Pengguna Ponsel Android Disarankan Hapus Aplikasi Berbahaya Ini
Senin, 08 Juni 2020 - 07:00 WIB
JAKARTA - Selama beberapa waktu belakangan ini, SINDONews banyak menulis tentang aplikasi Android jahat yang dibuat untuk menghasilkan rupiah bagi penyerangnya. Serangan siber dari pengembang jahat itu juga berdampak negatif pada ponsel Android pengguna.
Beberapa aplikasi jahat tersebut menjalankan iklan video di latar belakang yang memungkinkan pelaku mengumpulkan banyak uang. Aplikasi lain secara diam-diam mengirim teks melalui layanan perpesanan premium atau mendaftarkan pengguna ke layanan premium lain yang menguntungkan para peretas.
Ada banyak cara berbeda agar aplikasi jahat ini dapat memeras uang dari ponsel. Di Brasil, pemilik ponsel Android menggunakan kredit prabayar untuk mendaftar ke layanan. Ini memberi orang-orang jahat kesempatan untuk melanggankan pengguna Android ke layanan premium tanpa sepengetahuan mereka. Artinya penegasan Google bahwa Google Play Protect mendukung handset Android aman 24/7 sepertinya tidak sepenuhnya benar.
Untuk diketahui, hampir 290 juta transaksi dari aplikasi Android jahat diblokir pada Q1 (kuartal 1/2020). Jadi ada alasan bagi kami untuk mengingatkan Anda kembali agar berhati-hati dan segara menghapis aplikasi yang disebut berbahaya.
Sebuah laporan baru dari Upstream mengatakan, pada kuartal pertama 2020, jumlah aplikasi Android yang diduga jahat meningkat dua kali lipat. Dari 14.500 menjadi lebih dari 29.000 aplikasi.
Transaksi yang digambarkan sebagai penipuan naik 55% selama periode waktu yang sama karena memblokir hampir 290 juta transaksi. Sebanyak 89% dari jumlah total transaksi yang disajikan dari Januari hingga Maret adalah penipuan, menurut Hulu.
Sedangkan platform Secure-D melihat ada kenaikan 7% perangkat Android yang "terinfeksi" selama kuartal pertama 2020. Dari 10,5 juta unit menjadi 11,2 juta tahun-ke-tahun (yoy).
Hebatnya, 9 dari 10 aplikasi Android berbahaya selama kuartal pertama tahun ini tersedia di Google Play Store di beberapa titik selama periode tiga bulan. Tahun lalu, 30% dari 100 aplikasi berbahaya ditemukan di etalase aplikasi Google Google.
Menariknya lagi, para aktor jahat mengambil keuntungan dari pandemik global. Selama tiga bulan pertama 2020, sebanyak 60% dari aplikasi jahat dapat dianggap sebagai aplikasi "waktu senggang" yang menyediakan sesuatu bagi pengguna untuk dilakukan saat harus terjebak di rumah.
Beberapa aplikasi jahat tersebut menjalankan iklan video di latar belakang yang memungkinkan pelaku mengumpulkan banyak uang. Aplikasi lain secara diam-diam mengirim teks melalui layanan perpesanan premium atau mendaftarkan pengguna ke layanan premium lain yang menguntungkan para peretas.
Ada banyak cara berbeda agar aplikasi jahat ini dapat memeras uang dari ponsel. Di Brasil, pemilik ponsel Android menggunakan kredit prabayar untuk mendaftar ke layanan. Ini memberi orang-orang jahat kesempatan untuk melanggankan pengguna Android ke layanan premium tanpa sepengetahuan mereka. Artinya penegasan Google bahwa Google Play Protect mendukung handset Android aman 24/7 sepertinya tidak sepenuhnya benar.
Untuk diketahui, hampir 290 juta transaksi dari aplikasi Android jahat diblokir pada Q1 (kuartal 1/2020). Jadi ada alasan bagi kami untuk mengingatkan Anda kembali agar berhati-hati dan segara menghapis aplikasi yang disebut berbahaya.
Sebuah laporan baru dari Upstream mengatakan, pada kuartal pertama 2020, jumlah aplikasi Android yang diduga jahat meningkat dua kali lipat. Dari 14.500 menjadi lebih dari 29.000 aplikasi.
Transaksi yang digambarkan sebagai penipuan naik 55% selama periode waktu yang sama karena memblokir hampir 290 juta transaksi. Sebanyak 89% dari jumlah total transaksi yang disajikan dari Januari hingga Maret adalah penipuan, menurut Hulu.
Sedangkan platform Secure-D melihat ada kenaikan 7% perangkat Android yang "terinfeksi" selama kuartal pertama 2020. Dari 10,5 juta unit menjadi 11,2 juta tahun-ke-tahun (yoy).
Hebatnya, 9 dari 10 aplikasi Android berbahaya selama kuartal pertama tahun ini tersedia di Google Play Store di beberapa titik selama periode tiga bulan. Tahun lalu, 30% dari 100 aplikasi berbahaya ditemukan di etalase aplikasi Google Google.
Menariknya lagi, para aktor jahat mengambil keuntungan dari pandemik global. Selama tiga bulan pertama 2020, sebanyak 60% dari aplikasi jahat dapat dianggap sebagai aplikasi "waktu senggang" yang menyediakan sesuatu bagi pengguna untuk dilakukan saat harus terjebak di rumah.
tulis komentar anda