Ini Terapi bagi Penderita Diabetes dengan Luka Agar Tak Sampai Diamputasi

Jum'at, 05 Mei 2023 - 20:10 WIB
loading...
Ini Terapi bagi Penderita...
Pasien diabetes yang punya luka sangat disarankan untuk mengelola luka secara tepat. Foto Ilustrasi/TriHealth
A A A
JAKARTA - Penderita diabetes yang punya luka sangat disarankan untuk mengelola luka secara tepat. Selain memastikan luka terkendali, pasien juga disarankan melakukan terapi medis untuk mencapai perbaikan kondisi.

Apa terapi medis itu? Apa yang akan terjadi jika melakukan terapi tersebut?

Ahli Jantung dan Pembuluh Darah Heartology Cardiovascular Center dr Suko Adiarto, SpJP(K) mengatakan, terapi itu bernama Peripheral Angioplasty (angioplasti perifer). Prosedur non-bedah ini menggunakan kateter yang bertujuan menghilangkan sumbatan dengan pemakaian balon dan stent.



Dengan terapi medis ini diharapkan pembuluh darah yang tersumbat di kaki atau tangan atau area tubuh lain bisa kembali lancar, sehingga distribusi darah dan oksigen berjalan normal kembali.

"Pada kebanyakan kasus luka diabetes yang sulit sembuh itu karena pembuluh darah tersumbat. Selama pembuluh darah masih tersumbat, maka perbaikan luka tidak akan bisa sampai tuntas," ungkap dr Suko.

Selain melakukan terapi Peripheral Angioplasty, pasien diabetes dengan luka juga tetap perlu mengontrol diabetesnya. Kalau memang ada riwayat kolesterol dan hipertensi, itu pun perlu dikelola dengan baik dan teratur.

"Kombinasi terapi ini secara efektif bisa menurunkan risiko penderita diabetes yang punya luka untuk diamputasi. Luka yang muncul pun perlu dikelola secara benar, tidak boleh sembarangan," kata dr Suko.

Perawatan luka diabetes yang benar dilakukan dan dipantau oleh dokter, telah berhasil menekan angka amputasi pada penderita diabetes dengan gangguan sumbatan aliran darah di arteri perifer atau Peripheral Artery Disease (PAD).



"Penggunaan berbagai dressing modern untuk mengatasi infeksi dan menjaga agar suasana luka tetap lembab itu sangat penting," kata Wound Care Physician Heartology Cardiovascular Center dr Adisaputra Ramadhinara.

"Kenapa harus lembab? Karena, dalam suasana lembab pertumbuhan jaringan baru menjadi lebih optimal dan proses penutupan luka oleh sel kulit baru bisa terjadi dengan lebih cepat," sambungnya.

Di kesempatan itu, dr Adi menyarankan agar tidak menggunakan kassa sebagai penutup luka, karena kassa tidak dapat menjaga kelembaban daerah luka dan malah bisa meningkatkan risiko infeksi.

"Kassa itu punya tekstur bolong-bolong dan dari sana bakteri bisa masuk dan berisiko menginfeksi luka. Butuh 64 lapis baru kassa aman menghalau masuknya bakteri ke area luka," ungkap dr Adi.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1844 seconds (0.1#10.140)