Diklaim Beberapa Negara ASEAN, Benarkah Kebaya Pakaian Asli Indonesia?
Sabtu, 26 November 2022 - 18:32 WIB
Gaya kebaya secara umum terbagi menjadi dua jenis, kebaya panjang dan kebaya pendek. Kebaya panjang adalah gaun panjang dengan bukaan depan yang secara tradisional diikat dengan kerongsang bros, peniti, atau kancing.
Nah, kalau kebaya pendek itu hanya sampai di pinggul dan dapat dikenali melalui ciri khas ketat membentuk siluet tubuh pemakainya. Gaya kebaya pendek ini amat populer di Singapura, Kuala Lumpur, maupun Penang.
Lebih lanjut, perlu diketahui juga bahwa kata kebaya itu sendiri sejatinya berasal dari bahasa Arab dari kata 'kaba' yang artinya 'pakaian'. Pakaian ini menurut laman Expat, kali pertama dipakai di Indonesia sekitar abad ke-15 hingga ke-16.
Pakaian ini mirip dengan apa yang dikenakan wanita Portugis di abad ke-16 yang tiba di pesisir barat daya Malaysia, tepatnya di seberang Selat Malaka dari Sumatera di barat laut Indonesia.
Di laman yang sama dijelaskan bahwa kebaya memainkan peran yang cukup penting dalam cara berpakaian wanita Eropa di Indonesia. Kebaya dianggap pakaian resmi wanita Eropa di era itu.
"Selama ini kebaya kebanyakan dibuat dari kain mori, tapi kemudian modifikasi dilakukan dengan memperkenalkan kebaya yang terbuat dari bahan sutra dan sulaman untuk menambah desain dan warna," beber keterangan laman Expat.
Bentuk kebaya yang paling dominan dikenakan di Pulau Jawa dan Bali saat ini dapat ditelusuri ke kebaya yang dikenakan di Jawa dan Sunda dari akhir abad ke-19 dan awal abad 20, dan seterusnya.
Dijelaskan juga bahwa banyak dari ciri-ciri kebaya masa kini yang mudah dikenali, misalnya blus ketat yang menonjolkan torso wanita; leher lipat tanpa kerah dan bukaan depan; lengan panjang; dan jenis kain semi transparan.
Gaya kebaya tersebut juga dapat terlihat pada kebaya abad lalu. Artinya, perubahan drastis dari kebaya tidak terjadi, dan ini menunjukkan pelestarian kebaya klasik terjadi hingga saat ini.
"Kebaya tradisional menutupi tubuh wanita dengan ketat menggunakan kain panjang yang disebut stagen. Wanita dengan status sosial yang lebih tinggi akan membantu membungkus tubuh mereka dengan stagen," tambah laporan laman tersebut.
Nah, kalau kebaya pendek itu hanya sampai di pinggul dan dapat dikenali melalui ciri khas ketat membentuk siluet tubuh pemakainya. Gaya kebaya pendek ini amat populer di Singapura, Kuala Lumpur, maupun Penang.
Lebih lanjut, perlu diketahui juga bahwa kata kebaya itu sendiri sejatinya berasal dari bahasa Arab dari kata 'kaba' yang artinya 'pakaian'. Pakaian ini menurut laman Expat, kali pertama dipakai di Indonesia sekitar abad ke-15 hingga ke-16.
Pakaian ini mirip dengan apa yang dikenakan wanita Portugis di abad ke-16 yang tiba di pesisir barat daya Malaysia, tepatnya di seberang Selat Malaka dari Sumatera di barat laut Indonesia.
Di laman yang sama dijelaskan bahwa kebaya memainkan peran yang cukup penting dalam cara berpakaian wanita Eropa di Indonesia. Kebaya dianggap pakaian resmi wanita Eropa di era itu.
"Selama ini kebaya kebanyakan dibuat dari kain mori, tapi kemudian modifikasi dilakukan dengan memperkenalkan kebaya yang terbuat dari bahan sutra dan sulaman untuk menambah desain dan warna," beber keterangan laman Expat.
Bentuk kebaya yang paling dominan dikenakan di Pulau Jawa dan Bali saat ini dapat ditelusuri ke kebaya yang dikenakan di Jawa dan Sunda dari akhir abad ke-19 dan awal abad 20, dan seterusnya.
Dijelaskan juga bahwa banyak dari ciri-ciri kebaya masa kini yang mudah dikenali, misalnya blus ketat yang menonjolkan torso wanita; leher lipat tanpa kerah dan bukaan depan; lengan panjang; dan jenis kain semi transparan.
Gaya kebaya tersebut juga dapat terlihat pada kebaya abad lalu. Artinya, perubahan drastis dari kebaya tidak terjadi, dan ini menunjukkan pelestarian kebaya klasik terjadi hingga saat ini.
"Kebaya tradisional menutupi tubuh wanita dengan ketat menggunakan kain panjang yang disebut stagen. Wanita dengan status sosial yang lebih tinggi akan membantu membungkus tubuh mereka dengan stagen," tambah laporan laman tersebut.
tulis komentar anda