Menghayati Usabha Sambah di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Karangasem
Senin, 15 Agustus 2022 - 21:57 WIB
Makare-kare atau perang pandan. Perang pandan berupa perang-perangan dengan senjata pedang dan perisai yang terbuat dari daun pandan yang diikuti semua kalangan usia.
Putu Yudiana, Kepala Adat Desa Tenganan mengatakan bahwa Dewa Indra dalam kepercayaan masyarakat lokal adalah dewa perang yang meneteskan darah demi Bumi Pertiwi. “Makare-kare sebagai adat untuk mengingatkan bahwa leluhur kami adalah prajurit,” tuturnya.
Warga masyarakat Desa Tenganan memiliki karakterisitk yang kuat dalam memegang adat dan tradisi leluhur. Tak heran kalau berkunjung ke desa ini atmosfer Bali kuno atau tempo dulu sangat kental. “Kami memegang kuat adat tradisi leluhur tanpa meninggalkan kemajuan teknologi dan pendidikan yang bernilai positif,” ujar Yudiana.
Adat tradisi lain yang dipegang di sini adalah upacara ayunan raksasa. Ayunan yang terbuat dari kayu ini dikerjakan oleh masyarakat lalu diletakkan di tengah desa. “Ayunan ini sebagai simbol kedewasaan dan kehidupan kita, kadang di atas, kadang di bawah, kadang di tengah” terang tetua adat.
Desa Wisata Tenganan, Pegringsingan, Karangasem juga memiliki banyak kuliner, beberapa di antaranya adalah jukut ononan. Ini kuliner yang terdiri dari 10 jenis sayuran dicampur potongan ayam, lalu ditambah basegenep, sambal dasar khas Bali.
Itu adalah lauk pendamping untuk nasi sela, yaitu nasi beras campur cacahan ubi. Jangan lupa ada sate orop atau sate lilit yang rasanya enak sekali. Sedangkan produk kerajinan yang dihasilkan warga desa Tenganan antara lain tas yang terbuat dari tananam ateu serta kain tenun dengan pewarna alami.
Kalau kamu berkunjung ke desa ini kamu bisa mendapatkan produk-produk tersebut di toko suvenir yang ada di desa ini. Beli yang banyak ya sebagai bukti bahwa kamu bangga produk Indonesia, sekaligus membantu perekonomian warga dan menggeliatkan pariwisata kita.
I Putu Wiadyana, Ketua Pengelola Desa Wisata, menceritakan bahwa proses menjadi desa wisata melewati jalan yang panjang. “Kami harus melakukan sosialisasi dan pemberdayaan. Menyatukan pemahaman dan persepsi tentang desa wisata dan sadar wisata dan membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis),” tuturnya.
Putu Yudiana, Kepala Adat Desa Tenganan mengatakan bahwa Dewa Indra dalam kepercayaan masyarakat lokal adalah dewa perang yang meneteskan darah demi Bumi Pertiwi. “Makare-kare sebagai adat untuk mengingatkan bahwa leluhur kami adalah prajurit,” tuturnya.
Warga masyarakat Desa Tenganan memiliki karakterisitk yang kuat dalam memegang adat dan tradisi leluhur. Tak heran kalau berkunjung ke desa ini atmosfer Bali kuno atau tempo dulu sangat kental. “Kami memegang kuat adat tradisi leluhur tanpa meninggalkan kemajuan teknologi dan pendidikan yang bernilai positif,” ujar Yudiana.
Adat tradisi lain yang dipegang di sini adalah upacara ayunan raksasa. Ayunan yang terbuat dari kayu ini dikerjakan oleh masyarakat lalu diletakkan di tengah desa. “Ayunan ini sebagai simbol kedewasaan dan kehidupan kita, kadang di atas, kadang di bawah, kadang di tengah” terang tetua adat.
Desa Wisata Tenganan, Pegringsingan, Karangasem juga memiliki banyak kuliner, beberapa di antaranya adalah jukut ononan. Ini kuliner yang terdiri dari 10 jenis sayuran dicampur potongan ayam, lalu ditambah basegenep, sambal dasar khas Bali.
Itu adalah lauk pendamping untuk nasi sela, yaitu nasi beras campur cacahan ubi. Jangan lupa ada sate orop atau sate lilit yang rasanya enak sekali. Sedangkan produk kerajinan yang dihasilkan warga desa Tenganan antara lain tas yang terbuat dari tananam ateu serta kain tenun dengan pewarna alami.
Kalau kamu berkunjung ke desa ini kamu bisa mendapatkan produk-produk tersebut di toko suvenir yang ada di desa ini. Beli yang banyak ya sebagai bukti bahwa kamu bangga produk Indonesia, sekaligus membantu perekonomian warga dan menggeliatkan pariwisata kita.
I Putu Wiadyana, Ketua Pengelola Desa Wisata, menceritakan bahwa proses menjadi desa wisata melewati jalan yang panjang. “Kami harus melakukan sosialisasi dan pemberdayaan. Menyatukan pemahaman dan persepsi tentang desa wisata dan sadar wisata dan membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis),” tuturnya.
tulis komentar anda