Onoiwa MX Kembali Terpublikasi di Jurnal Medis Internasional
Kamis, 09 September 2021 - 20:08 WIB
mMRC (Modified Medical Research Council) merupakan instrumen pengukuran sesak napas berupa kuesioner yang mengandung 5 pertanyaan dengan jawaban yang harus dipilih pada pasien mengalami sesak napas.
Sedangkan CRP adalah protein yang diproduksi oleh organ hati sebagai respons terhadap peradangan di tubuh. Orang sehat umumnya memiliki CRP rendah. Sebaliknya kadar CRP dapat tinggi menjadi pertanda adanya penyakit atau infeksi yang ada di dalam tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki (62,5%) memiliki karakteristik sampel paling banyak dengan rata-rata usia 50-54 tahun, disertai gejala batuk (91,7%), demam (77,1%), dan sesak napas (75%). Selanjutnya, penyakit penyerta yang paling umum dari kedua kelompok adalah hipertensi (47,9%).
Kesimpulannya, setiap gejala demam pada kelompok perlakuan memiliki median 3 yang berarti 50% sembuh setelah mengalami gejala demam selama 3 hari. Sedangkan kelompok kontrol memiliki median 4 yang berarti 50% sembuh setelah mengalami gejala demam selama 4 hari.
Sesak napas dan batuk masing-masing memiliki median 4, yang berarti 50% pulih setelah 4 hari gejala. Oleh karena itu, peningkatan demam sesuai dengan nilai CRP, yang meningkatkan limfosit pada kelompok perlakuan.
Prof. Syamsudin menyimpulkan bahwa pengaruh terapi adjuvant dengan kombinasi polyherbal tersebut dapat meningkatkan skor mMRC pasien pneumonia pada pasien Covid-19 dengan derajat sedang.
dr Lusi menambahkan, terapi ajuvan dengan formula poliherbal (Onoiwa MX) menyebabkan peningkatan skor mMRC pasien dengan pneumonia derajat sedang hingga terlihat dari penurunan skor mMRC.
Dengan hasil penelitian tersebut, Nucleus Farma pun siap mendukung dan berkontribusi dalam perannya sebagai produsen obat tradisional di dunia kesehatan serta bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Khususnya dalam hal ini sangat mendorong produk unggulannya dilengkapi dengan hasil penelitian dan terpublikasi ilmiah.
Sedangkan CRP adalah protein yang diproduksi oleh organ hati sebagai respons terhadap peradangan di tubuh. Orang sehat umumnya memiliki CRP rendah. Sebaliknya kadar CRP dapat tinggi menjadi pertanda adanya penyakit atau infeksi yang ada di dalam tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki (62,5%) memiliki karakteristik sampel paling banyak dengan rata-rata usia 50-54 tahun, disertai gejala batuk (91,7%), demam (77,1%), dan sesak napas (75%). Selanjutnya, penyakit penyerta yang paling umum dari kedua kelompok adalah hipertensi (47,9%).
Kesimpulannya, setiap gejala demam pada kelompok perlakuan memiliki median 3 yang berarti 50% sembuh setelah mengalami gejala demam selama 3 hari. Sedangkan kelompok kontrol memiliki median 4 yang berarti 50% sembuh setelah mengalami gejala demam selama 4 hari.
Sesak napas dan batuk masing-masing memiliki median 4, yang berarti 50% pulih setelah 4 hari gejala. Oleh karena itu, peningkatan demam sesuai dengan nilai CRP, yang meningkatkan limfosit pada kelompok perlakuan.
Prof. Syamsudin menyimpulkan bahwa pengaruh terapi adjuvant dengan kombinasi polyherbal tersebut dapat meningkatkan skor mMRC pasien pneumonia pada pasien Covid-19 dengan derajat sedang.
dr Lusi menambahkan, terapi ajuvan dengan formula poliherbal (Onoiwa MX) menyebabkan peningkatan skor mMRC pasien dengan pneumonia derajat sedang hingga terlihat dari penurunan skor mMRC.
Dengan hasil penelitian tersebut, Nucleus Farma pun siap mendukung dan berkontribusi dalam perannya sebagai produsen obat tradisional di dunia kesehatan serta bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Khususnya dalam hal ini sangat mendorong produk unggulannya dilengkapi dengan hasil penelitian dan terpublikasi ilmiah.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda