Alvandra’s Kitchen, Kreativitas Nguliner Anti Ngadep Tembok
Jum'at, 08 Juli 2022 - 17:55 WIB
Bersama sang istri yang bernama Sri Sulistiowati, alumnus koran Lampu Merah yang pernah bertugas di Tangerang di tahun 2014 lalu ini menciptakan tagar ‘Nguliner Anti Ngadep Tembok’, sesuai dengan tempat usaha yang mereka bangun.
“Anti Ngadep Tembok ini maksudnya bukan berada dalam sebuah ruangan. Idenya karena saya yang dulu terbiasa nongkrong merasa jenuh kalau ngopi atau makan melihatnya tembok lagi-tembok lagi,” jelasnya seraya tersenyum.
“Konsepnya ini kafe yang terbuka, ruangan indoor juga kita gunakan hanya setengah dinding agar udara sejuk di kawasan kebun ini dinikmati pelanggan. Bila hujan, ruangan indoor dapat ditutup dengan kerei bambu yang sudah kami pasang dari atas tiang atap,” sambungnya.
Pandemi Covid menurut Bachtiar turut menjadi momentum atas keberadaan Alvandra’s Kitchen. Mulai eksis sejak tanggal 11 November 2020, Alvandra’s Kitchen muncul ke publik di tengah badai Covid-19 yang melanda Indonesia. Meski mengalami keterpurukan selama periode itu, ayah dari Alvaro dan Sandra ini justru tak gentar memulai usahanya di tengah pandemi Covid-19.
“Saya ketika itu cuma berpikir, bila usahanya menunggu pandemi berakhir, kita tak pernah tahu kapan akan berakhirnya. Selain itu, harga-harga juga pasti akan naik drastis. Selain itu, bila kami mampu bertahan di tengah pandemi, Insya Allah saat endemi, kami bukan lagi pemain baru dan masyarakat sudah mengenal Alvandra’s Kitchen.
Meski baru terjun ke dunia usaha kuliner, Bachtiar terbilang mampu mengadopsi pemikirannya sehingga membuat pelanggan yang datang merasa kerasan. Sebagai gambaran, kendati menjual menu makanan tradisional dan internasional dengan harga terbilang murah untuk usaha di kelasnya, parkiran Alvandra’s Kitchen mampu menampung puluhan mobil.
Lokasi usaha juga dilengkapi dengan musholla dan dua toilet bersih serta fasilitas wifi. Menambah cantik ‘warung’ sebutan Bachtiar untuk tempat usahanya, rumput gajah mini tertanam di lahan seluas 140 meter yang berada sisi kiri meja kursi pelanggan. Di atas rerumputan itu tertanam sejumlah pohon, mulai palem ekor tupai, palem merah hingga tabebuya.
“Pohon tabebuya ini disebut-sebut seperti pohon sakura yang akan mekar di musim panas. Pelanggan akan disuguhkan keindahan bunga tabebuya yang mekar nantinya. Untuk menambah cantik, taman juga kami hias dengan lampion berbagai warna,” beber Bachtiar.
Belum cukup, Bachtiar menghias dinding yang membatasi lokasi usahanya dengan jalan. Gambar dipilih adalah rumah kelahiran ayahnya di Bira, Sulawesi Selatan.
“Rumah Bugis itu saya tempatkan untuk mengingat garis keturunan orangtua yang membuat saya berani untuk memulai langkah ini. Satu lagi kelebihan kami, makanan disajikan tak menggunakan MSG,” tukasnya.
“Anti Ngadep Tembok ini maksudnya bukan berada dalam sebuah ruangan. Idenya karena saya yang dulu terbiasa nongkrong merasa jenuh kalau ngopi atau makan melihatnya tembok lagi-tembok lagi,” jelasnya seraya tersenyum.
“Konsepnya ini kafe yang terbuka, ruangan indoor juga kita gunakan hanya setengah dinding agar udara sejuk di kawasan kebun ini dinikmati pelanggan. Bila hujan, ruangan indoor dapat ditutup dengan kerei bambu yang sudah kami pasang dari atas tiang atap,” sambungnya.
Pandemi Covid menurut Bachtiar turut menjadi momentum atas keberadaan Alvandra’s Kitchen. Mulai eksis sejak tanggal 11 November 2020, Alvandra’s Kitchen muncul ke publik di tengah badai Covid-19 yang melanda Indonesia. Meski mengalami keterpurukan selama periode itu, ayah dari Alvaro dan Sandra ini justru tak gentar memulai usahanya di tengah pandemi Covid-19.
“Saya ketika itu cuma berpikir, bila usahanya menunggu pandemi berakhir, kita tak pernah tahu kapan akan berakhirnya. Selain itu, harga-harga juga pasti akan naik drastis. Selain itu, bila kami mampu bertahan di tengah pandemi, Insya Allah saat endemi, kami bukan lagi pemain baru dan masyarakat sudah mengenal Alvandra’s Kitchen.
Meski baru terjun ke dunia usaha kuliner, Bachtiar terbilang mampu mengadopsi pemikirannya sehingga membuat pelanggan yang datang merasa kerasan. Sebagai gambaran, kendati menjual menu makanan tradisional dan internasional dengan harga terbilang murah untuk usaha di kelasnya, parkiran Alvandra’s Kitchen mampu menampung puluhan mobil.
Lokasi usaha juga dilengkapi dengan musholla dan dua toilet bersih serta fasilitas wifi. Menambah cantik ‘warung’ sebutan Bachtiar untuk tempat usahanya, rumput gajah mini tertanam di lahan seluas 140 meter yang berada sisi kiri meja kursi pelanggan. Di atas rerumputan itu tertanam sejumlah pohon, mulai palem ekor tupai, palem merah hingga tabebuya.
“Pohon tabebuya ini disebut-sebut seperti pohon sakura yang akan mekar di musim panas. Pelanggan akan disuguhkan keindahan bunga tabebuya yang mekar nantinya. Untuk menambah cantik, taman juga kami hias dengan lampion berbagai warna,” beber Bachtiar.
Belum cukup, Bachtiar menghias dinding yang membatasi lokasi usahanya dengan jalan. Gambar dipilih adalah rumah kelahiran ayahnya di Bira, Sulawesi Selatan.
“Rumah Bugis itu saya tempatkan untuk mengingat garis keturunan orangtua yang membuat saya berani untuk memulai langkah ini. Satu lagi kelebihan kami, makanan disajikan tak menggunakan MSG,” tukasnya.
tulis komentar anda