Rokok Elektrik Dinilai Bisa Jadi Opsi Turunkan Prevalensi Perokok Dewasa
Selasa, 29 November 2022 - 13:01 WIB
Profesor kedokteran sistem pernapasan Imperial College London, Nicholas Hopkinson pun mendukung penggunaan rokok elektrik sebagai alat bagi perokok yang ingin berhenti, terutama mengingat risiko kesehatan yang disebabkan merokok.
"Masih ada lebih dari 6 juta orang yang merokok di Britania Raya, dan temuan ini secara kuat mendorong agar rokok elektrik dapat menjadi salah satu opsi yang dapat membantu mereka berhenti," ungkap Nicholas.
Sementara itu, riset serupa masih minim dilakukan di Indonesia. Beberapa periset melakukan analisis terhadap materi-materi studi yang dikembangkan di luar negeri, yang kemudian dicocokkan dengan kondisi di dalam negeri.
Peneliti Pusat Unggulan Iptek Inovasi Pelayanan Kefarmasian (PUIIPK) Universitas Padjajaran, Auliya Suwantika berharap pemerintah agar menyiapkan kerangka kebijakan yang berdasar pada bukti ilmiah.
"Kami menyarankan agar pemerintah menyusun kebijakan yang lebih komprehensif tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi," ujar Auliya dalam keterangan persnya, baru-baru ini.
Auliya menambahkan, pemerintah juga perlu untuk memfasilitasi penelitian yang mendalam soal regulasi menurunkan prevalensi merokok di Indonesia. "Kami melihat ada potensi dari rokok elektronik untuk mengatasi angka prevalensi perokok dewasa di Indonesia," ungkapnya.
Berdasarkan tinjauannya, Auliya menambahkan, produk-produk tembakau alternatif seperti vape, tembakau yang dipanaskan, maupun snus (kantung nikotin), memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai alat bantu mengurangi hingga berhenti merokok.
Sebelumnya, mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tikki Pangestu pada berbagai kesempatan sudah mengisyaratkan keefektifan rokok elektrik sebagai alat berhenti merokok.
Menurutnya, pemerintah dapat melakukan strategi pengurangan bahaya dengan menggunakan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik. "Itu adalah strategi kunci untuk mengatasi masalah yang sangat kompleks ini," kata dia.
"Masih ada lebih dari 6 juta orang yang merokok di Britania Raya, dan temuan ini secara kuat mendorong agar rokok elektrik dapat menjadi salah satu opsi yang dapat membantu mereka berhenti," ungkap Nicholas.
Sementara itu, riset serupa masih minim dilakukan di Indonesia. Beberapa periset melakukan analisis terhadap materi-materi studi yang dikembangkan di luar negeri, yang kemudian dicocokkan dengan kondisi di dalam negeri.
Peneliti Pusat Unggulan Iptek Inovasi Pelayanan Kefarmasian (PUIIPK) Universitas Padjajaran, Auliya Suwantika berharap pemerintah agar menyiapkan kerangka kebijakan yang berdasar pada bukti ilmiah.
"Kami menyarankan agar pemerintah menyusun kebijakan yang lebih komprehensif tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi," ujar Auliya dalam keterangan persnya, baru-baru ini.
Auliya menambahkan, pemerintah juga perlu untuk memfasilitasi penelitian yang mendalam soal regulasi menurunkan prevalensi merokok di Indonesia. "Kami melihat ada potensi dari rokok elektronik untuk mengatasi angka prevalensi perokok dewasa di Indonesia," ungkapnya.
Berdasarkan tinjauannya, Auliya menambahkan, produk-produk tembakau alternatif seperti vape, tembakau yang dipanaskan, maupun snus (kantung nikotin), memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai alat bantu mengurangi hingga berhenti merokok.
Sebelumnya, mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tikki Pangestu pada berbagai kesempatan sudah mengisyaratkan keefektifan rokok elektrik sebagai alat berhenti merokok.
Baca Juga
Menurutnya, pemerintah dapat melakukan strategi pengurangan bahaya dengan menggunakan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik. "Itu adalah strategi kunci untuk mengatasi masalah yang sangat kompleks ini," kata dia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda