Shenshayba Bazaar, Desa Satu Ginjal yang Penduduknya Terpaksa Jual Organ Demi Bertahan Hidup
Senin, 21 Maret 2022 - 08:42 WIB
Selain memberi makan keluarga, Noorudin mengaku menjual ginjalnya seharga USD1500 atau setara dengan Rp21 juta, untuk membayar utang. Sementara di Afghanistan sendiri, praktik jual beli ginjal tidak diatur oleh hukum.
Di samping itu, orang Afghanistan yang sangat membutuhkan uang biasanya dipertemukan calon dengan pasien kaya, yang melakukan perjalanan ke Herat dari seluruh negeri. Termasuk dari India dan Pakistan untuk menjual ginjalnya.
Penerima ginjal kemudian harus membayar biaya rumah sakit dan donor. Misalnya keluarga Azyta yang memiliki begitu sedikit makanan sehingga dua dari tiga anaknya baru-baru ini dirawat karena kekurangan gizi. Dia merasa tidak punya pilihan selain menjual organ.
Lewat calo, Azyta bertemu dengan penerima donor dari provinsi selatan Nimroz. "Saya menjual ginjal saya seharga. Saya terpaksa melakukannya. Suami saya tidak bekerja, kami punya utang. Orang-orang menjadi lebih miskin. Banyak orang menjual ginjal mereka karena putus asa," ujar Azyta.
Sekarang suami Azyta yang bekerja sebagai buruh harian pun berencana melakukan hal yang sama seperti istrinya. Diketahui bahwa lusinan penduduk desa tersebut telah menjual organ mereka setelah tersiar kabar di antara keluarga miskin tentang uang yang akan dihasilkan.
Dari satu keluarga, lima saudara laki-laki menjual ginjal masing-masing dalam empat tahun terakhir. Mereka menilai hal itu akan menyelamatkannya dari kemiskinan. Sedangkan, Aziza yang merupakan ibu tiga anak terpaksa menjual ginjalnya atau harus menjual putrinya yang berusia 1 tahun.
"Anak-anak saya berkeliaran di jalanan meminta-minta. Jika saya tidak menjual ginjal saya, saya akan terpaksa menjual putri saya yang berusia satu tahun," ujar Aziza.
tulis komentar anda