Pentingnya Pemberian Label terhadap Kemasan
Minggu, 10 Oktober 2021 - 00:52 WIB
JAKARTA - Masyarakat kini semakin sadar akan pentingnya penggunaan plastik yang lebih aman bagi kesehatan . Ini tercermin dari webinar "Urgensi Label Bebas BPA Bagi Kesehatan" yang menampilkan narasumber dari berbagai praktisi di bidang yang kompeten.
Narasumber yang hadir dalam webinar itu antara lain Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait; Ahli Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Iwan Nefawan; Guru Besar IPB Bidang Keamanan Pangan dan Gizi Masyarakat, Prof. Ahmad Sulaeman; dan Koordinator Sampah Nol Indonesia, Wawan Some.
Menurut Wawan Some, di Indonesia belum ada aturan yang tegas tentang plastik. Ada yang bilang plastik bisa didaur ulang, tapi faktanya plastik di Indonesia ini yang bisa didaur ulang kurang dari 11 persen. Pemakaian plastik sudah mencapai 6 juta ton/tahun.
"Saat rantai karbonnya pecah, akan memberikan dampak yang luar biasa. Dia secara tunggal tidak berbahaya tapi ketika bertemu zat-zat tercemar lainnya, dampaknya menjadi luar biasa. Salah satu struktur kimianya yang membentuk estrogen," terang Wawan.
Hal senada diungkapkan Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait. Menurutnya, Komnas PA akan lebih fokus bagaimana anak-anak bebas dari BPA khususnya bayi, balita dan janin pada ibu hamil.
"Kami tidak melarang galon guna ulang yang mengandung zat BPA. Kami hanya ingin BPOM melabeli galon guna ulang tersebut, supaya masyarakat bisa memilih dan tahu mana yang sehat. Contohnya seperti susu kental manis yang berlabel tidak untuk dikonsumsi bayi," papar Arist.
Pada kesempatan itu, Arist sangat mendukung BPOM agar segera memberi label pada galon guna ulang mengandung zat BPA, sehingga tidak dikonsumsi oleh bayi, balita dan janin.
Menurut Arist, migrasi zat BPA dari galon guna ulang ke air kemudian diteruskan ke peralatan bayi. Akan sangat mubazir jika peralatan bayi sudah free BPA, tapi galon guna ulang belum.
"Galon guna ulang ini banyak mengandung BPA dan boleh dipakai berulang kali. Tapi tidak boleh terkena panas. Tapi faktanya, galon guna ulang kerap terpapar matahari saat proses distribusi, saat dipajang di depan tokonya ataupun saat proses pencucian dengan menggunakan air dengan suhu 70 derajat," jelas Wawan.
Narasumber yang hadir dalam webinar itu antara lain Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait; Ahli Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Iwan Nefawan; Guru Besar IPB Bidang Keamanan Pangan dan Gizi Masyarakat, Prof. Ahmad Sulaeman; dan Koordinator Sampah Nol Indonesia, Wawan Some.
Menurut Wawan Some, di Indonesia belum ada aturan yang tegas tentang plastik. Ada yang bilang plastik bisa didaur ulang, tapi faktanya plastik di Indonesia ini yang bisa didaur ulang kurang dari 11 persen. Pemakaian plastik sudah mencapai 6 juta ton/tahun.
"Saat rantai karbonnya pecah, akan memberikan dampak yang luar biasa. Dia secara tunggal tidak berbahaya tapi ketika bertemu zat-zat tercemar lainnya, dampaknya menjadi luar biasa. Salah satu struktur kimianya yang membentuk estrogen," terang Wawan.
Hal senada diungkapkan Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait. Menurutnya, Komnas PA akan lebih fokus bagaimana anak-anak bebas dari BPA khususnya bayi, balita dan janin pada ibu hamil.
"Kami tidak melarang galon guna ulang yang mengandung zat BPA. Kami hanya ingin BPOM melabeli galon guna ulang tersebut, supaya masyarakat bisa memilih dan tahu mana yang sehat. Contohnya seperti susu kental manis yang berlabel tidak untuk dikonsumsi bayi," papar Arist.
Pada kesempatan itu, Arist sangat mendukung BPOM agar segera memberi label pada galon guna ulang mengandung zat BPA, sehingga tidak dikonsumsi oleh bayi, balita dan janin.
Menurut Arist, migrasi zat BPA dari galon guna ulang ke air kemudian diteruskan ke peralatan bayi. Akan sangat mubazir jika peralatan bayi sudah free BPA, tapi galon guna ulang belum.
"Galon guna ulang ini banyak mengandung BPA dan boleh dipakai berulang kali. Tapi tidak boleh terkena panas. Tapi faktanya, galon guna ulang kerap terpapar matahari saat proses distribusi, saat dipajang di depan tokonya ataupun saat proses pencucian dengan menggunakan air dengan suhu 70 derajat," jelas Wawan.
(nug)
tulis komentar anda