Nikmatnya Mencicipi Kopi Luwak Borobudur yang Dipanen dari Hutan Pinus Gunung Sumbing

Sabtu, 27 Mei 2023 - 18:10 WIB
loading...
Nikmatnya Mencicipi Kopi Luwak Borobudur yang Dipanen dari Hutan Pinus Gunung Sumbing
Kopi luwak Borobudur memiliki citarasa yang unik dengan kadar asam rendah. Kopi termahal di dunia ini dipanen langsung dari hutan pinus Gunung Sumbing. Foto/Armydian Kurniawan
A A A
MAGELANG - Kopi luwak Borobudur memiliki citarasa yang unik dengan kadar asam rendah. Kopi termahal di dunia ini dipanen langsung dari hutan pinus Gunung Sumbing, Magelang, Jawa Tengah.

Para petani sengaja menanam kopi arabika dan robusta di tengah hutan pinus untuk dimakan luwak. Hewan ini pintar memilih. Mereka hanya memakan biji yang matang dan manis.

Pencernaan dan proses fermentasi di tubuh musang menghasilkan biji-biji kopi mentah atau green beans yang tak lagi berdaging dan berlendir. Setiap pagi para petani di lereng Gunung Sumbing mengumpulkan, merendam, mencuci green beans tadi kemudian menjemurnya.

Pawon Luwak Coffee, sebuah kedai kopi skala usaha kecil menengah (UKM) di Dusun Brojonalan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memprosesnya lebih lanjut secara tradisional.

Nikmatnya Mencicipi Kopi Luwak Borobudur yang Dipanen dari Hutan Pinus Gunung Sumbing

Foto/Armydian Kurniawan

Baca Juga: 5 Dampak Minum Kopi saat Perut Kosong, Nomor 4 Paling Sering Terjadi


Nikmatnya Mencicipi Kopi Luwak Borobudur yang Dipanen dari Hutan Pinus Gunung Sumbing

Foto/Armydian Kurniawan

“Green beans kopi luwak tadi kemudian disortir, ditumbuk, dijemur lagi lalu disangrai dan digiling hingga siap seduh,” tutur pemilik Pawon Luwak Coffee Prana Aji baru-baru ini.

Prana Aji mendirikan Pawon Luwak Coffee pada akhir 2013. Merek dagangnya sudah dipatenkan. Pawon diambil dari nama Candi Pawon yang lokasinya di seberang kedai. Dalam bahasa Jawa, pawon artinya dapur.

Nama ini memiliki filosofi. Pawon Luwak Coffee sangat membuka urusan dapur mereka kepada pengunjung. Cerita tentang proses pengolahan kopi luwak hingga siap disajikan.

Bahkan pada bagian teras depan kedai terdapat sejumlah tampah penuh dengan biji kopi yang dijemur. Pegawai kedai menjelaskan proses penjemuran hingga pencucian. Masuk ke bagian dalam, ada proses sangrai hingga penggilingan.



Di kebun kecil di depan beranda, ada beberapa kandang luwak. Pengunjung bisa bermain dengan luwak jinak. Tak jarang Prana Aji turun langsung mengisahkan sejarah kopi luwak di Indonesia kepada pengunjung sebagai bentuk edukasi.

“Jadi di sini ada ceritanya. Tidak sekadar minum kopi. Cerita tentang kopi berkualitas tinggi produk asli Indonesia. Itu sebuah nilai,” kata pria yang gemar mengenakan udeng atau ikat kepala khas daerah Borobudur ini.

Di pagi hari, kedai ini ramai oleh wisatawan yang baru turun dari Punthuk Setumbu. Setelah menikmati momen matahari terbit, mereka minum kopi di Pawon Luwak Coffee. Menjelang siang dan sore, wisatawan yang baru pulang dari kawasan Candi Borobudur banyak pula yang datang.

Beberapa pesohor dari dalam negeri maupun mancanegara pernah singgah di sini. Begitu juga dengan pejabat. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno hingga Menteri PUPR Basuki Hadimuljono sudah beberapa kali berkunjung ke tempat ini.



Sementara untuk harga, secangkir kopi arabika dibanderol Rp25 ribu, sedangkan kopi robusta Rp20 ribu. Pengunjung juga dapat membeli bubuk atau biji kopi dalam kemasan untuk dibawa pulang. Kedai milik Prana Aji tidak melayani pembelian online dan tidak membuka cabang.

Kedai ini buka pukul 07.30 WIB dan tutup pukul 17.30 WIB. Prana Aji tidak mau tempatnya disebut kafe. “Ini home industry,” tandasnya.
(dra)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1826 seconds (0.1#10.140)