Vaksin dan Covid-19 Sebabkan Jumlah Sperma Pria Turun Drastis, yang Lagi Program Hamil Harus Tahu!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Covid-19 sejak awal kemunculannya ternyata menjadi momok bagi pasangan suami istri yang tengah menjalani program hamil. Bukan semata karena penyakit tersebut dapat mengancam nyawa, tapi juga berpengaruh terhadap kesuburan pria.
Mungkin banyak yang belum tahu kalau infeksi Covid-19 cukup berpengaruh terhadap keberhasilan program kehamilan. Hal itu diungkapkan oleh Dokter Spesialis Andrologi dan Seksologi di RS Pondok Indah Dr. dr. Silvia Werdhy Lestari.
Dokter Silvia menjelaskan, infeksi virus Covid-19 bisa membuat jumlah sperma pada pria berkurang sehingga sangat berpengaruh pada keberhasilan program kehamilan. Bahkan, tak hanya infeksi virus Covid-19, penggunaan vaksinnya juga dapat menjadi pemicu penurunan jumlah sperma, meskipun tidak separah saat terinfeksi Covid-19.
“Walaupun dia ada yang virus dilemahkan, tapi ada yang partikel virusnya sama, cuma derajatnya beda-beda. Tapi kalau dibandingkan dengan infeksi Covid, pengaruh vaksin jauh lebih rendah dalam penurunan jumlah sperma daripada saat terinfeksi Covid,” tutur dr. Silvia saat diwawancara di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (11/5/2023).
Dokter Silvia lalu menceritakan salah satu pengalamannya saat mendapat pasien yang ingin melakukan program kehamilan, namun kondisi prianya sedang positif Covid-19.
“Saat itu kita sama-sama nggak tahu, kemarin dikasih obat kok malah turun ekstrem lagi (spermanya), dari 20 juta tinggal 2 juta. Apa nggak deg-degan saya,” ungkapnya.
“Padahal sudah direncanakan untuk inseminasi, ya kok malah tinggal 2 juta. Ya apalagi yang dari awal (jumlah sperma) 2 juta, lalu pas Covid ya bisa saja berkurang sampe nol jumlahnya. Gimana mau bayi tabung kalau nggak ada spermanya? Jadi ya mau nggak mau kita tunda,” sambungnya.
Yang terbaru, dr. Silvia mengaku pernah mendapatkan pasien yang positif omicron yang jumlah spermanya juga menurun secara drastis.
“Sekarang sih masih, kalau yang baru-baru ini kena omicron juga turun terus ya. Ekstrem juga. Tapi rata-rata kalau yang kena Covid penurunannya itu dari 20 juta jadi 2 juta,” terangnya.
“Kalau yang kena vaksin mungkin (berkurangnya) dari 20 juta jadi 10 juta. Cuma kan kalau case-nya jumlah sperma di awalnya cuma 10 juta, kalau lagi positif Covid ya bisa tinggal nol koma sperma,” ungkapnya lagi.
Meski begitu, dr. Silvia memastikan, pria yang mengalami kondisi sperma berkurang pada saat positif Covid-19 atau baru divaksin biasanya akan mulai normal sekitar 6 bulan kemudian. Karena itu, dr. Silvia mengimbau bagi pria yang positif Covid-19 atau baru divaksin, sebaiknya menunda program kehamilan dalam kurun waktu 6 bulan hingga setahun kemudian, di mana jumlah sperma sudah kembali normal atau bertambah.
“Kita tungguin 6 bulan balik lagi rata-rata. Tapi ada juga yang setahun saya tungguin baru balik normal. Jadi deg-degan gitu,” pungkasnya.
Mungkin banyak yang belum tahu kalau infeksi Covid-19 cukup berpengaruh terhadap keberhasilan program kehamilan. Hal itu diungkapkan oleh Dokter Spesialis Andrologi dan Seksologi di RS Pondok Indah Dr. dr. Silvia Werdhy Lestari.
Dokter Silvia menjelaskan, infeksi virus Covid-19 bisa membuat jumlah sperma pada pria berkurang sehingga sangat berpengaruh pada keberhasilan program kehamilan. Bahkan, tak hanya infeksi virus Covid-19, penggunaan vaksinnya juga dapat menjadi pemicu penurunan jumlah sperma, meskipun tidak separah saat terinfeksi Covid-19.
“Walaupun dia ada yang virus dilemahkan, tapi ada yang partikel virusnya sama, cuma derajatnya beda-beda. Tapi kalau dibandingkan dengan infeksi Covid, pengaruh vaksin jauh lebih rendah dalam penurunan jumlah sperma daripada saat terinfeksi Covid,” tutur dr. Silvia saat diwawancara di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (11/5/2023).
Dokter Silvia lalu menceritakan salah satu pengalamannya saat mendapat pasien yang ingin melakukan program kehamilan, namun kondisi prianya sedang positif Covid-19.
“Saat itu kita sama-sama nggak tahu, kemarin dikasih obat kok malah turun ekstrem lagi (spermanya), dari 20 juta tinggal 2 juta. Apa nggak deg-degan saya,” ungkapnya.
“Padahal sudah direncanakan untuk inseminasi, ya kok malah tinggal 2 juta. Ya apalagi yang dari awal (jumlah sperma) 2 juta, lalu pas Covid ya bisa saja berkurang sampe nol jumlahnya. Gimana mau bayi tabung kalau nggak ada spermanya? Jadi ya mau nggak mau kita tunda,” sambungnya.
Yang terbaru, dr. Silvia mengaku pernah mendapatkan pasien yang positif omicron yang jumlah spermanya juga menurun secara drastis.
“Sekarang sih masih, kalau yang baru-baru ini kena omicron juga turun terus ya. Ekstrem juga. Tapi rata-rata kalau yang kena Covid penurunannya itu dari 20 juta jadi 2 juta,” terangnya.
“Kalau yang kena vaksin mungkin (berkurangnya) dari 20 juta jadi 10 juta. Cuma kan kalau case-nya jumlah sperma di awalnya cuma 10 juta, kalau lagi positif Covid ya bisa tinggal nol koma sperma,” ungkapnya lagi.
Meski begitu, dr. Silvia memastikan, pria yang mengalami kondisi sperma berkurang pada saat positif Covid-19 atau baru divaksin biasanya akan mulai normal sekitar 6 bulan kemudian. Karena itu, dr. Silvia mengimbau bagi pria yang positif Covid-19 atau baru divaksin, sebaiknya menunda program kehamilan dalam kurun waktu 6 bulan hingga setahun kemudian, di mana jumlah sperma sudah kembali normal atau bertambah.
“Kita tungguin 6 bulan balik lagi rata-rata. Tapi ada juga yang setahun saya tungguin baru balik normal. Jadi deg-degan gitu,” pungkasnya.
(tsa)