Sempurnakan Platform Pelacakan Covid-19, Menkes Budi: Kita Siap Jika Gelombang Ketiga Datang
Senin, 20 September 2021 - 21:32 WIB
JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa saat ini jumlah pelacakan atau tracing terus meningkat, baik di Pulau Jawa-Bali maupun di luar Jawa-Bali. Peningkatan jumlah tracing ini, penting untuk mengendalikan pandemi Covid-19.
“Jumlah pelacakan terus meningkat. Sampai sekarang, rata-rata ada 10 kontak erat per kasus konfirmasi,” kata Menkes Budi dalam konferensi pers virtual, Senin (20/9/2021).
Namun, selain pelacakan, hal yang tak kalah penting adalah melakukan tes Covid-19 kepada orang-orang yang di-tracing.
“PR kita kemudian, adalah orang yang dilacak harus dites juga, karena enggak ada gunanya juga (kalau tidak dites),” ujarnya.
Dia menjelaskan, sejumlah manfaat jika pelacakan atau tracing berjalan dengan baik. Diantaranya, dapat menganalisa klaster dan melakukan respon yang tepat untuk pencegahan.
“Kita masih punya waktu untuk menyempurnakan platform pelacakan kita. Jadi proses pelacakan kita bisa benar-benar siap kalau nanti ada gelombang ketiga yang datang atau beralih ke endemi,” kata dia.
“Karena dengan fungsi pelacakan yang baik, tracing yang baik, kita bisa menganalisa kluster mana dan bisa melakukan mikro lockdown, sehingga tidak perlu yang skala besar,” ujarnya.
Sementara itu, jumlah testing juga terus ditingkatkan dan di atas rekomendasi WHO. Kabar baiknya lagi, meski testing meningkat, namun positivity rate sudah di bawah lima persen.
“Minggu lalu, kita sudah mencapai 1,1 juta orang dites per minggu. Kalau guidance WHO kan 1 per 1000 per minggu, kira-kira 270 ribu orang per minggu untuk positivity rate di bawah 5 persen."
"Kita sekarang positivity rate di bawah 5 persen dan kita sudah 1,1 juta orang per minggu. Hampir empat kali lipat dari standar WHO,” jelasnya.
“Jumlah pelacakan terus meningkat. Sampai sekarang, rata-rata ada 10 kontak erat per kasus konfirmasi,” kata Menkes Budi dalam konferensi pers virtual, Senin (20/9/2021).
Namun, selain pelacakan, hal yang tak kalah penting adalah melakukan tes Covid-19 kepada orang-orang yang di-tracing.
“PR kita kemudian, adalah orang yang dilacak harus dites juga, karena enggak ada gunanya juga (kalau tidak dites),” ujarnya.
Dia menjelaskan, sejumlah manfaat jika pelacakan atau tracing berjalan dengan baik. Diantaranya, dapat menganalisa klaster dan melakukan respon yang tepat untuk pencegahan.
“Kita masih punya waktu untuk menyempurnakan platform pelacakan kita. Jadi proses pelacakan kita bisa benar-benar siap kalau nanti ada gelombang ketiga yang datang atau beralih ke endemi,” kata dia.
“Karena dengan fungsi pelacakan yang baik, tracing yang baik, kita bisa menganalisa kluster mana dan bisa melakukan mikro lockdown, sehingga tidak perlu yang skala besar,” ujarnya.
Sementara itu, jumlah testing juga terus ditingkatkan dan di atas rekomendasi WHO. Kabar baiknya lagi, meski testing meningkat, namun positivity rate sudah di bawah lima persen.
“Minggu lalu, kita sudah mencapai 1,1 juta orang dites per minggu. Kalau guidance WHO kan 1 per 1000 per minggu, kira-kira 270 ribu orang per minggu untuk positivity rate di bawah 5 persen."
"Kita sekarang positivity rate di bawah 5 persen dan kita sudah 1,1 juta orang per minggu. Hampir empat kali lipat dari standar WHO,” jelasnya.
(hri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda