Dokter Spesialis Ingatkan Bahaya Penggunaan Jangka Panjang Obat Insomnia

Sabtu, 18 Maret 2023 - 22:35 WIB
loading...
Dokter Spesialis Ingatkan...
Dokter Rimawati Tedjasukmana menjelaskan bahwa obat tidur memberikan efek toleransi dosis, yang jika terlalu sering dikonsumsi menjadi tidak efektif. / Foto: ilustrasi/Freepik
A A A
JAKARTA - Sebagian orang mengatasi gangguan tidur atau insomnia dengan mengonsumsi obat insomnia. Dengan obat tersebut, mereka merasa bisa tidur nyenyak di malam hari.

Namun, insomnia ternyata juga berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Bahkan, insomnia disebutkan sebagai gejala awal dari depresi.

Dalam mengonsumsi obat insomnia, dokter spesialis saraf dr. Rimawati Tedjasukmana, Sp.S, RPSGT, menyarankan agar berada di bawah pengawasan dokter.



Dia pun mencontohkan kasus yang menimpa Michael Jackson, di mana bintang pop dunia ini meninggal dunia lantaran mengonsumsi obat insomnia secara berlebihan.

"Dia minum obat sampai 30 butir, tapi tetap tidak bisa tidur. Nah dia mendapatkan dari mana? Minta ke kokinya, pembantunya, ke dokternya, dan dia kumpulin sampai 30 butir, dan dia minum sampai setiap hari tetap tidak bisa tidur," ungkap dr. Rimawati dalam Webinar Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Insomnia di RS Medistra Jakarta, Sabtu (18/3/2023).

Dokter Rimawati pun menjelaskan bahwa obat tidur memberikan efek toleransi dosis yang jika terlalu sering dikonsumsi menjadi tidak efektif. "Harus menaikkan dosis, dan bahayanya kalau naikin dosis itu sampai tahap yang fatal," kata dia.

"Contohnya obat fluoxetine (anti-depresan) menyebabkan depresi pernapasan, akhirnya Michael Jackson meninggal karena depresi pernapasan, dia tidak bisa bernapas, karena obatnya meningkatkan hembusan napas. Bahaya sekali kalau itu minum obat sendiri tanpa pengawasan dari dokternya," papar dr. Rimawati.

Obat insomnia, lanjut dr. Rimawati, memberikan manfaat jangka pendek. Ketika diminum langsung membuat tertidur. Namun, apabila dikonsumsi dalam jangka panjang bisa berbahaya, karena dosis terus bertambah.

Dokter Rimawati, yang juga Ketua INA Sleep atau Perkumpulan Ilmu Kedokteran Tidur Indonesia (Perdoktin), menyarankan untuk melakukan terapi CBT-I atau terapi perilaku kognitif untuk insomnia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2890 seconds (0.1#10.140)