Dian Sastro Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan Lewat Film Bara (The Flame)
Selasa, 30 November 2021 - 04:30 WIB
JAKARTA - Artis Dian Sastrowardoyo mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian alam. Melalui film dokumenter bertajuk Bara (The Flame), Yayasan Dian Sastrowardoyo berkolaborasi dengan sutradara Arfan Sabean dan merek busana Sejauh Mata Memandang.
Film yang berlatar di Hutan Adat Basarak, Kalimantan Tengah itu diproduseri oleh Gita Fara. Film Bara (The Flame) diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.
“Perlu saya ucapkan bahwa saat ini saya merasa bahwa orang yang memperhatikan lingkungan hidup ini minoritas, sedikit sekali awareness masyarakat tentang gentingnya masalah ini. Oleh karena itu, mari kita bergandeng tangan bersama-sama menjaga kelestarian alam kita,” ujar Dian Sastro dalam konferensi pers Bara (The Flame) di kawasan Jakarta, Senin (29/11/2021).
Sang sutradara, Arfan Sabran sengaja mengangkat kisah kekeluargaan dalam film ini. Menurutnya, melalui cerita dari seorang kakek ataupun anggota keluarga lainnya, pesan tersebut akan lebih tersampaikan.
"Bicara hal-hal besar seperti lingkungan, kebakaran hutan, deforestasi, dan sebagainya, saya ingin menceritakan itu dengan sangat personal, cerita tentang kakek dan cucunya," kata Arfan Sabran.
Sebagai film maker, ini adalah salah satu cara bagi Arfan untuk menyampaikan sesuatu yang besar melalui cerita yang sederhana. Film Bara (The Flame) diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk lebih peduli terkait isu lingkungan dan menjaga kelestarian hutan adat.
"Jadi bagi saya, memang cara itu yang saya gunakan untuk menyampaikan sesuatu yang sangat besar lewat cerita yang sangat sederhana," tambahnya.
Film Bara (The Flame) sendiri merupakan film dokumenter yang mengisahkan perjuangan seorang kakek bernama Iber Djamal saat menyelamatkan hutan adat terakhir di desanya, Pulau Barasak. Pulau Barasak merupakan kawasan hutan terakhir di Desa Pilang, Kalimantan Tengah, setelah yang lainnya mengalami kebakaran dan diprivatisasi oleh beberapa perusahaan.
Iber mencoba menempuh jalan legal terbaik untuk melindungi hutan dengan berupaya mendapatkan sertifikat hutan adat yang sah untuk sisa hutan di wilayahnya. Namun keluarga dan masyarakat desanya berpikir bahwa ia terlalu tua untuk melawan. Bagaimana kisahnya? Saksikan film Bara (The Flame) di bioskop terdekat.
Film yang berlatar di Hutan Adat Basarak, Kalimantan Tengah itu diproduseri oleh Gita Fara. Film Bara (The Flame) diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.
“Perlu saya ucapkan bahwa saat ini saya merasa bahwa orang yang memperhatikan lingkungan hidup ini minoritas, sedikit sekali awareness masyarakat tentang gentingnya masalah ini. Oleh karena itu, mari kita bergandeng tangan bersama-sama menjaga kelestarian alam kita,” ujar Dian Sastro dalam konferensi pers Bara (The Flame) di kawasan Jakarta, Senin (29/11/2021).
Sang sutradara, Arfan Sabran sengaja mengangkat kisah kekeluargaan dalam film ini. Menurutnya, melalui cerita dari seorang kakek ataupun anggota keluarga lainnya, pesan tersebut akan lebih tersampaikan.
"Bicara hal-hal besar seperti lingkungan, kebakaran hutan, deforestasi, dan sebagainya, saya ingin menceritakan itu dengan sangat personal, cerita tentang kakek dan cucunya," kata Arfan Sabran.
Sebagai film maker, ini adalah salah satu cara bagi Arfan untuk menyampaikan sesuatu yang besar melalui cerita yang sederhana. Film Bara (The Flame) diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk lebih peduli terkait isu lingkungan dan menjaga kelestarian hutan adat.
"Jadi bagi saya, memang cara itu yang saya gunakan untuk menyampaikan sesuatu yang sangat besar lewat cerita yang sangat sederhana," tambahnya.
Film Bara (The Flame) sendiri merupakan film dokumenter yang mengisahkan perjuangan seorang kakek bernama Iber Djamal saat menyelamatkan hutan adat terakhir di desanya, Pulau Barasak. Pulau Barasak merupakan kawasan hutan terakhir di Desa Pilang, Kalimantan Tengah, setelah yang lainnya mengalami kebakaran dan diprivatisasi oleh beberapa perusahaan.
Iber mencoba menempuh jalan legal terbaik untuk melindungi hutan dengan berupaya mendapatkan sertifikat hutan adat yang sah untuk sisa hutan di wilayahnya. Namun keluarga dan masyarakat desanya berpikir bahwa ia terlalu tua untuk melawan. Bagaimana kisahnya? Saksikan film Bara (The Flame) di bioskop terdekat.
(hri)
tulis komentar anda