Kurangi Penggunaan Fogging, Vaksin DBD Akan Masuk Imunisasi Dasar Lengkap
loading...
A
A
A
JAKARTA - Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue. Virus ini ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti.
Dalam upaya mencegah DBD, biasanya dilakukan fogging. Namun, kini pencegahan DBD tidak hanya bisa dilakukan dengan fogging, tetapi juga vaksinasi .
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, dr. Imran Pambudi, MPHM, menyebutkan jika dengan fogging sangat mencemari lingkungan. Fogging juga dapat membuat nyamuk menjadi resisten atau kebal.
"Saatnya sudah meminimalkan penggunaan fogging, yang harus dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk yang harus dilakukan secara massal, berkesinambungan, dan kalau endemis, ini harus dilakukan sepanjang tahun," tutur dr. Imran dalam Sehat Negeriku di laman Kemenkes, Rabu (14/6/2023).
Saat ini, terdapat dua jenis vaksin yang telah memiliki izin edar dari BPOM dan beredar di pasaran, yakni vaksin Dengvaxia dan vaksin Qdenga. Hal ini dinilai menjadi salah satu intervensi yang efektif dalam penanggulangan dengue di Indonesia.
"Meskipun sudah ada izin edar dari BPOM, Kemenkes secara program bekerja sama dengan Direktorat Imunisasi dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk memasukkan vaksin ini ke dalam vaksin program atau imunisasi dasar lengkap," jelas dia.
Untuk diketahui, berdasarkan data Kemenkes pada 27 November 2022, kasus DBD periode 10 tahun terakhir mulai naik setiap bulan November, puncak kasus pada Februari, dan Maret-April mulai terjadi penurunan kasus. Siklus ini terjadi selama 10 tahun terakhir.
Sebagai catatan, masyarakat perlu memahami gejala-gejala infeksi dengue/DBD yang sering terjadi, antara lain demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, muka memerah, sakit kepala, mual kadang muntah, sakit perut, sakit tulang, kalau orang dewasa sering terjadi ngilu pada tulang sendi, nyeri otot.
Gejala tersebut disertai dengan diare, bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah darah, BAB berdarah, kemudian tangan dan kaki dingin dan lembab, lemah, tidur terus.
Dalam upaya mencegah DBD, biasanya dilakukan fogging. Namun, kini pencegahan DBD tidak hanya bisa dilakukan dengan fogging, tetapi juga vaksinasi .
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, dr. Imran Pambudi, MPHM, menyebutkan jika dengan fogging sangat mencemari lingkungan. Fogging juga dapat membuat nyamuk menjadi resisten atau kebal.
"Saatnya sudah meminimalkan penggunaan fogging, yang harus dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk yang harus dilakukan secara massal, berkesinambungan, dan kalau endemis, ini harus dilakukan sepanjang tahun," tutur dr. Imran dalam Sehat Negeriku di laman Kemenkes, Rabu (14/6/2023).
Saat ini, terdapat dua jenis vaksin yang telah memiliki izin edar dari BPOM dan beredar di pasaran, yakni vaksin Dengvaxia dan vaksin Qdenga. Hal ini dinilai menjadi salah satu intervensi yang efektif dalam penanggulangan dengue di Indonesia.
"Meskipun sudah ada izin edar dari BPOM, Kemenkes secara program bekerja sama dengan Direktorat Imunisasi dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk memasukkan vaksin ini ke dalam vaksin program atau imunisasi dasar lengkap," jelas dia.
Untuk diketahui, berdasarkan data Kemenkes pada 27 November 2022, kasus DBD periode 10 tahun terakhir mulai naik setiap bulan November, puncak kasus pada Februari, dan Maret-April mulai terjadi penurunan kasus. Siklus ini terjadi selama 10 tahun terakhir.
Sebagai catatan, masyarakat perlu memahami gejala-gejala infeksi dengue/DBD yang sering terjadi, antara lain demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, muka memerah, sakit kepala, mual kadang muntah, sakit perut, sakit tulang, kalau orang dewasa sering terjadi ngilu pada tulang sendi, nyeri otot.
Gejala tersebut disertai dengan diare, bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah darah, BAB berdarah, kemudian tangan dan kaki dingin dan lembab, lemah, tidur terus.
(nug)