti yang dialami Eagle Scout, pelajar sekaligus pemain tenis berbakat yang sehari-hari sangat bersemangat sekolah dan belajar, bahkan mengambil mata pelajaran bahasa asing Prancis dan Arab. Namun kini, paska terinfeksi Covid-19, dirinya jadi mudah merasa lelah, cepat pusing, bahkan harus duduk agar tidak pingsan saat mandi.
Ketika kembali bersekolah, Eagle mengalami brain fog atau kabut otak yang menyebabkan dirinya seperti melihat angka-angka mengambang saat pelajaran matematika, lupa menyerahkan tugas, sampai tertukar menuliskan bahasa Prancis dalam tugas bahasa Inggris. Hal itu membuat Eagle cemas, apakah ia bisa kembali menjadi pelajar yang pintar seperti sebelumnya atau tidak.
Senada dengan pengalaman Eagle, Dr. Molly Wilson-Murphy, Spesialis Penyakit Saraf Boston Children’s Hospital menyebutkan, ia sendiri banyak mendapati kasus serupa.
“Kami melihat pasien kelelahan, sakit kepala, kabut otak, kesulitan memori dan konsentrasi, gangguan tidur, serta mengalami perubahan bau dan rasa yang berkelanjutan. Anak-anak yang positif Covid dan tidak dirawat di rumah sakit, pulih di rumah, lalu mereka memiliki gejala yang tidak pernah hilang. Bisa juga anak-anak tampak sudah benar-benar lebih baik dan kemudian beberapa minggu atau sebulan lebih setelahnya, mereka mengalami gejala Long Covid ,” beber Dr. Molly.
Lihat Juga :
tulis komentar anda