Perbedaan Gejala Omicron dengan Varian Covid-19 Lainnya
Senin, 28 Februari 2022 - 05:53 WIB
JAKARTA - Gejala Omicron berbeda dengan varian Covid-19 lainnya. Omicron disebut lebih seperti pilek dan menyebar lebih cepat daripada manifestasi virus corona sebelumnya.
Dilansir dari Healthline, Senin (28/2/2022) adapun gejala Omicron di antaranya batuk, demam, hidung tersumbat, pilek, sakit kepala, sakit tenggorokan hingga nyeri otot.
Chief impact officer and Covid-19 Task Force chair di Envision Healthcare, Dr. N. Adam Brown mengatakan bahwa pada individu yang divaksinasi dan booster, Omicron cenderung menyebabkan sakit tenggorokan kering atau gatal, bersin, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan pilek.
"Batuk kering dan demam juga bisa menyertai Omicron tetapi kurang umum dibandingkan dengan varian sebelumnya. Kebanyakan orang yang terinfeksi dimulai dengan sakit tenggorokan kering, nyeri tubuh, dan sakit kepala,” kata Brown.
Gejala tersebut berkembang selama beberapa hari. Sementara itu, hilangnya rasa dan bau kurang umum dengan Omicron. Masalah paru-paru yang parah juga lebih jarang.
"Dalam wawancara (pasien) kami baru-baru ini, kami telah mendengar lebih sedikit laporan tentang kehilangan rasa atau penciuman, dan lebih banyak laporan tentang sakit tenggorokan, pilek, sakit kepala, bersin, dan kelelahan,” jelas direktur Covid-19 Tim Respon dan direktur Magister Program dan Praktik Kesehatan Masyarakat di University of California Irvine, David Souleles, MPH.
Orang yang divaksinasi lebih mungkin mengalami Omicron seperti flu biasa. Namun, orang yang tidak divaksinasi dan mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah memiliki peluang lebih tinggi terkena penyakit serius akibat Covid-19, bahkan dengan Omicron yang biasanya lebih ringan.
“Orang yang tidak divaksinasi cenderung memiliki gejala yang lebih lama dan lebih buruk, dimulai sebagai gejala seperti pilek, tetapi berkembang menjadi gejala pernapasan yang parah, batuk, nyeri tubuh yang melemahkan, dan sakit kepala, kesulitan bernapas," ujar Brown.
"Dan dalam kasus yang parah, pneumonia, gagal napas, dan bahkan kematian,” sambungnya.
Omicron adalah varian Covid-19 yang paling menular sejauh ini. Namun, tidak mematikan seperti varian sebelumnya seperti Delta. Para peneliti mengatakan itu karena Omicron cenderung tinggal di sistem pernapasan bagian atas, daripada menetap di paru-paru di mana dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
Dilansir dari Healthline, Senin (28/2/2022) adapun gejala Omicron di antaranya batuk, demam, hidung tersumbat, pilek, sakit kepala, sakit tenggorokan hingga nyeri otot.
Chief impact officer and Covid-19 Task Force chair di Envision Healthcare, Dr. N. Adam Brown mengatakan bahwa pada individu yang divaksinasi dan booster, Omicron cenderung menyebabkan sakit tenggorokan kering atau gatal, bersin, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan pilek.
"Batuk kering dan demam juga bisa menyertai Omicron tetapi kurang umum dibandingkan dengan varian sebelumnya. Kebanyakan orang yang terinfeksi dimulai dengan sakit tenggorokan kering, nyeri tubuh, dan sakit kepala,” kata Brown.
Baca Juga
Gejala tersebut berkembang selama beberapa hari. Sementara itu, hilangnya rasa dan bau kurang umum dengan Omicron. Masalah paru-paru yang parah juga lebih jarang.
"Dalam wawancara (pasien) kami baru-baru ini, kami telah mendengar lebih sedikit laporan tentang kehilangan rasa atau penciuman, dan lebih banyak laporan tentang sakit tenggorokan, pilek, sakit kepala, bersin, dan kelelahan,” jelas direktur Covid-19 Tim Respon dan direktur Magister Program dan Praktik Kesehatan Masyarakat di University of California Irvine, David Souleles, MPH.
Orang yang divaksinasi lebih mungkin mengalami Omicron seperti flu biasa. Namun, orang yang tidak divaksinasi dan mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah memiliki peluang lebih tinggi terkena penyakit serius akibat Covid-19, bahkan dengan Omicron yang biasanya lebih ringan.
“Orang yang tidak divaksinasi cenderung memiliki gejala yang lebih lama dan lebih buruk, dimulai sebagai gejala seperti pilek, tetapi berkembang menjadi gejala pernapasan yang parah, batuk, nyeri tubuh yang melemahkan, dan sakit kepala, kesulitan bernapas," ujar Brown.
Baca Juga
"Dan dalam kasus yang parah, pneumonia, gagal napas, dan bahkan kematian,” sambungnya.
Omicron adalah varian Covid-19 yang paling menular sejauh ini. Namun, tidak mematikan seperti varian sebelumnya seperti Delta. Para peneliti mengatakan itu karena Omicron cenderung tinggal di sistem pernapasan bagian atas, daripada menetap di paru-paru di mana dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
(dra)
tulis komentar anda