Pertunjukan Teater Tari Ramayana Libatkan Anak Yatim sebagai Pemeran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pementasan Ramayana kembali disuguhkan Paguyuban Kridha Hambeksa pada bulan ini. Pentas Ramayana yang disajikan sejak 2011, selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.
Saat kali pertama dihadirkan pada 2011, Pentas Ramayana masih berbentuk wayang wong panggung tradisional. Kemudian, berkembang menjadi sendratari pada 2012. Gelaran 2018 menjadi evolusi terakhir dari perkembangan Pentas Ramayana ini.
Tahun ini, pementasan akan diselenggarakan di Gedung Teater Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 28 Februari 2023. Penyajiannya, menurut Produser dan Naskah Pentas Seni Paguyuban Kridha Hambeksa, Bram Kushardjanto, akan lebih mengeksplorasi isi pesan, desain produksi, terutama dari sisi penataan artistik seperti tata cahaya, tata suara dan tata panggung yang lebih modern.
Baca juga: Jelang Tayang Perdana, The Secret Romantic Guesthouse Rilis Teaser Terbaru
Bram juga menyebutkan jika pentas ini kemungkinan menjadi cerita Ramayana terakhir, dan rencana awalnya digelar Desember 2023. Namun realisasinya akan digelar pada akhir bulan Februari ini.
"Karena ini terakhir, kita ingin membuat garapannya lebih baik, dengan meminta ke sutradara Bu Elly D. Luthan. Kemudian kami mengundang Mas Irawan Karseno sebagai penasihat artis kita, terkait dengan naskah dari sudut pandang cerita Ramayana ini," papar Bram di Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Selanjutnya kita mengundang komposer Mas Gendut Dwi Suryanto dari ISI Solo, sehingga apa yang kita lihat di Ramayana ini nanti akan sangat berbeda dengan Ramayana yang sudah-sudah," lanjutnya.
Sementara itu, selama ini kisah Ramayana diketahui cenderung mengangkat peran Raja Rama yang hendak merebut lagi Dewi Sintha dari Rahwana. Namun, dalam pementasan Paguyuban Kridha Hambeksa, cerita yang diangkat lebih menonjolkan peran wanita, yakni dari sisi Dewi Sintha.
"Naskah masih tetap sama. Tetapi tekanan-tekanannya berbeda. Sekarang kita lebih melihat dari sisi perempuan. Jadi kita lihat Shinta, Sukesi, Trijoto, Sarpapenoko, yang biasanya hanya sebagai pelengkap cerita," terang Bram.
Menurutnya, Trijoto sebelumnya hanya sebagai pengiring Shinta, dan dalam pentas kali ini akan terungkap dialah penyambung cerita karena yang selalu membocorkan informasi ke pihak Rama. "Sukesi sebagai seorang ibu Rahwana, yang tidak pernah memandang anaknya buruk, tergambar dengan ketokohannya sebagai seorang ibu dengan doanya," imbuhnya.
Sementara itu, untuk para pemerannya, Pentas Ramayana ini memberikan ruang ekspresi bagi anak-anak yatim piatu. "Kami tidak ada pihak dari luar, tapi memang ada nepotisme dari komunitas yang ada. Anak-anak kecil kita libatkan dari panti asuhan Yatim Piatu Muslimin, yang mana kami punya misi," ujar Bram.
Baca juga: Max Cavalera Merasa Aneh Pantera Tanpa Vinnie Paul dan Dimebag Darrell
Selain itu, pergelaran teater tari Ramayana ini juga didukung hampir 200 penari, pemusik, pemeran dan pekerja seni.
Saat kali pertama dihadirkan pada 2011, Pentas Ramayana masih berbentuk wayang wong panggung tradisional. Kemudian, berkembang menjadi sendratari pada 2012. Gelaran 2018 menjadi evolusi terakhir dari perkembangan Pentas Ramayana ini.
Tahun ini, pementasan akan diselenggarakan di Gedung Teater Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 28 Februari 2023. Penyajiannya, menurut Produser dan Naskah Pentas Seni Paguyuban Kridha Hambeksa, Bram Kushardjanto, akan lebih mengeksplorasi isi pesan, desain produksi, terutama dari sisi penataan artistik seperti tata cahaya, tata suara dan tata panggung yang lebih modern.
Baca juga: Jelang Tayang Perdana, The Secret Romantic Guesthouse Rilis Teaser Terbaru
Bram juga menyebutkan jika pentas ini kemungkinan menjadi cerita Ramayana terakhir, dan rencana awalnya digelar Desember 2023. Namun realisasinya akan digelar pada akhir bulan Februari ini.
"Karena ini terakhir, kita ingin membuat garapannya lebih baik, dengan meminta ke sutradara Bu Elly D. Luthan. Kemudian kami mengundang Mas Irawan Karseno sebagai penasihat artis kita, terkait dengan naskah dari sudut pandang cerita Ramayana ini," papar Bram di Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Selanjutnya kita mengundang komposer Mas Gendut Dwi Suryanto dari ISI Solo, sehingga apa yang kita lihat di Ramayana ini nanti akan sangat berbeda dengan Ramayana yang sudah-sudah," lanjutnya.
Sementara itu, selama ini kisah Ramayana diketahui cenderung mengangkat peran Raja Rama yang hendak merebut lagi Dewi Sintha dari Rahwana. Namun, dalam pementasan Paguyuban Kridha Hambeksa, cerita yang diangkat lebih menonjolkan peran wanita, yakni dari sisi Dewi Sintha.
"Naskah masih tetap sama. Tetapi tekanan-tekanannya berbeda. Sekarang kita lebih melihat dari sisi perempuan. Jadi kita lihat Shinta, Sukesi, Trijoto, Sarpapenoko, yang biasanya hanya sebagai pelengkap cerita," terang Bram.
Menurutnya, Trijoto sebelumnya hanya sebagai pengiring Shinta, dan dalam pentas kali ini akan terungkap dialah penyambung cerita karena yang selalu membocorkan informasi ke pihak Rama. "Sukesi sebagai seorang ibu Rahwana, yang tidak pernah memandang anaknya buruk, tergambar dengan ketokohannya sebagai seorang ibu dengan doanya," imbuhnya.
Sementara itu, untuk para pemerannya, Pentas Ramayana ini memberikan ruang ekspresi bagi anak-anak yatim piatu. "Kami tidak ada pihak dari luar, tapi memang ada nepotisme dari komunitas yang ada. Anak-anak kecil kita libatkan dari panti asuhan Yatim Piatu Muslimin, yang mana kami punya misi," ujar Bram.
Baca juga: Max Cavalera Merasa Aneh Pantera Tanpa Vinnie Paul dan Dimebag Darrell
Selain itu, pergelaran teater tari Ramayana ini juga didukung hampir 200 penari, pemusik, pemeran dan pekerja seni.
(nug)