Covid-19 Varian XBB di Indonesia Capai 12 Kasus, Kemenkes: Masih dalam Batas Wajar
Jum'at, 04 November 2022 - 18:28 WIB
JAKARTA - Kementerian Kesehatan menyampaikan jika sudah terdapat 12 kasus Covid-19 varian baru XBB di Indonesia.
Meskipun begitu, keseluruhan kasus XBB itu dipastikan tidak mengalami gejala yang berat.
Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril memaparkan bahwa sudah ada 28 negara yang melaporkan kasus XBB, termasuk juga Indonesia.
Menurutnya, kenaikan kasus Covid-19 juga dialami berbagai negara akibat varian terbaru tersebut.
"Pandemi ini masih ada di kita dan 28 negara juga kenaikan kasus seperti Singapura dikaitkan dengan varian baru XBB dan XBC. XBB (di Indonesia) semula ada satu tambah lagi ada empat dan totalnya ada 12," jelas Syahril dalam Konferensi Pers Update Covid-19 dan Gagal Ginjal Akut Misterius di Indonesia secara online, Jumat (4/11/2022).
Syahril menambahkan bahwa kenaikan kasus Covid-19 akibat XBB di Indonesia masih dalam batas wajar.
"Meskipun ada varian baru tapi tidak terlalu berat begitupun yang meninggal. Ada 28 negara laporkan XBB ya seperti Singapura pernah sampai 18.000 kasusnya tapi juga cepat turunnya," terang Syahril.
Meskipun begitu, keseluruhan kasus XBB itu dipastikan tidak mengalami gejala yang berat.
Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril memaparkan bahwa sudah ada 28 negara yang melaporkan kasus XBB, termasuk juga Indonesia.
Baca Juga
Menurutnya, kenaikan kasus Covid-19 juga dialami berbagai negara akibat varian terbaru tersebut.
"Pandemi ini masih ada di kita dan 28 negara juga kenaikan kasus seperti Singapura dikaitkan dengan varian baru XBB dan XBC. XBB (di Indonesia) semula ada satu tambah lagi ada empat dan totalnya ada 12," jelas Syahril dalam Konferensi Pers Update Covid-19 dan Gagal Ginjal Akut Misterius di Indonesia secara online, Jumat (4/11/2022).
Syahril menambahkan bahwa kenaikan kasus Covid-19 akibat XBB di Indonesia masih dalam batas wajar.
"Meskipun ada varian baru tapi tidak terlalu berat begitupun yang meninggal. Ada 28 negara laporkan XBB ya seperti Singapura pernah sampai 18.000 kasusnya tapi juga cepat turunnya," terang Syahril.
(nug)
tulis komentar anda