Varian Omicron Diprediksi Bakal Sebabkan Lebih Banyak Kematian, ECDC: Mendominasi di Awal 2022
Kamis, 16 Desember 2021 - 11:03 WIB
JAKARTA - Badan Kesehatan Masyarakat Uni Eropa menyatakan bahwa ada resiko sangat tinggi varian Omicron akan menjadi dominan di Eropa pada awal tahun depan dan menyebabkan semakin banyak pasien yang meninggal di rumah sakit.
Sementara itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) mengatakan dalam sebuah laporan bahwa varian Omicron akan menjadi perhatian kemungkinan akan menyusul Delta dalam dua bulan pertama tahun 2022.
ECDC mencatat saat ini penelitian belum cukup untuk menilai tingkat keparahan yang disebabkan oleh Omicron. Namun, apabila tingkat penyebaran Omicron begitu cepat yang ditimbulkan daripada varian Delta, bukan tidak mungkin kasus tersebut melebihi perkiraan dan menjadi situasi yang mengkhawatirkan.
"Oleh karena itu dianggap sangat mungkin bahwa Omicron VOC akan menyebabkan tambahan rawat inap dan kematian, selain yang sudah diperkirakan sebelumnya yang hanya memperhitungkan Delta VOC," kata ECDC dikutip dari Channel News Asia (CNA), Kamis (16/12/2021).
Lebih lanjut, ECDC mengatakan bahwa, tanpa tindakan lebih lanjut untuk mengurangi kontak sosial atau meningkatkan vaksinasi booster, tingkat penularan akan semakin meningkat dan sistem perawatan kesehatan akan dipenuhi oleh pasien.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Komisioner Kesehatan Eropa Stella Kyriakides. Dia mengatakan negara-negara Uni Eropa harus segera merencanakan peningkatan kapasitas perawatan kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan pasien akibat Omicron.
Kyriakides memprediksi pada tahun mendatang situasi pandemi Covid-19 akan semakin sulit, dengan kehadiran Omicron kemungkinan akan datang dalam gelombang besar. Menurutnya, hal tersebut dapat diantisipasi dengan booster sebagai solusi yang terbaik.
“Lebih dari 66 persen orang Eropa telah menerima vaksinasi awal, tetapi sangat mengkhawatirkan bahwa beberapa negara tertinggal, seperti Bulgaria, Rumania dan Slovakia tingkat vaksinasi sangat rendah dengan serapan di bawah 50 persen,” pungkasnya.
Lihat Juga: Kemenkes Pastikan Varian Covid-19 KP yang Menyerang Singapura Belum Ditemukan di Indonesia
Sementara itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) mengatakan dalam sebuah laporan bahwa varian Omicron akan menjadi perhatian kemungkinan akan menyusul Delta dalam dua bulan pertama tahun 2022.
ECDC mencatat saat ini penelitian belum cukup untuk menilai tingkat keparahan yang disebabkan oleh Omicron. Namun, apabila tingkat penyebaran Omicron begitu cepat yang ditimbulkan daripada varian Delta, bukan tidak mungkin kasus tersebut melebihi perkiraan dan menjadi situasi yang mengkhawatirkan.
"Oleh karena itu dianggap sangat mungkin bahwa Omicron VOC akan menyebabkan tambahan rawat inap dan kematian, selain yang sudah diperkirakan sebelumnya yang hanya memperhitungkan Delta VOC," kata ECDC dikutip dari Channel News Asia (CNA), Kamis (16/12/2021).
Lebih lanjut, ECDC mengatakan bahwa, tanpa tindakan lebih lanjut untuk mengurangi kontak sosial atau meningkatkan vaksinasi booster, tingkat penularan akan semakin meningkat dan sistem perawatan kesehatan akan dipenuhi oleh pasien.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Komisioner Kesehatan Eropa Stella Kyriakides. Dia mengatakan negara-negara Uni Eropa harus segera merencanakan peningkatan kapasitas perawatan kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan pasien akibat Omicron.
Kyriakides memprediksi pada tahun mendatang situasi pandemi Covid-19 akan semakin sulit, dengan kehadiran Omicron kemungkinan akan datang dalam gelombang besar. Menurutnya, hal tersebut dapat diantisipasi dengan booster sebagai solusi yang terbaik.
“Lebih dari 66 persen orang Eropa telah menerima vaksinasi awal, tetapi sangat mengkhawatirkan bahwa beberapa negara tertinggal, seperti Bulgaria, Rumania dan Slovakia tingkat vaksinasi sangat rendah dengan serapan di bawah 50 persen,” pungkasnya.
Lihat Juga: Kemenkes Pastikan Varian Covid-19 KP yang Menyerang Singapura Belum Ditemukan di Indonesia
(hri)
tulis komentar anda