4 Penyakit yang Banyak Dialami Korban Gempa Turki
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gempa Turki dan Suriah berkekuatan magnitudo 7,6 yang terjadi pada 6 Februari lalu menyita perhatian dunia. Bencana alam ini telah meluluhlantahkan ribuan pemukiman serta gedung-gedung di dua negara tersebut.
Tercatat ada hampir 6 ribu bangunan yang roboh dan 13 juta warga terdampak di negara yang terletak di beberapa jalur patahan seismik tersebut. Kini, jumlah korban gempa dari kedua negara itu sudah lebih dari 36 ribu jiwa.
Saat ini tim medis internasional berdatangan ke daerah yang dilanda gempa di Turki dan Suriah. Kebanyakan masyarakat di sana mengalami patah tulang di area lengan dan kaki akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Saat terjadi bencana alam, tentu banyak korban yang terjangkit penyakit. Selain karena lingkungan seadanya, cuaca juga mempengarhui kondisi kesehatan para pengungsi.
Berikut penyakit yang banyak dialami korban Turki, seperti dilansir dari Washingtonpost, Selasa (14/2/2023).
1. Hipotermia
Gempat Turki dan Suriah melanda saat musim dingin. Hal itu membuat temperatur suhu selalu berubah. Korban yang selamat dan tinggal di pengungsian banyak yang mengalami hipotermia atau radang dingin. Hal itu karena kondisi yang tidak memungkinkan bagi para pengungsi mendapatkan baju hangat.
2. Terjangkit Virus Corona dan ISPA
Tinggal dalam satu penampungan seadanya dengan jumlah pengungsi yang cukup banyak, menyebabkan penyebaran virus corona dan ISPA sangat cepat. Hal itu yang dikhawatirkan para pengungsi dan juga tim medis.
3. Kolera
Kebanyakan risiko penyakit yang cukup tinggi adalah kolera yang menyebabkan diare hingga dehidrasi yang biasanya menyebar lewat air. Sanitasi buruk juga memengaruhi kondisi penyebaran penyakit tersebut.
“Ini situasi yang mengerikan. Anda tidak dapat melakukan semua yang ingin Anda lakukan dan Anda harus beradaptasi dengan cara yang sama sekali berbeda dalam memperlakukan orang. Ini adalah situasi yang melelahkan secara mental dan moral,” ujar profesor kedokteran darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas George Washington, Thomas Kirsch.
4. Infeksi
Hingga saat ini tim medis masih terus berupaya untuk memberi pengobatan kepada para pengungsi yang mengalami luka ringan hingga berat akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Para tim medis bekerja sangat cepat untuk memberi pengobatan, sebab banyak pengungsi yang mengalami infeksi pada luka mereka.
Bencana tersebut meruntuhkan rumah sakit dan fasilitas medis lain yang sangat penting untuk merawat pengungsi yang terluka akibat bangunan runtuh, belum lagi penyakit lainnya. Jalan yang rusak dan sulit dilalui jadi salah satu kendala besar yang dihadapi tim medis.
Tercatat ada hampir 6 ribu bangunan yang roboh dan 13 juta warga terdampak di negara yang terletak di beberapa jalur patahan seismik tersebut. Kini, jumlah korban gempa dari kedua negara itu sudah lebih dari 36 ribu jiwa.
Saat ini tim medis internasional berdatangan ke daerah yang dilanda gempa di Turki dan Suriah. Kebanyakan masyarakat di sana mengalami patah tulang di area lengan dan kaki akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Saat terjadi bencana alam, tentu banyak korban yang terjangkit penyakit. Selain karena lingkungan seadanya, cuaca juga mempengarhui kondisi kesehatan para pengungsi.
Berikut penyakit yang banyak dialami korban Turki, seperti dilansir dari Washingtonpost, Selasa (14/2/2023).
1. Hipotermia
Gempat Turki dan Suriah melanda saat musim dingin. Hal itu membuat temperatur suhu selalu berubah. Korban yang selamat dan tinggal di pengungsian banyak yang mengalami hipotermia atau radang dingin. Hal itu karena kondisi yang tidak memungkinkan bagi para pengungsi mendapatkan baju hangat.
2. Terjangkit Virus Corona dan ISPA
Tinggal dalam satu penampungan seadanya dengan jumlah pengungsi yang cukup banyak, menyebabkan penyebaran virus corona dan ISPA sangat cepat. Hal itu yang dikhawatirkan para pengungsi dan juga tim medis.
3. Kolera
Kebanyakan risiko penyakit yang cukup tinggi adalah kolera yang menyebabkan diare hingga dehidrasi yang biasanya menyebar lewat air. Sanitasi buruk juga memengaruhi kondisi penyebaran penyakit tersebut.
“Ini situasi yang mengerikan. Anda tidak dapat melakukan semua yang ingin Anda lakukan dan Anda harus beradaptasi dengan cara yang sama sekali berbeda dalam memperlakukan orang. Ini adalah situasi yang melelahkan secara mental dan moral,” ujar profesor kedokteran darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas George Washington, Thomas Kirsch.
4. Infeksi
Hingga saat ini tim medis masih terus berupaya untuk memberi pengobatan kepada para pengungsi yang mengalami luka ringan hingga berat akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Para tim medis bekerja sangat cepat untuk memberi pengobatan, sebab banyak pengungsi yang mengalami infeksi pada luka mereka.
Bencana tersebut meruntuhkan rumah sakit dan fasilitas medis lain yang sangat penting untuk merawat pengungsi yang terluka akibat bangunan runtuh, belum lagi penyakit lainnya. Jalan yang rusak dan sulit dilalui jadi salah satu kendala besar yang dihadapi tim medis.
(tsa)