Lebih Dekat dengan Komunitas Hong, Pegiat Permainan Tradisional di Tengah Peradaban Digital
loading...
A
A
A
"Kalau misalnya masyarakat mau gabung, harus mengikuti pelatihan lebih dulu. Kalau mereka sudah mahir baru mereka kita arahkan untuk menjadi instruktur di Komunitas Hong. Tapi tidak menutup kemungkinan next time kita terima anggota dari luar, untuk sementara masih masyarakat sekitar aja," jelas dia.
Komunitas Hong sendiri memiliki misi yang tidak sekadarmelestarikan permainan tradisional. Lebih jauh, mereka yang tergabung dalam kelompok ini berusaha menggali dan merekonstruksi mainan rakyat, baik itu dari tradisi lisan atau tulisan.
Komunitas ini juga berusaha memperkenalkan mainan rakyat dengan tujuan menanamkanpola pendidikan masyarakat agar seorang anak mengenal dirinya, lingkungannya, dan Tuhan-nya.
"Mainan yang lebih interaktif lebih atraktif kayak tembak-tembakan (lebih diminati anak-anak sekarang), ya mereka lebih suka bermain yang ada tantangannya gitu," kata Cecep.
Komunitas Hong sendiri menyadari ada semacam 'persaingan' antara permainan tradisional dengan game online untuk mendapat tempat di hati anak-anak.
(Foto: dok. Komunitas Hong)
"Kita harus bisa mengikuti zaman ya, artinya kita harus bisa membuat hal yang menarik untuk anak-anak, sehingga mau bermain permainan tradisional.Kita juga memanfaatkan media yang ada, kalau kita ada kegiatan kita unggah di Instagram atau di YouTube," beber Cecep.
"Kita mengemasnya dengan sedemikian rupa, sehingga mereka merasa memainkan permainan modern padahal tradisional," tambahnya.
Sejauh ini, Komunitas Hong telah meneliti sebanyak 2.600 permainan tradisional di seluruh Indonesia. Mereka seolah tak bosan memperkenalkan permainan tradisional ke berbagai acara khususnya yang melibatkan anak.
Komunitas Hong sendiri memiliki misi yang tidak sekadarmelestarikan permainan tradisional. Lebih jauh, mereka yang tergabung dalam kelompok ini berusaha menggali dan merekonstruksi mainan rakyat, baik itu dari tradisi lisan atau tulisan.
Komunitas ini juga berusaha memperkenalkan mainan rakyat dengan tujuan menanamkanpola pendidikan masyarakat agar seorang anak mengenal dirinya, lingkungannya, dan Tuhan-nya.
"Mainan yang lebih interaktif lebih atraktif kayak tembak-tembakan (lebih diminati anak-anak sekarang), ya mereka lebih suka bermain yang ada tantangannya gitu," kata Cecep.
Komunitas Hong sendiri menyadari ada semacam 'persaingan' antara permainan tradisional dengan game online untuk mendapat tempat di hati anak-anak.
(Foto: dok. Komunitas Hong)
"Kita harus bisa mengikuti zaman ya, artinya kita harus bisa membuat hal yang menarik untuk anak-anak, sehingga mau bermain permainan tradisional.Kita juga memanfaatkan media yang ada, kalau kita ada kegiatan kita unggah di Instagram atau di YouTube," beber Cecep.
"Kita mengemasnya dengan sedemikian rupa, sehingga mereka merasa memainkan permainan modern padahal tradisional," tambahnya.
Sejauh ini, Komunitas Hong telah meneliti sebanyak 2.600 permainan tradisional di seluruh Indonesia. Mereka seolah tak bosan memperkenalkan permainan tradisional ke berbagai acara khususnya yang melibatkan anak.