Studi Ungkap Penyintas Covid-19 Berisiko Terkena Diabetes Tipe 2, Begini Respons Kemenkes
loading...
A
A
A
JAKARTA - Baru-baru ini sebuah studi dari Pusat Jantung Cedars-Smidt Sinai, Los Angeles, Amerika Serikat menyebutkan masyarakat penyintas Covid-19 akan berisiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 , yang merupakan penyebab utama penyakit kardiovaskular.
"Hasil kami memverifikasi bahwa risiko mengembangkan diabetes tipe 2 setelah infeksi Covid-19 bukan hanya pengamatan awal tetapi, faktanya, risiko nyata yang, sayangnya, bertahan selama era Omicron," kata penulis studi pertama dan korespondensi dan seorang dokter kardiovaskular di Smidt Heart Institute di Cedars-Sinai, Alan Kwan, MD, seperti dilansir dari Hindustan Times, Senin (20/2/2023).
Hasil studi tersebut menjelaskan tentang risiko gabungan diabetes tipe 2 setelah paparan Covid-19 terhitung untuk pasien yang divaksin dan tidak divaksinasi adalah 2,1%, dengan 70% terjadi setelah infeksi Covid-19 versus 30% terjadi sebelum paparan Covid-19.
Risiko diabetes tipe 2 setelah paparan Covid-19 untuk pasien yang tidak divaksinasi adalah 2,7%, dengan 74% terjadi setelah infeksi Covid-19 versus 26% terjadi sebelum paparan Covid-19.
Dan risiko diabetes tipe 2 setelah paparan Covid-19 untuk pasien yang divaksinasi adalah 1,0%, dengan 51% terjadi setelah infeksi Covid-19 versus 49% terjadi sebelum paparan Covid-19.
“Hasil ini menunjukkan bahwa vaksinasi Covid-19 sebelum infeksi dapat memberikan efek perlindungan terhadap risiko diabetes,” kata Kwan.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Syahril berpendapat informasi penelitian itu harus dibaca lebih detail mengenai hubungan pasca terinfeksi Covid-19 dengan penyakit diabetes, kolesterol dan darah tinggi.
“Karena ketiga penyakit tersebut bisa terjadi tanpa Covid-19 dan disebabkan oleh faktor genetik dan gaya hidup yang tidak sehat. Kebiasaan-kebiasaan itu seseorang bisa mengalami diabet dan tekanan darah tinggi karena pola makan atau pola hidup, seperti merokok, bisa mempercepat penyakit itu,” papar dr Syahril.
Dia juga mengatakan kalau penelitian tersebut bisa jadi bahan referensi pihaknya untuk lebih waspada dan menerapkan perilaku gaya hidup sehat.
“Penelitian itu kita terima sebagai referensi, jadi harus mewaspadai bahwasannya bukan hanya penyintas Covid-19, orang normal bisa alami tiga penyakit itu karena genetik dan gaya hidup,” pungkasnya.
Lihat Juga: Dosen FISIP UPNVJ Presentasikan Diseminasi Riset Indonesia–Belanda di Universitas Amsterdam
"Hasil kami memverifikasi bahwa risiko mengembangkan diabetes tipe 2 setelah infeksi Covid-19 bukan hanya pengamatan awal tetapi, faktanya, risiko nyata yang, sayangnya, bertahan selama era Omicron," kata penulis studi pertama dan korespondensi dan seorang dokter kardiovaskular di Smidt Heart Institute di Cedars-Sinai, Alan Kwan, MD, seperti dilansir dari Hindustan Times, Senin (20/2/2023).
Hasil studi tersebut menjelaskan tentang risiko gabungan diabetes tipe 2 setelah paparan Covid-19 terhitung untuk pasien yang divaksin dan tidak divaksinasi adalah 2,1%, dengan 70% terjadi setelah infeksi Covid-19 versus 30% terjadi sebelum paparan Covid-19.
Risiko diabetes tipe 2 setelah paparan Covid-19 untuk pasien yang tidak divaksinasi adalah 2,7%, dengan 74% terjadi setelah infeksi Covid-19 versus 26% terjadi sebelum paparan Covid-19.
Dan risiko diabetes tipe 2 setelah paparan Covid-19 untuk pasien yang divaksinasi adalah 1,0%, dengan 51% terjadi setelah infeksi Covid-19 versus 49% terjadi sebelum paparan Covid-19.
“Hasil ini menunjukkan bahwa vaksinasi Covid-19 sebelum infeksi dapat memberikan efek perlindungan terhadap risiko diabetes,” kata Kwan.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Syahril berpendapat informasi penelitian itu harus dibaca lebih detail mengenai hubungan pasca terinfeksi Covid-19 dengan penyakit diabetes, kolesterol dan darah tinggi.
“Karena ketiga penyakit tersebut bisa terjadi tanpa Covid-19 dan disebabkan oleh faktor genetik dan gaya hidup yang tidak sehat. Kebiasaan-kebiasaan itu seseorang bisa mengalami diabet dan tekanan darah tinggi karena pola makan atau pola hidup, seperti merokok, bisa mempercepat penyakit itu,” papar dr Syahril.
Dia juga mengatakan kalau penelitian tersebut bisa jadi bahan referensi pihaknya untuk lebih waspada dan menerapkan perilaku gaya hidup sehat.
“Penelitian itu kita terima sebagai referensi, jadi harus mewaspadai bahwasannya bukan hanya penyintas Covid-19, orang normal bisa alami tiga penyakit itu karena genetik dan gaya hidup,” pungkasnya.
Lihat Juga: Dosen FISIP UPNVJ Presentasikan Diseminasi Riset Indonesia–Belanda di Universitas Amsterdam
(hri)