Badai Sitokin Menyerang Deddy Corbuzier Hingga Kritis, Apa dan Bagaimana Gejalanya?
Minggu, 22 Agustus 2021 - 13:16 WIB
JAKARTA - Deddy Corbuzier baru saja membagikan kabar bahwa dirinya terpapar COVID-19 . Ia juga sempat melewati masa kritis karena badai sitokin (cytokine storm). Itulah ternyata alasan magician itu pamit sementara dari media sosial. Sebenarnya apa sih badai sitokin dan bagaimana gejalanya?
Seperti dilansir laman Health, badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami oleh penderita COVID-19. Kondisi ini perlu diwaspadai dan perlu segera ditangani secara intensif. Bila dibiarkan tanpa penanganan, badai sitokin dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga kematian.
Sebenarnya sitokin adalah salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi.Namun, jika protein tersebut diproduksi secara berlebihan, bukan malah menyehatnya, tapi justru dapat menyebabkan kerusakan di dalam tubuh.
Seseorang disebut mengalami badai sitokin saat tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat. Nah kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan. Kondisi adanya badai sitokin ini diketahui dengan pemeriksaan D-dimer dan CRP pada penderita COVID-19.
Serangan badai sitokin ini peradangan yang bisa membuat organ-organ di dalam tubuh menjadi rusak atau gagal berfungsi. Biasanya pada penderita COVID-19, badai sitokin menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah. Itulah sebabnya mengapa penderita COVID-19 kerap mengalami sesak napas.
Penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin mengalami demam dan sesak napas hingga membutuhkan alat batu napas atau ventilator. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 6–7 hari setelah gejala COVID-19 muncul. Selain demam dan sesak napas, badai sitokin juga menyebabkan berbagai gejala beiikut ini:
Kedinginan atau menggigil
Seperti dilansir laman Health, badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami oleh penderita COVID-19. Kondisi ini perlu diwaspadai dan perlu segera ditangani secara intensif. Bila dibiarkan tanpa penanganan, badai sitokin dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga kematian.
Sebenarnya sitokin adalah salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi.Namun, jika protein tersebut diproduksi secara berlebihan, bukan malah menyehatnya, tapi justru dapat menyebabkan kerusakan di dalam tubuh.
Seseorang disebut mengalami badai sitokin saat tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat. Nah kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan. Kondisi adanya badai sitokin ini diketahui dengan pemeriksaan D-dimer dan CRP pada penderita COVID-19.
Serangan badai sitokin ini peradangan yang bisa membuat organ-organ di dalam tubuh menjadi rusak atau gagal berfungsi. Biasanya pada penderita COVID-19, badai sitokin menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah. Itulah sebabnya mengapa penderita COVID-19 kerap mengalami sesak napas.
Penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin mengalami demam dan sesak napas hingga membutuhkan alat batu napas atau ventilator. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 6–7 hari setelah gejala COVID-19 muncul. Selain demam dan sesak napas, badai sitokin juga menyebabkan berbagai gejala beiikut ini:
Baca Juga
Kedinginan atau menggigil
Lihat Juga :
tulis komentar anda