Jaga Kesehatan Anak, Masyarakat Diimbau Lebih Bijak Memilih Kemasan Pangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam obat sirup diketahui menjadi penyebab terjadinya gangguan ginjal akut pada anak.
Dalam standar baku nasional, ambang batas aman atau Tolerable Daily Intake (TDI) untuk cemaran EG dan DEG sebesar 0,5 mg/kg berat badan per hari.
Perlu diketahui bahwa kandungan senyawa EG/DEG tidak hanya dalam campuran obat sirup, tetapi juga kemasan plastik berbahan PET atau plastik bening sekali pakai, termasuk kemasan galon sekali pakai.
Baca juga: 5 Manfaat Kesehatan dari Apel Hijau, Salah Satunya Tingkatkan Kesehatan Jantung
Galon jenis tersebut juga jauh lebih rentan terhadap suhu panas karena dapat mengeluarkan antimoni yang bersifat karsinogenik.
Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) mengimbau masyarakat agar lebih bijak memilih kemasan pangan yang aman. EG/DEG yang ada dalam kemasan pangan bisa saja terlepas ke dalam produknya. Terlebih banyak pedagang yang menjual kemasan-kemasan ini dengan meletakkannya di bawah sinar matahari langsung.
"EG dan DEG ini harusnya bahan kimia yang ada di industri sebagai antibeku dan lain-lain, tapi ternyata ada juga di kemasan segala macam. Yang jelas, zat-zat ini bisa membahayakan kesehatan anak-anak di Indonesia," ungkap Pengurus PDUI, dr. Catherine Tjahjadi, seperti dikutip dari keterangan persnya, baru-baru ini.
Menurutnya, risiko akan semakin tinggi apabila galon sekali pakai ini diisi ulang berkali-kali. Dia menjelaskan bahwa EG dan DEG ini merupakan zat yang tidak berwarna dan tidak berbau tetapi rasanya manis.
"Masyarakat harus jeli dan meningkatkan awareness atau kesadaran, yang dimulai dari keluarga dulu untuk lebih aware dengan kemasan-kemasan yang mengandung bahan kimia ini," tuturnya.
Lebih lanjut, dr. Catherine mengutarakan bahwa kandungan EG/DEG sangat mengganggu keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh, sehingga hal ini menghantui kesehatan anak.
Dokter Catherine memaparkan, EG/DEG akan membentuk senyawa yang disebut glycolic acid atau asam glikolat saat tertelan ke dalam tubuh. Asam inilah yang bisa mengganggu keseimbangan asam basa dalam tubuh si anak.
Oleh karena terjadi asidosis metabolik, asam glikolat yang terbentuk saat EG/DEG tertelan juga diubah menjadi oksalat. Oksalat ini kemudian berikatan dengan kalsium membentuk kalsium oksalat.
"Nah, inilah yang kalau jumlahnya banyak dan menumpuk bisa bikin gangguan dari organ tubuh di otak, paru-paru, ginjal dan sebagainya," terangnya.
Selain itu, keracunan EG/DEG juga bisa berdampak pada saraf, sebagaimana keracunan etanol. Gejala yang timbul yakni mengantuk, linglung, gelisah, bicara melantur, dan disorientasi seperti orang mabuk.
Baca juga: Cegah Stunting, Begini Asupan Gizi dan Protein yang Tepat Bagi Anak
"Nah, kenapa yang lebih disorot itu ke gangguan ginjalnya, karena gejalanya yang ke ginjal itu lebih spesifik, jadi mungkin itu yang lebih mudah terlihat sama dokter," pungkasnya.
Dalam standar baku nasional, ambang batas aman atau Tolerable Daily Intake (TDI) untuk cemaran EG dan DEG sebesar 0,5 mg/kg berat badan per hari.
Perlu diketahui bahwa kandungan senyawa EG/DEG tidak hanya dalam campuran obat sirup, tetapi juga kemasan plastik berbahan PET atau plastik bening sekali pakai, termasuk kemasan galon sekali pakai.
Baca juga: 5 Manfaat Kesehatan dari Apel Hijau, Salah Satunya Tingkatkan Kesehatan Jantung
Galon jenis tersebut juga jauh lebih rentan terhadap suhu panas karena dapat mengeluarkan antimoni yang bersifat karsinogenik.
Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) mengimbau masyarakat agar lebih bijak memilih kemasan pangan yang aman. EG/DEG yang ada dalam kemasan pangan bisa saja terlepas ke dalam produknya. Terlebih banyak pedagang yang menjual kemasan-kemasan ini dengan meletakkannya di bawah sinar matahari langsung.
"EG dan DEG ini harusnya bahan kimia yang ada di industri sebagai antibeku dan lain-lain, tapi ternyata ada juga di kemasan segala macam. Yang jelas, zat-zat ini bisa membahayakan kesehatan anak-anak di Indonesia," ungkap Pengurus PDUI, dr. Catherine Tjahjadi, seperti dikutip dari keterangan persnya, baru-baru ini.
Menurutnya, risiko akan semakin tinggi apabila galon sekali pakai ini diisi ulang berkali-kali. Dia menjelaskan bahwa EG dan DEG ini merupakan zat yang tidak berwarna dan tidak berbau tetapi rasanya manis.
"Masyarakat harus jeli dan meningkatkan awareness atau kesadaran, yang dimulai dari keluarga dulu untuk lebih aware dengan kemasan-kemasan yang mengandung bahan kimia ini," tuturnya.
Lebih lanjut, dr. Catherine mengutarakan bahwa kandungan EG/DEG sangat mengganggu keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh, sehingga hal ini menghantui kesehatan anak.
Dokter Catherine memaparkan, EG/DEG akan membentuk senyawa yang disebut glycolic acid atau asam glikolat saat tertelan ke dalam tubuh. Asam inilah yang bisa mengganggu keseimbangan asam basa dalam tubuh si anak.
Oleh karena terjadi asidosis metabolik, asam glikolat yang terbentuk saat EG/DEG tertelan juga diubah menjadi oksalat. Oksalat ini kemudian berikatan dengan kalsium membentuk kalsium oksalat.
"Nah, inilah yang kalau jumlahnya banyak dan menumpuk bisa bikin gangguan dari organ tubuh di otak, paru-paru, ginjal dan sebagainya," terangnya.
Selain itu, keracunan EG/DEG juga bisa berdampak pada saraf, sebagaimana keracunan etanol. Gejala yang timbul yakni mengantuk, linglung, gelisah, bicara melantur, dan disorientasi seperti orang mabuk.
Baca juga: Cegah Stunting, Begini Asupan Gizi dan Protein yang Tepat Bagi Anak
"Nah, kenapa yang lebih disorot itu ke gangguan ginjalnya, karena gejalanya yang ke ginjal itu lebih spesifik, jadi mungkin itu yang lebih mudah terlihat sama dokter," pungkasnya.
(nug)