Di Monas Gua Jatuh Cinta

Jum'at, 24 Juni 2022 - 17:37 WIB
Live Audio Series Hajatan Jakarte yang menceritakan kisah cinta segitiga di Monas. Foto/Roov
JAKARTA - Monas adalah salah satu ikon besar di mana monumen nasional yang berdiri di tanah Jakarta tersebut sangat amat merepresentasikan negara Indonesia. Berdiri tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Monumen Nasional ini didirikan pada bulan Agustus tahun 1959, yakni beberapa hari setelah peringatan hari ulang tahun NKRI yang ke-9 dan diresmikan pada 12 Juli 1975 oleh Presiden Pertama NKRI.

Tugu monas dibangun untuk mengenang dan mengabadikan kebesaran bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945 dan juga digunakan sebagai wahana untuk membangkitkan semangat patriotisme generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Selain itu, Tugu Monas juga menggambarkan nilai keluhuran bangsa Indonesia dan menunjukkan kepribadian bangsa Indonesia yang tinggal tepat di atas Bumi Pertiwi yang diikat oleh adanya Kesatuan dan Persatuan.

Gagasan awal dibangunnya Monumen Nasional untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam memperjuangkan Negara Kesatuan Republik yang mereka cintai ini datang dari seorang rakyat biasa bernama Sarwoko Martokoesoemo. Lalu, beberapa hari setelah peringatan HUT ke-9 RI, dibentuklah Panitia Tugu Nasional yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas yang dipimpin oleh Sarwoko Martokusumo.





Bentuk dari Monumen Tugu Nasional yang bisa kita lihat sampai sekarang ini merupakan hasil pemikiran dari beberapa pemuda-pemudi Indonesia yang mendaftarkan diri untuk mengikuti sebuah sayembara perancangan Monumen Nasional yang digelar pada tahun 1955. Dari 51 karya yang masuk ke pihak panitia, hanya satu yang disebut memenuhi kriteria dari ketentuan panitia. Desain tersebut adalah milik salah satu pemuda Indonesia bernama Frederich Silaban, seorang arsitek generasi awal di Indonesia.

Walau sudah terdapat satu desain yang memenuhi kriteria, panitia tetap mengadakan sayembara kedua dan dari 136 desain yang masuk, tidak ada satu pun yang memenuhi kriteria sehingga Panitia Tugu Nasional meminta Frederich Silaban untuk menunjukkan desainnya kepada Presiden Soekarno. Setelah menempuh beberapa kali perundingan, akhirnya Presiden Soekarno meminta seorang seniman bernama R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan yang telah dibuat sebelumnya hingga menjadi sebuah Monumen Nasional yang bisa dilihat oleh berbagai pasang mata di seluruh dunia.

Masih penasaran dengan Tugu Monumen Nasional? Yuk, dengerin Live Audio Series Hajatan Jakarte 24 Juni 2022. Selain membahas tentang Monas, kalian juga bisa mendengarkan kisah romansa yang dikemas dalam genre komedi antara Madi, Siti, dan Mugeni yang terjebak dalam sebuah cinta segitiga. Madi yang mengetahui bahwa Siti, seorang wanita yang telah ia dambakan, malah berbalik menyukai Mugeni yang mempunyai antusias penuh pada berdirinya Monumen Nasional pun merasa kecewa.

Drama kecil yang mempresentasikan bagaimana kehidupan sekumpulan pemuda-pemudi Betawi tersebut tentu akan mampu membuat kalian terpingkal mendengar bagaimana lucunya tingkah yang mereka lakukan. Penasaran dengan kisah lengkapnya? Jangan sampai terlewat untuk mendengarkan Live Audio Series Hajatan Jakarte ya!



Download aplikasi RCTI+ di Google Play Store dan Apple App Store sekarang juga!
(wur)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!