Sejarah Gedung Sate, Peninggalan Belanda Berusia Ratusan Tahun yang Masih Kokoh Berdiri!

Jum'at, 13 Agustus 2021 - 16:26 WIB
Detail dan Arsitektur Bangunan

Gedung Sate berdiri di atas lahan seluas 27ribu meter persegi dengan luas bangunan mencapai 10ribu meter persegi yang terdiri dari 5 lantai, termasuk menara gedung.

Sang arsitek Gedung Sate yakni Ir. Gerber memadukan beberapa aliran arsitektur ke dalam rancangannya. Untuk jendela, Gerber mengambil tema Moor Spanyol, sedangkan untuk bangunannya terinspirasi dari arsitektur ala Renaissance Italia dan Prancis.



Khusus untuk menara, Gerber memasukkan aliran Asia, yaitu gaya atap pura Bali atau pagoda di Thailand. Di puncaknya terdapat "tusuk sate" dengan 6 buah ornamen sate (versi lain menyebutkan jambu air atau melati), yang mana hal tersebut melambangkan jumlah biaya yang digunakan untuk membangun Gedung Sate yakni sebesar 6 juta gulden. Ornamen yang terbuat dari batu, terletak di atas pintu utama Gedung Sate, sering dikaitkan dengan candi Borobudur karena bentuknya yang serupa.

Peralihan Fungsi Gedung Sate dari Masa ke Masa

Usai selesai dibangun, Gedung Sate yang diberi nama Gouvernements Bedrijven yang dalam Bahasa Belanda berarti 'Pusat Pemerintah', Pada tahun 1930 diresmikan sebagai Kantor Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan Pemerintah Hindia-Belanda.

Sementara selama pendudukan Jepang, Gedung Sate menjadi Pusat Pemerintahan (Shucho) Wilayah Jawa Barat dan kedudukan Komandan Militer Daerah.

Lalu saat Indonesia merdeka, gedung kembali digunakan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Hingga pada 1980, gedung dimanfaatkan sebagai kantor pemerintahan Jawa Barat hingga saat ini.

Keunikan dan Daya Tarik Gedung Sate
Halaman :